• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

5.1.2.3 Analisa Bivariat

Tabel 5.4: Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Adekuasi Hemodialisis

Adekuasi Hemodialisis

Tercapai Tidak Tercapai Total (n) Nilai p*

Jenis Kelamin

Laki-Laki 30(57.69) 0(0.00) 30(57.69) 0.174

Perempuan 20(38.46) 2(3.85) 22(42.31)

Total 50(96.15) 2(3.85) 52(100.00)

* Fisher’s exact test pada SPSS

Pada Tabel 5.4, didapatkan bahwa dari 52 orang peserta penelitian, 30 orang laki-laki dan 20 orang perempuan mencapai hemodialisis yang adekuat. Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, peneliti juga mendapatkan ada 2 orang perempuan yang tidak mencapai hemodialisis yang adekuat. Nilai p lebih besar dari 0.05 pada tabel 5.4 menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan adekuasi hemodialisis dalam penelitian ini.

Tabel 5.5: Hubungan antara Frekuensi Hemodialisis dengan Adekuasi Hemodialisis

Adekuasi Hemodialisis

Tercapai Tidak Tercapai Total (n) Nilai p*

Frekuensi HD (per Minggu)

2 Kali 42(84.00) 2(4.00) 44(88.00) 1.000

3 Kali 6(12.00) 0(0.00) 6(12.00)

Total 48(96.00) 2(4.00) 50(100.00)

* Fisher’s exact test pada SPSS

Berdasarkan pada Tabel 5.5, di antara 50 orang peserta penelitian, 42 orang yang menjalani hemodialisis 2 kali per minggu dan 6 orang yang menjalani hemodialisis 3 kali per minggu mencapai hemodialisis yang adekuat. Sementara 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

orang yang menjalani hemodialisis 2 kali per minggu tidak mencapai hemodialisis yang adekuat. Nilai p lebih besar dari 0.05 pada tabel 5.5 menggambarkan tidak ada hubungan antara frekuensi hemodialisis dengan adekuasi hemodialisis dalam penelitian ini.

Tabel 5.6: Hubungan antara Adekuasi Hemodialisis dengan Mortalitas

Adekuasi Hemodialisis

Tercapai Tidak Tercapai Total (n) Nilai p*

Status

Hidup 43(87.75) 2(4.09) 45(91.84) 1.000

Meninggal 4(8.16) 0(0.00) 4(8.16)

Total 47(95.91) 2(4.09) 49(100.00)

* Fisher’s exact test pada SPSS

Pada tabel 5.6 di atas, didapatkan bahwa di antara 49 orang peserta penelitian, 43 orang yang hidup dan 4 orang yang meninggal telah mencapai hemodialisis yang adekuat. Sedangkan, 2 orang yang hidup tidak mencapai hemodialisis yang adekuat. Nilai p lebih besar dari 0.05 menunjukkan tidak ada hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan mortalitas dalam penelitian ini.

Tabel 5.7: Hubungan antara Usia dengan Adekuasi Hemodialisis

Adekuasi Hemodialisis

Tercapai Tidak Tercapai Total (n) Nilai p*

Kelompok Usia 15-24 tahun 1(1.92) 0(0.00) 1(1.92) 0.271 25-34 tahun 3(5.77) 0(0.00) 3(5.77) 35-44 tahun 5(9.62) 0(0.00) 5(9.62) 45-54 tahun 10(19.23) 2(3.85) 12(23.08) 55-64 tahun 24(46.15) 0(0.00) 24(46.15) 65-74 tahun 6(11.54) 0(0.00) 6(11.54) ≥75 tahun 1(1.92) 0(0.00) 1(1.92) Total 50(96.15) 2(3.85) 52(100.00)

*Uji korelasi spearman pada SPSS

Berdasarkan Tabel 5.7, didapatkan bahwa diantara 52 orang peserta penelitian, 1 orang yang berada di kelompok usia 15-24 tahun, 3 orang yang berada di kelompok usia 25-34 tahun, 5 orang yang berada di kelompok usia 35-44 tahun, 10 orang yang berada di kelompok usia 45-54 tahun, 24 orang yang berada di kelompok usia 55-64 tahun, 6 orang yang berada di kelompok usia 65-74 tahun, dan 1 orang yang berada di kelompok usia lebih besar atau sama dengan 75 tahun telah mencapai hemodialisis yang adekuat. Sedangkan, 2 orang yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

berada kelompok usia 45-54 tahun tidak mencapai hemodialisis yang adekuat. Nilai p lebih kecil dari 0.5 di pada tabel 5.7 menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara adekuasi hemodialisis pada kelompok usia yang ada pada tabel dalam penelitian ini.

