• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anak sebagai pelaku dan korban tindak pidana

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

2. Anak sebagai pelaku dan korban tindak pidana

Penjelasan Umum UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menegaskan tentang tindak pidana anak sebagai berikut:

Tindak pidana anak adalah tindak pidana sama seperti yang dilakukan oleh orang dewasa, hanya yang membedakan adanya sanksi pidana yang sifatnya lebih ringan daripada sanksi pidana orang dewasa. Pembedaan perlakuan dan ancaman yang diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dimaksudkan untuk lebih melindungi dan mengayomi anak tersebut agar dapat menyongsong masa depanya yang masih panjang. Selain itu, pembedaan tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada anak agar melalui pembinaan akan diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, dan berguna bagi diri, keluarga, Bangsa dan Negara.

Masalah umur tentunya harus dikaitkan dengan saat melakukan tindak pidana. Penentuan umur pada saat tindak pidana dilakukan ini akan menentukan persidangan bagi pelaku, apakah dalam peradilan umum atau Sidang Anak. Sehubungan masalah umur, dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 ditegaskan sebagai berikut:

(1) Batas umur Anak Nakal yang dapat diajukan ke Sidang Anak adalah sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

(2) Dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan diajukan ke sidang pengadilan setelah anak yang bersangkutan melampaui batas umur tersebut, tetapi belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, tetap diajukan ke Sidang Anak.

Berdasarkan rumusan Pasal 4 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tersebut di atas, maka dapat dijelaskan bahwa batas umur minimum anak nakal untuk dapat diajukan ke Sidang Anak adalah 8 (delapan) tahun dengan batas maksimum 18 (delapan belas) tahun. Dalam hal anak melakukan tindak pidana, maka tetap diajukan ke Sidang Anak, meskipun usianya telah

melampaui batas umur 18 (delapan belas) tahun, tetapi belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun jika pada saat melakukan perbuatan tindak pidana tersebut masih di bawah umur dan belum pernah menikah.

Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menentukan mengenai sanksi terhadap anak, yaitu berdasarkan perbedaan umur anak, sebagai berikut:

Bagi anak yang masih berumur 8 (delapan) tahun sampai dengan umur 12 (dua belas) tahun hanya dikenakan tindakan, seperti dikembalikan kepada orang tuanya, ditempatkan pada organisasi sosial, atau diserahkan kepada Negara, sedangkan terhadap anak nakal yang telah mencapai umur di atas 12 (dua belas) tahun sampai dengan umur 18 (delapan belas) tahun dijatuhkan pidana. Pembedaan perlakuan tersebut didasarkan atas pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial anak.

Pasal 23 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 mengatur tentang penjatuhan sanksi pidana pada anak sebagai berikut:

(1) Pidana yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah pidana pokok dan pidana tambahan.

(2) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah: a. pidana penjara;

b. pidana kurungan; c. pidana denda; atau d. pidana pengawasan.

(3) Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terhadap Anak Nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan, berupa perampasan barang-barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi.

(4) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Penjatuhan pidana pokok dan pidana tambahan terhadap anak nakal berbeda dengan penjatuhan pidana terhadap orang yang sudah dewasa. Hal ini menjadi hal yang sudah sewajarnya, karena anak-anak tentu masih mempunyai masa depan yang panjang untuk dijalaninya. Rincian bentuk-bentuk pokok dan pidana tambahan terhadap anak nakal yakni:

a. Pidana penjara

Ketentuan mengenai pidana penjara terhadap anak nakal diatur dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, sebagai berikut:

(1) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama 1/2 (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.

(2) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak tersebut paling lama 10 (sepuluh) tahun. (3) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2

huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka terhadap Anak Nakal tersebut hanya dapat dijatuhkan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b. (4) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2

huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang tidak diancam pidana mati atau tidak diancam pidana penjara seumur hidup, maka terhadap Anak Nakal tersebut dijatuhkan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

b. Pidana kurungan

Pidana kurungan diatur pada Pasal 27 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 yang menegaskan sebagai berikut:

Pidana kurungan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama 1/2 (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana kurungan bagi orang dewasa.

c. Pidana denda

Pidana denda diatur pada Pasal 28 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, yaitu:

(1) Pidana denda yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal paling banyak 1/2 (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa.

