• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADEGAN DUA PULUH

Dalam dokumen Naskah Drama Festival Topeng (Halaman 31-34)

RUMAH MAS GENGGONG-MBAKYU LARAS. MALAM. LURAH JAKRONI DATANG MENGENDAP-ENDAP, LALU MENGETUK PINTU PERLAHAN. LURAH ITU TIDAK ADA YANG INGIN MELIHAT DIRINYA BERTAMU TENGAH MALAM SEPERTI ITU.

HUJAN TURUN RINTIK-RINTIK DAN BAJU PAK LURAH TAMPAK BASAH.

Jakroni : (MENGETUK PINTU, TAPI TAK ADA JAWABAN) Mbakyu, Mbakyu… . ini saya, tolong buka pintu.

Laras : oh, maaf sudah lama? Saya tidak dengar. Maklum, kuping tua

Jarkoni : tidak apa Mbakyu, sayalah yang minta maaf karenabertamu malam-malam begini.

Laras : ada yang penting?

Jarkoni : tentu, Mbakyu. Kangmas?

Laras : ya sudah tidur dari tadi. Mana pernah tidur lewat jam 9. Tidak apa saya bangunkan nanti.

Jarkoni : oh, tidak perlu. Malah kebetulan saya ada perlu sama Mbakyu.

Laras : begitu?

SETELAH BEBERAPA SAAT MEMANDANGI LARAS, MENDADAK JAKRONI BERLUTUT DAN MEMELUK KAKI WANITA ITU, LANTAS MENGUNGKAPKAN RASA KANGENYA.

Jarkoni : aduh mabkyu, kangen sekali rasanya, ahhh….

Laras : lo, katanya ada perlu kok malah begini ?

Jarkoni : kangen itu keperluan saya, mabkyu.

Laras : (JUGA BERLUTUT) oh, dik jarkoni… . kalau boleh saya jujur, saya juga sangat kangen. Oalah… jagat dewa Batara. Kenepa ada rasa yang disebut kangen? Kenapa rasa itu ada di hati dan tertuju pada dirimu, dik jarkoni? Kenapa buka pada suamiku seorang? Ngenes75…..ngenes.. (MENANGIS)

Jarkoni : (KHAWATIR) mbakyu, tenang mbakyu, tenang. Jangan keras-keras, nanti kangmas bangun.

Laras : biar saja diadengar. Kan tidak ada salahnya dia tahu apa yang sedang terjadi pada istrinya. Kalau perlu, biar semua tetangga dengar. Ini sebuah keajaiban. Apa salahnya iya kan?

Jarkoni : iy,iya. Boleh saja Mbakyu merasa begitu, tapi sebaiknya jangan sampai orang lain tahu tentang kita. Tidak baik Mbakyu, bahaya. Tenang mbakyu, tenang.

Laras : tenang, tenang, bagaimana bisa tenang? Seumur hidup baru pernah merasakan hal seperti ini kok disuruh tenang. Coba kamu jadi saya, apa bisa tenang? Enak saja.

Jarkoni : maaf, Mbakyu. Saya bukanya tidak memahami perasaan Mbakyu, saya hanya khawatir.

Laras : baik, baik. Sekarang cepat bilang, apa keperluanmu yang lain? Mumpung aman, tidak ada yang dengar.

Jarkoni : anu Mbakyu, saya mau Tanya mengenai keadaan kangmas. Bagaimana? Apa sudah sehat?

Laras : ya, begitulah.

Jarkoni : syukur. Kalau begitu, sekarang waktu yang tepat bagi saya untuk konsultasi.

Laras : Ya, biar dia stress lagi. Darah tingginya kambuh lagi.

Jarkoni : tapi ini mendesak, penting, Mbakyu. Dan lagi kalau..

Laras : ya,ya. Kalau Kangmas sakit, kita makin gampang ketemu. Kamu betul, Dik Jarkoni pintar. Ihhh…jadi gemes, gemes.

Jarkoni : jadi, saya boleh konsultasi sekarang?

Laras : sekarang? Ini jam berapa? Edan kamu.

Jarkoni : ini mendesak, mbakyu. Sya mohon mbakyu mengerti.

Laras : baik kalau begitu, tapi saya ada permintaan.

Jarkoni : boleh, apa permintaan mbakyu?

Laras : kamu yakin bisa memenuhi permintaanku?

Jarkoni : adalah suatu kebahagiaan, bisa memenuhi permintaan orang yang saya cintai.

Laras : stt… aku tidak butuh kata-kata. Yang aku perlukan, tindakan.

Jarkoni : katakana yang mbakyu minta.

Laras : (BERBISIK)…

Jarkoni : (KAGET) ah, yang betul? Tapi, dimana?

Laras : di dapur. Ayo… (MENUJU DAPUR, MENGGANDENG TANGAN JARKONI)

LAMPU BERUBAH

SAYUP-SAYUP TERDENGAR SENANDUNG MERDU DARI DAPUR. ITULAH RUPANYA YANG DIMINTA LARAS KEPADA LURAH JARKONI. BERSENANDUNG BERDUA DI DAPAUR.

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN FAJARPUN DATANG. MAS GENGGONG MUNCUL. IA BARU BANGUN TIDUR RUPANYA.

TIDAK ADA JAWABAN

Genggong : bu

Laras : (DIDAPUR) ya, ya… sebentar (MUNCUL MEMBAWA THE) saya kira belum bangun baru mau dibangunkan

Genggong : kenapa tidak coba kamu banhgunkan, tidakperlu mimpi aneh-aneh saya.