Tabel 5.8: Hubungan antara Penyakit Penyerta dengan Adekuasi Hemodialisis

Adekuasi Hemodialisis

Tercapai Tidak Tercapai Total (n) Nilai p*

Diagnosa HN 41(78.85) 2(3.85) 43(82.70) 0.998 GNK 1(1.92) 0(0.00) 1(1.92) DN 4(7.69) 0(0.00) 4(769) ESRF 1(1.92) 0(0.00) 1(1.92) UK 3(5.77) 0(0.00) 3(5.77) Total 50(96.15) 2(3.85) 52(100.00)

*Uji regresi logistic pada SPSS

Pada Tabel 5.8, diantara 50 orang peserta penelitian, 41 orang yang didiagnosa dengan hipertensi, 1 orang yang didiagnosa dengan glomeluronefritis kronik, 4 orang yang didiagnosa dengan diabetik nefropati, 1 orang yang didiagnosa dengan end stage renal failure dan 3 orang yang tidak diketahui diagnosanya telah mencapai hemodialisis yang adekuat. Namun, 2 orang yang didiagnosa dengan hipertensi tidak mencapai hemodialisis yang adekuat. Nilai p lebih besar dari 0.05 pada tabel 5.8 menggambarkan hubungan antara adekuasi hemodialisis pada peserta penelitian dengan diagnosa tidak signifikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 5.9: Hubungan antara Lama Menjalani Hemodialisis dengan Adekuasi

Hemodialisis

Adekuasi Hemodialisis

Tercapai Tidak Tercapai Total (n) Nilai p*

Lama Menjalani HD 1 Bulan 3(6.12) 0(0.00) 3(6.12) 0.702 2 Bulan 6(12.24) 1(2.04) 7(14.28) 3 Bulan 3(6.12) 0(0.00) 3(6.12) 4 Bulan 5(10.20) 0(0.00) 5(10.20) 5 Bulan 7(14.30) 0(0.00) 7(14.30) 6 Bulan 9(18.37) 0(0.00) 9(11.37) 7 Bulan 5(10.20) 1(2.04) 6(12.24) 8 Bulan 8(16.33) 0(0.00) 8(16.33) 9 Bulan 1(2.04) 0(0.00) 1(2.04) Total 47(95.91) 2(4.08) 49(100.00)

*Uji regresi logistic pada SPSS

Berdasarkan pada tabel 5.9, terdapat 49 orang peserta penelitian. Dimana, 3 orang yang telah menjalani hemodialisis selama 1 bulan, 6 orang yang telah menjalani hemodialisis selama 2 bulan, 3 orang yang telah menjalani hemodialisis selama 3 bulan, 5 orang yang telah menjalani hemodialisis selama 4 bulan, 7 orang yang telah menjalani hemodialisis selama 5 bulan, 9 orang yang telah menjalani hemodialisis selama 6 bulan, 5 orang yang telah menjalani hemodialisis selama 7 bulan, 8 orang yang telah menjalani hemodialisis selama 8 bulan dan 1 orang yang telah menjalani hemodialisis selama 9 bulan telah mencapai hemodialisis yang adekuat. Sedangkan, 1 orang yang telah menjalani hemodialisis selama 2 bulan dan 1 orang yang telah menjalani hemodialisis selama 6 bulan tidak mencapai hemodialisis yang adekuat. Nilai p lebih besar dari 0.05 pada tabel 5.9 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara adekuasi hemodialisis pada orang yang telah menjalani hemodialisis dengan suatu periode hemodialisis tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.2.4. Analisa Multivariat

Tabel 5.10: Korelasi antara Karakteristik Pasien

Spearman Frekuensi HD per Minggu Lama HD Kelompok Frekuensi HD 1 sampai Pemeriksaan URR Kelompok Usia