(2) Apabila pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ternyata tidak dapat dibayar maka diganti dengan wajib latihan kerja. (3) Wajib latihan kerja sebagai pengganti denda dilakukan paling lama

90 (sembilan puluh) hari kerja dan lama latihan kerja tidak lebih dari 4 (empat) jam sehari serta tidak dilakukan pada malam hari.

d. Pidana pengawasan

Mengenai lamanya pidana pengawasan diatur pada Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 yang menegaskan sebagai berikut:

Pidana pengawasan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun.

Mengenai pidana tambahan tidak ada pengaturan yang lebih khusus dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 ini, sehingga sudah cukup jelas seperti yang sudah dijelaskan di atas, yaitu diatur pada Pasal 23 ayat (3) dan ayat(4).

Suatu tindak pidana tidak hanya dapat menimpa orang dewasa sebagai korban, akan tetapi dapat juga terjadi pada seorang anak. Ancaman hukuman bagi pelaku tindak pidana penganiayaan dengan korban anak berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak diatur pada Pasal 80 yang menentukan bahwa:

(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancama7n kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.

3. Putusan Pengadilan Negeri Kebumen Nomor 369/Pid. B/2010/PN. Kbm

Dalam Putusan Pengadilan Negeri Kebumen Nomor 369/Pid. B/2010/PN. Kbm dijelaskan bahwa telah terjadi tindak pidana “melakukan

kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak yang mengakibatkan korban mati” sebagaimana dimaksud dalam

dakwaan melanggar Pasal 80 ayat (3) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, oleh terdakwa DA (18 tahun), terdakwa CMS (19 tahun), dan terdakwa JR (16 tahun) yang mengakibatkan korban mati, yaitu NANANG SUBEKTI (16 tahun), dengan cara melakukan pemukulan.

Para terdakwa dituntut atas tuduhan tindak pidana secara bersama-sama melakukan penganiayaan terhadap anak yang mengakibatkan kematian. Para terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan Penahanan sebagai berikut:

a. Penyidik sejak tanggal 19 Oktober 2010 sampai dengan tanggal 07 November 2010.

b. Perpanjangan oleh Penuntut Umum sejak tanggal 08 November 2010 sampai dengan tanggal 17 Desember 2010.

c. Penuntut Umum sejak tanggal 16 November 2010 sampai dengan tanggal 28 Desember 2010.

d. Hakim Pengadilan Negeri Kebumen sejak tanggal 15 Desember 2010 sampai dengan tanggal 13 Januari 2011.

e. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri Kebumen sejak tanggal 14 Januari 2011 sampai dengan tanggal 14 Maret 2011.

Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Kebumen Nomor 369/Pid. B/2010/PN. Kbm., diperoleh data sebagai berikut:

a. Keterangan Saksi-saksi

Saksi MUSRIYATI binti DULAH UMAR

Menerangkan:

1) Saksi kenal dengan para terdakwa namun tidak ada hubungan maupun pekerjaan

2) Saksi kenal dengan Nanang Subekti karena saksi adalah ibu kandung Nanang Subekti.

3) Pada hari Sabtu tanggal 16 Oktober 2010 sekitar pukul 17.00 WIB, saksi diberitahu oleh Nanang Subekti kalau dirinya baru saja mendapat ancaman dari saksi Rico Aristanto yang isinya saksi Rico Aristanto meminta lagu dan kalau tidak diputar, nanti malam Nanang Subekti akan dihabisi.

4) Kemudian pada pukul 20.00 WIB, Nanang Subekti ditelepon oleh terdakwa CMS yang menyuruh Nanang Subekti untuk datang ke Studio Radio SMK Ma’arif 4 Kebumen di Jl. Arumbinang Kebumen.