Laras : mimpi aneh-aneh bagaimana?

Genggong : ya pokoknya aneh. Belum pernah saya mimpi seperti tadi saya khawatir ini isyarat buruk untuk desa kita. Saya mesti cerita sama jarkoni secepatnya.

Laras : isyarat buruk bagaimana?

Genggong : nanti saja saya ceritakan kalau ada jarkoni

Laras : itu Ada Dik Jarkoni baru datang ia lagi kekamar kecil

Genggong : ada? Mana? Tumben pagi-pagi.

Laras : ada yang penting, katanya.

Jarkoni : (MUNCUL) selamat pagi, kangmas.

Genggong : ah kebetulan jarkoni. Saya baru mau suruh orang panggil kamu. Ada yang penting untuk kamu dengar, jarkoni. Anu saya baru mimpi aneh. Belum pernah saya mimpi seaneh ini mudah-mudahan bukan isyarat buruk untuk desa kita.

Jarkoni : aneh bagaimana to mas?

Genggong : dalam mimpi, desa kita kebanjiran .coba, apa masuk akal desa di pegunungan kena banjir? Banjir dari mana? Anehnya lagi seluruh penduduk desa tidak ada yang saling menolong. Semua orang Cuma sibuk menyelamatkan diri sendiri. Semua.bahkah kamu bu, kamupun tidak mau menolong saya padahal saya berteriak sekuat tenaga minta tolong. Lebih-lebih kamu, jarkoni . kamu malah tertawa keras dan sama sekali tidak menyalurkan tangan waktu air mulai menenggelamkan saya . dan tidak lama kemudian kamu sendiri tenggelam. Nggeri, ngeri…

Jarkoni : aduh. Jadi, jadi…(MENDADAK MENEMUKAN AKAL) kalau begitu sama, Kangmas. Saya juga mimpi seperti itu, persis.

Genggong : (KAGET) Begitu?kapan kamu mimpi?

Jarkoni : tadi, menjelang subuh.itu sebabnya saya langsung kemari. Buru-buru ingin cerita pada kangmas.

Genggong : ah, jadi isyarat buruk apa ini?

Laras : jangan beranggapan buruk dulu, Pak. Mimpi kan bisa saja cuma kembangnya orang tidur.

Genggong : ini lain, Bu. Firasat saya mengatakan ini hal yang buruk. Menurutmu bagaimana, Jarkoni?

Jarkoni : soal mimpi, Kangmas pasti lebih tau. Yang jelas, belakangan ini kalangan warga desa memang sedang tersiar “banjir berita” yang tidak enak didengar. Konon mereka percaya betul Mbah Joyo akan segera pulang. Jadi, mereka sedang merencanakan semacam upacara penyambutan untuk kedatangan Mbah Joyo.

Genggong : begitu? Bbuset. Dari mana mereka percaya kalau Mbah Joyo akan pulang?apa mereka tahu di mana Mbah Joyo berada? Ada-ada saja. Gila. Jangan-jangan ada diantara kita yang bocor mulut.

Genggong : tapi, sebaiknya hati-hati. Bukan soal harapannya saja yang saya khawatirkan. Tapi, juga akibatnya. Orang kalau punya harapan – apalagi harapan yang muluk – kemudian harapan itu tidak terkabul, bisa patah hati. Lalu, orang itu bisa aneh-aneh dan resah terus-menerus. Bisa repot. Siapa yang repot? Ya kita-kita, para tetua desa.

Jarkoni : betul, Kangmas. Dan, memang begitulah kelihatannya.

Genggong : terus, apa upayamu?

Jarkoni : saya belum tahu, Kangmas. Itu sebabnya saya datang.

genggong : aduhhh…jangan dibiasakan menyebut kata-kata itu. Belum tahu, belum tahu. Harus tahu dong. Cegah, cegah, segala tetek bengek rencana upacara penyambutan itu.

Jarkoni : kelihatannya sudah terlambat, Kangmas. Mereka sudah mulai bergerak.

Genggong : bagaimana bisa begitu?

Jarkoni : saya tidak tahu.

Genggong : setop kata tidak tahu itu. Setop!

Jarkoni : maaf Kangmas, begitulah kenyataanya. Kita memang bakal repot. Terutama, Kangmas sebagai ketua panitia Festval Topeng. Mereka bilang, kalau sampai Mbah Joyo tidak pulang, mereka akan menuntut Kangmas.

Gengong : apa? Menuntut saya? Berani betul mereka bilang begitu!

Jarkoni : begitulah yang saya dengar. Dan katanya lagi, kalau sampai Ketua Panitia tidak….

Genggong : cukup,cukup, setop! Aku tidak mau dengar lagi apa kata warga. Aduh, mana air putih? Bu, tolong air putih…

MAS GENGGONG MEMEGANG DADANYA, RUPANYA JANTUNGNYA KAMBUH LAGI. IA TAMPAK BERUSAHA TENANG, TAPI TIDAK KUASA. IA AMBRUK. PINGSAN.

Laras : (DINGIN) sukses kamu Dik Jarkoni, sukses kamu. Tapi, seharusnya tidak perlu sekeras itu. Tidak kusangka, dibalik skapmu yang lembut tersimpan kekejaman yang luar biasa.

Jarkoni : saya capek, mbakyu. Terlalu lama saya menjadi baying-bayang kangmas. Maafkan saya. Capek saya. (Menangis

LAMPU BERUBAH

ADEGAN DUA PULUH SATU

Dalam dokumen Naskah Drama Festival Topeng (Halaman 31-34)

Dokumen terkait