Diagnosa Status Adekuasi Hemodialisis Frekuensi HD per Minggu Koefisien Korelasi 1.000 0.305* 0.281* 0.014 0.042 -0.149 -0.075 Nilai p* 0.031 0.048 0.925 0.770 0.303 0.603 Lama HD Koefisien Korelasi 0.305* 1.000 0.313* -0.007 0..045 0.217 -0.057 Nilai p* 0.031 0.024 0.959 0.753 0.122 0.688 Kelompok Frekuensi HD 1 sampai Pemeriksaan URR Koefisien Korelasi 0.281* 0.313* 1.000 0.050 -0.165 -0.118 0.017 Nilai p* 0.048 0.024 0.727 0.242 0.405 0.904 Kelompok Usia Koefisien Korelasi 0.14 -0.007 0.050 1.000 -0.084 0.176 -0.156 Nilai p* 0.925 0.959 0.727 0.553 0.213 0.271 Diagnosa Koefisien Korelasi 0.042 0.045 -0.165 -0.084 1.000 -0.029 -0.091 Nilai p* 0.770 0.753 0.242 0.553 0.838 0.521 Status Koefisien Korelasi -0.149 0.217 -0.118 0.176 -0.029 1.000 -0.091 Nilai p* 0.303 0.122 0.405 0.213 0.838 0.579 Adekuasi Hemodialisis Koefisien Korelasi -0.075 -0.057 0.017 -0.156 -0.091 -0.079 1.000 Nilai p* 0.603 0.688 0.904 0.271 0.521 0.579

*Uji korelasi spearman pada SPSS

Pada Tabel 5.10 di atas, peneliti melakukan uji korelasi spearman untuk mencari hubungan antara berbagai karakteristik pasien. Hasil dari tabel 5.10 di atas menyatakan apabila koefisien korelasi berada di antara -1 sampai dengan 1 maka, kedua variabel dinyatakan berhubungan. Apabila koefisien korelasi sama dengan 0, hal tersebut mennyatakan tidak ada hubungan sama sekali antara kedua variabel tersebut.

Pada tabel di atas, peneliti mendapatkan hubungan antara satu karakteristik dengan karakteristik peserta penelitian lainnya lemah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.2. Pembahasan

Pada Tabel 5.1 dan 5.4, didapatkan bahwa jumlah laki-laki (57.7%) yang menjalani hemodialisis lebih besar dibandingkan dengan jumlah perempuan (42.3%). Hal ini sesuai dengan hasil Riskesdas 2013 yang menyatakan bahwa prevalensi GGK pada pria di Indonesia lebih besar dibandingkan pada wanita. Ujianto (2005) pada penelitiannya memaparkan bahwa 69.6% dari peserta penelitiannya yang menjalani hemodialisis merupakan laki-laki.

Dari Tabel 5.4, peneliti tidak mendapatkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan adekuasi hemodialisis. Dalam penelitian ini, peneliti tidak dapat menemukan jumlah peserta penelitian dengan perbandingan peserta penelitian yang mencapai hemodialisis yang adekuat dengan peserta penelitian yang tidak mencapai hemodialisis yang kuat sehingga peneliti tidak dapat membandingkan hubungan antara jenis kelamin dengan adekuasi hemodialisis.

Muzasti (2011) memaparkan tidak ada perbedaan harapan hidup antara pasien laki-laki yang menjalani hemodialisis dengan pasien perempuan yang menjalani hemodialisis. Meskipun dalam laporan penelitiannya, didapat mean harapan hidup pada perempuan (34.09 bulan) lebih besar daripada mean harapan hidup pada laki-laki (27.76 bulan).

Berdasarkan Tabel 5.5, hasil penelitian menggambarkan tidak ada hubungan antara frekuensi hemodialisis per minggu dengan adekuasi hemodialisis. Namun, pada tabel 5.10 peneliti mendapatkan bahwa ada hubungan yang kuat antara frekuensi hemodialisis per minggu dengan adekuasi hemodialisis. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengingatkan kembali bahwa peneliti tidak dapat menemukan jumlah peserta penelitian dengan perbandingan peserta penelitian yang mencapai hemodialisis yang adekuat dengan peserta penelitian yang tidak mencapai hemodialisis yang kuat sehingga peneliti tidak dapat membandingkan hubungan antara frekuensi hemodialisis dengan adekuasi hemodialisis.

Pernefri (2003) menyebutkan bahwa frekuensi yang direkomendasikan untuk melakukan tindakan hemodialisis adalah antara 10-15 jam yang terbagi dalam minimal 2 kali tindakan hemodialisis dalam seminggu. Chertow et al

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2010) menyebutkan bahwa frekuensi menjalani tindakan hemodialisis yang sering akan menurunkan angka mortalitas pasien dengan penyakit ginjal kronik karena bisa mengontrol kondisi kelebihan cairan, kekurangan albumin, hipertensi, dan hyperphosphatemia.