5) Kemudian pada sekitar pukul 21.00 WIB, Nanang Subekti datang ke Studio Radio SMK Ma’arif 4 Kebumen di Jl. Arumbinang Kebumen dan pulan pada sekitar pukul 24.00 WIB dengan naik sepeda kayuh dan sesampainya di rumah langsung tiduran dan mengeluh perutnya sakit karena baru saja dipukuli oleh teman-temannya.

6) Pada saat itu saksi melihat di bawah leher di atas dada Nanang Subekti terdapat luka lecet seperti kena kuku, kedua pipinya memar dan mengeluh perutnya sakit, kemudian Nanang Subekti meminta perutnya diberi balsem dan setelah diberi balsem, Nanang Subekti muntah-muntah, selanjutnya saksi mengantarkan Nanang Subekti berobat ke RSUD Kebumen, kemudian pada hari Minggu tanggal 17 Oktober 2010 sekitar pukul 15.00 WIB, Nanang Subekti dirujuk ke RSU Banyumas dan pada hari Senin tanggal 18 Oktober 2010 sekitar pukul 08.55 WIB, Nanang Subekti meninggal dunia di RSU Banyumas.

7) Pada saat dirawat di Rumah Sakit, saksi melihat perut Nanang Subekti kelihat merah membengkak dan menurut dokter perutnya luka dalam.

8) Nanang Subekti, setiap saksi tanya perihal keadaannya hanya mengatakan kalau dipukuli orang di sekitar stadion namun tidak menyebutkan para terdakwa.

9) Sebelum meninggal, Nanang Subekti mengatakan kalau dia tidak terima dengan perlakuan yang memukul dan harus diselesaikan.

10) Setelah saksi kedatangan guru dari SMK Maarif Kebumen saat melayat, saksi mendapatkan informasi bahwa Nanang Subekti ternyata dipukuli dengan dikeroyok oleh temannya di SMK Ma’arif 4 Kebumen.

11) Atas kejadian tersebut, keluarga saksi melaporkan ke Polres Kebumen guna pengusutan lebih lanjut untuk diproses secara hukum.

12) Nanang Subekti sebelum dianiaya dengan cara dikeroyok dalam keadaan sehat dan tidak punya penyakit.

13) Saksi sebagai orang tua secara manusiawi memaafkan para terdakwa akan tetapi menghendaki proses hukum tetap dilaksanakan dan saksi tidak mau bersalaman dengan para terdakwa.

14) Saksi telah menerima uang santunan dari keluarga para terdakwa sebesar Rp 4.800.0000.

15) Saksi dan suami saksi yaitu Subekti telah menandatangani Surat Pernyataan dan Berita Acara Silaturahmi sebagaimana ditunjukkan dalam persidangan, dan saat menandatangani tidak dalam keadaan terpaksa atau tertekan atau ditekan oleh siapapun.

Saksi AGUS MULYONO bin SLAMET

Menerangkan:

1) Saksi kenal dengan para terdakwa namun tidak ada hubungan keluarga maupun pekerjaan.

2) Saksi masih ada hubungan keluarga dengan korban Nanang Subekti karena korban adalah keponakan saksi.

3) Pada hari Minggu tanggal 17 Oktober 2010 sekitar pukul 00.30 WIB, saksi dipanggil oleh ayah korban dan kemudian menyuruh saksi untuk membawa korban Nanang Subekti ke RSUD kebumen

4) Pada waktu saksi membawa korban Nanang Subekti ke RSUD Kebumen, saksi melihat pipi kiri korban Nanang Subekti memar, kelopak mata sebelah kanan memar, selain itu korban Nanang Subekti muntah-muntah dan mengeluh perut sebelah kanan sakit.

5) Pada saat dibawa ke RS, korban Nanang Subekti dalam keadaan setengah sadar, kemudian pada hari Minggu tanggal 17 Oktober 2010 sekitar pukul 16.00 WIB, Nanang Subekti dirujuk ke RSU Banyumas hingga akhirnya pada hari Senin tanggal 18 Oktober 2010 sekitar pukul 09.30 WIB meninggal dunia di RSU Banyumas.

6) Saksi mengetahui kalau Nanang Subekti dipukul dari saksi Musriyati yang menelepon saksi.

7) Ketika jenazah Nanang Subekti dimandikan, saksi melihat pada badan jenazah membengkak, pada bagian perut sebelah kiri membiru, bagian wajah lebam dan membengkak serta ada luka di dada.

Saksi AHMAD ROMADHON bin MUH. YUSUP

Menerangkan:

1) Saksi kenal dengan para terdakwa namun tidak ada hubungan keluarga maupun pekerjaan.

2) Pada hari Sabtu tanggal 16 Oktober 2010 sekitar pukul 21.00 WIB bertempat di SMK Ma’arif 4 ruang kelas I TMOB telah terjadi pemukulan terhadap Nanang Subekti.

3) Bahwa yang telah melakukan pemukulan terhadap Nanang Subekti adalah 7 orang yaitu saksi Rico Aristanto, saksi Mohammad Amirul Wildan, saksi Ihwan Rosyadi, saksi Ismangil Fajar Junianto (dituntut dalam berkas terpisah), serta terdakwa CMS, terdakwa DA dan terdakwa JR.

4) Saksi pada saat itu sedang berada di Mushola kemudian saksi melihat kelas 1 TMO B ramai, kemudian saksi mendekat dan berdiri di dekat pintu, pada waktu itu korban Nanang Subekti sudah ada di ruangan.

5) Saksi melihat Nanang Subekti duduk di kursi, tak lama kemudian saksi Mohammad Amirul wildan langsung menendang kursi yang diduduki oleh Nanang Subekti dari arah samping kanan dengan menggunakan kaki kanannya hingga Nanang Subekti terjatuh di lantai.

6) Kemudian Nanang Subekti berdiri dan dipisahkan oleh terdakwa JR, namun saksi Mohammad Amirul Wildan tetap memukul Nanang Subekti dengan menggunakan tangan kanannya yang mengepal mengenai pundak sebelah kiri, lalu saksi Mohammad Amirul Wildan memukul laki mengenai rahang kiri, setelah itu saksi Rico Aristanto memukul Nanang Subekti dengan menggunakan tangan kanannya yang mengepal sebanyak 5 kali dan mengenai muka yaitu pipi kiri.

7) Setelah itu saksi Ihwan Rosyadi memukul menggunakan tangan kanannya yang mengepal mengenai muka yaitu pipi kiri sebanyak 3 kali, setelah itu terdakwa JR memukul menggunakan tangan kanannya yang mengepal mengenai muka yaitu pipi kiri sebanyak 3 kali, kemudian Nanang Subekti dipukul secara bersama-sama oleh para terdakwa hingga Nanang Subekti terjatuh ke meja, selanjutnya terdakwa DA menarik kaki Nanang Subekti hingga terjatuh ke lantai dan kepalanya membentur lantai.

8) Pada saat kejadian, saksi melihat saksi Ismangil Fajar Junianto menampar pipi kiri Nanang Subekti sebanyak 1 kali dimana pada saat itu Nanang Subekti sedang bersandar di meja, kemudian para terdakwa memarahi Nanang Subekti, setelah itu saksi Ismangil Fajar Junianto langsung menampar pipi kiri Nanang Subekti sebanyak 1 kali diikuti para terdakwa lainnya.

9) Kemudian Nanang Subekti ditarik ke depan ruang kelas, kemudian terdakwa DA menginjak punggung Nanang Subekti, saksi Mohammad Amirul Wildan menendang kaki kanannya mengenai perut, kemudian terdakwa DA menginjakkan kaki kanannya mengenai perut, kemudian Rico Aristanto menendangkan kaki kanannya mengenai perut/paha, setelah itu Nanang Subekti pergi meninggalkan stasiun radio dan pulang ke rumahnya dengan naik sepeda kayuh.

10) Saksi melihat kejadian tersebut pada jarak kurang lebih 4 meter di dalam ruang Kelas TMO B dan saksi melihat dengan jelas karena ada lampu listrik yang menerangi ruangan kelas yang menggantung di eternit.

11) Pada saat dilakukan pemukulan oleh para terdakwa, Nanang Subekti tidak melakukan perlawanan dan akibat pemukulan oleh para terdakwa, Nanang Subekti mengalami luka di bagian bawah leher dan mengeluarkan darah, pipi kanan dan kiri mengalami luka lebam dan bengkak.

Atas keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan tidak keberatan.

Saksi SOLEHAN bin NARTO HUDIN

Menerangkan:

1) Saksi kenal dengan para terdakwa namun tidak ada hubungan keluarga maupun pekerjaan.

2) Pada hari Sabtu tanggal 16 Oktober 2010 sekitar pukul 21.00 WIB bertempat di ruang kelas I TMOB, telah terjadi tindak pidana pemukulan terhadap Nanang Subekti.

3) Bahwa yang telah melakukan pemukulan terhadap Nanang Subekti adalah 7 orang yaitu saksi Rico Aristanto, saksi Mohammad Amirul Wildan, saksi Ihwan Rosyadi, saksi Ismangil Fajar Junianto (dituntut dalam berkas terpisah), serta terdakwa CMS, terdakwa DA dan terdakwa JR.

4) Kejadiannya bermula ketika saksi Rico Aristanto dan saksi Ihwan Rosyadi datang ke kost saksi, saat itu saksi sedang ngobrol dengan terdakwa DA kemudian saksi diajak oleh Rico Aristanto untuk main di SMK Ma'arif.

5) Dengan mengendarai sepeda motor, saksi berboncengan dengan terdakwa DA sedangkan saksi Rico Aristanto berboncengan dengan saksi Ihwan Rosyadi menuju SMK Ma'arif.

6) Selanjutnya saksi Rico Aristanto menuju ke ruang studio lantai 2, ketika itu saksi Rico Aristanto melewati mushola, di sana sudah ada terdakwa JR, terdakwa CMS, saksi Ihwan Rosyadi saksi Imangil, terdakwa DA, kemudian saksi Rico Aristanto mengajak ke ruang TMO B.

7) Setelah di dalam kelas, Rico Aristanto bertanya, “Siapa yang menelpon saya tadi sore?” lalu terdakwa CMS menjawab “tidak tahu”, selanjutnya saksi Rico Aristanto kembali bertanya “siapa saja yang ada di studio tadi sore?” dijawab “ Ismangel, Jaenur Rohman, Billy dan Nanang”. Lalu saksi Rico Aristanto meminta melalui telepon agar Billy datang ke SMK, namun Billy tidak bisa karena sedang kerja. Selanjutnya Rico Aristanto menyuruh Ismangil menelpon Nanang Subekti namun Nanang Subekti tidak bisa, kemudian terdakwa CMS menelpon lagi dan kemudian Nanang Subekti datang.

8) Sekitar pukul 21.00 WIB, Nanang Subekti datang lalu duduk di kursi, tak lama kemudian saksi Mohammad Amirul Wildan langsung menendang kursi yang diduduki Nanang Subekti dari arah samping kanan dengan menggunakan kaki kanannya hingga Nanang Subekti terjatuh ke lantai.

9) Kemudian Nanang Subekti berdiri dan dipisahkan oleh terdakwa JR, namun saksi Mohammad Amirul Wildan tetap memukul Nanang Subekti dengan menggunakan tangan kanannya yang mengepal mengenai pundak sebelah kiri, lalu saksi Mohammad Amirul Wildan memukul laki mengenai rahang kiri, setelah itu saksi Rico Aristanto memukul Nanang Subekti dengan menggunakan tangan kanannya yang mengepal sebanyak 5 kali dan mengenai muka yaitu pipi kiri.

10) Setelah itu saksi Ihwan Rosyadi memukul menggunakan tangan kanannya yang mengepal mengenai muka yaitu pipi kiri sebanyak 3 kali, setelah itu terdakwa JR memukul menggunakan tangan kanannya yang mengepal mengenai muka yaitu pipi kiri sebanyak 3 kali, kemudian Nanang Subekti dipukul secara bersama-sama oleh para terdakwa hingga Nanang Subekti terjatuh ke meja, selanjutnya terdakwa DA menarik kaki Nanang Subekti hingga terjatuh ke lantai dan kepalanya membentur lantai.

11) Saksi melihat saksi Ismangil Fajar Junianto menampar pipi kiri Nanang Subekti sebanyak 1 kali dimana pada saat itu Nanang Subekti sedang bersandar di meja. 12) Kemudian terdakwa DA menarik Nanang Subekti dibawa ke depan, ketika

Nanang Subekti terduduk di lantau lalu diinjak punggungnya oleh terdakwa DA, lalu saksi Mohammad Amirul Wildan dan terdakwa DA menendang perutu kiri korban dengan menggunakan kaki kanan, masing-masing sebanyak 1 kali.

Setelah itu korban berdiri bersandar di meja dan oleh saksi Rico Aristanto serta terdakwa CAM korban kembali ditendang masing-masing sebanyak 1 kali mengenai perut bagian kanan. Selanjutnya para terdakwa dan saksi Rico Aristanto, saksi Wildan, Ismangil dan Ihwan Rosyadi spontan bersama-sama mengatakan “uwis..uwis…” sehingga mereka berhenti memukul lalu terdakwa JD membawa korban ke luar ruangan.

13) Saksi melihat kejadian tersebut pada jarak kurang lebih 4 meter di dalam ruang Kelas TMO B bersama dengan saksi Moh. Romadhon dan saksi tidak memisah karena takut..

14) Pada saat dilakukan pemukulan oleh para terdakwa, Nanang Subekti tidak melakukan perlawanan dan akibat pemukulan oleh para terdakwa, Nanang Subekti mengalami luka di bagian bawah leher dan mengeluarkan darah, pipi kanan dan kiri mengalami luka lebam dan membengkak.

Atas keterangan saksi tersebut, para terdakwa membenarkan dan tidak keberatan.

Saksi RICO ARISTANTO bin ATANG MARYANTORO

Menerangkan:

1) Saksi kenal dengan para terdakwa namun tidak ada hubungan keluarga maupun pekerjaan.

2) Pada hari Sabtu tanggal 16 Oktober sekitar pukul 21.00 WIB di ruang Kelas I TMO B SMK Ma'arif Kebumen, saksi bersama dengan para terdakwa, saksi Mohammad Amirul Wildan, saksi Ismangil Fajar Junianto dan saksi Ihwan Rosyadi telah melakukan pemukulan terhadap korban Nanang Subekti.

3) Kejadiannya bermula ketika pada hari Sabtu sekitar pukul 11.00 WIB saksi akan menyetel lagi di ruang siaran radio, dan di sana telah ada korban Nanang Subekti bersama seorang murid yang sedang siaran, lalu korban keluar ruangan selanjutnya masuk lagi sambil menyerahkan HP nya kepada saksi, lalu saksi menerima, ternyata telepon dari Billy yaitu DJ senior yang mengatakan “yang bukan crew radio tidak boleh menyetel lagu”, lalu saksi menyerahkan HP kembali ke korban Nanang Subekti.

4) Sekitar pukul 18.00 WIB, saksi datang ke kost saksi Solehan dan di sana sudah ada terdakwa DA, lalu saksi mengajak mereka ke SMK untuk menanyakan siapa yang menepol saksi padahal saksi sudah mengetahui yang menelpon adalah Billy. 5) Setelah mendapat telpon dari Billy saksi menjadi sakit hati karena saksi merasa

korban telah melaporkan ke Billy.

6) Kemudian bertiga mereka menuju ke SMK dan mengumpulkan seluruh crew radio, yaitu saksi Mohammad Amirul Wildan, terdakwa JR, saksi Ihwan Rosyadi terdakwa CMS dan saksi Ismangil Fajar Junianto.

7) Lalu saksi pura-pura menanyakan kepada mereka siapa yang telah menelepon saksi tadi siang, namun tidak ada yang mengetahui karena yang siaran tadi siang adalah Nanang Subekti, selanjutnya saksi menyuruh Ismangil Fajar Junianto untuk menelpon korban agar datang ke SMK.

8) Sebelum korban Nanang Subekti datang, saksi sudah mengatakan pada terdakwa,