4th Report of Indonesian Renal Registry (2011) mencatat bahwa sekitar 322 orang dari 423 pasien (76.1%) yang menjalani hemodialisis di Sumatera Utara memiliki frekuensi hemodialisis 2 kali dalam seminggu.

Berdasarkan Tabel 5.6, peneliti tidak menemukan hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan tingkat mortalitas. Dalam penelitian ini, peneliti tidak dapat menemukan jumlah peserta penelitian dengan perbandingan peserta penelitian yang mencapai hemodialisis yang adekuat dengan peserta penelitian yang tidak mencapai hemodialisis yang kuat sehingga peneliti tidak dapat membandingkan hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan tingkat mortalitas.

Hemodialisis dikatakan mencapai adekuat apabila URR lebih besar atau sama dengan 65%. Penelitian Owen dkk dalam Gatot (2008) mencatat bahwa rendahnya kadar URR akan meningkatkan resiko mortalitas. Pasien dengan URR dibawah 60% mempunyai perbedaan makna resiko mortalitas dengan pasien yang memiliki URR di antara 65-69%.

Dari Tabel 5.1 dan Tabel 5.7 di atas, peneliti juga menemukan bahwa dari 52 peserta penelitian, distribusi penyebaran kelompok usia yang terbanyak adalah 55-64 tahun (46.2%). Pernefri melalui 4th Report of Indonesian Renal Registry (2011) memaparkan bahwa usia peserta hemodialisis yang aktif adalah dari 45-54 tahun (27%). Sedangkan, Pernefri memaparkan usia peserta hemodialisis di antara 55-64 tahun ada 22%.

Muzasti (2011) dalam penelitiannya mencatat bahwa pasien yang menjalani hemodialisis paling banyak memulai pada saat berusia di antara 40-59 tahun (61%).

Berdasarkan Tabel 5.7 dan tabel 5.10, peneliti menemukan adanya hubungan yang lemah antara usia saat memulai hemodialisis dengan adekuasi daripada hemodialisis. Namun, menurut penelitian Carvalho et al (2003), semakin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

muda onset ketika pasien memulai hemodialisis, maka pasien akan memiliki survival rate yang lebih baik. Carvalho et al (2003) membaginya menjadi 3, yaitu dibawah 43 tahun, diantara 43 sampai 57 tahun, dan di atas 57 tahun. Apabila onset saat memulai hemodialisis di bawah 43 tahun, akan memiliki survival rate yang lebih baik.

Muzasti (2011) melaporkan bahwa resiko mortalitas pada pasien yang memulai hemodialisis pada usia lebih besar dari 60 tahun adalah hampir dua setengah kali dibandingkan dengan pasien yang memulai hemodialisis pada usia 40-59 tahun. Pasien yang memulai hemodialisis pada usia lebih dari 60 tahun juga memiliki resiko mortalitas sebesar lebih kurang satu setengah kali dibandingkan dengan pasien yang memulai hemodialisis kurang dari 40 tahun.

Pada Tabel 5.1 dan 5.8, didapatkan bahwa jumlah peserta penelitian yang didiagnosa dengan hipertensi jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan peserta penelitian yang didiagnosa dengan penyakit lainnya. (82.7%). Hal ini sesuai dengan 4th Report of Indonesian Renal Registry (2011) yang melaporkan bahwa sekitar 46% pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis juga disertai dengan hipertensi.

Pada Tabel 5.8, hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara adekuasi hemodialisis pada peserta penelitian dengan berbagai macam diagnosa penyakit. Namun, Haller (2008) melaporkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis dengan hipertensi ataupun hipotensi memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang normal.

Diepen et al (2014) menyebutkan bahwa pasien dengan riwayat gangguan pembuluh darah dan pada pasien dengan diabetes mellitus memiliki prognosis yang lebih buruk meskipun hemodialissis yang dijalani adekuat.

Pada penelitian Carvalho (2003) menyebutkan bahwa survival pada pasien yang menjalani hemodialisis dengan hipertensi dan diabetes jauh lebih rendah dibandingkan dengan lainnya.

Muzasti (2011) mencatat bahwa pasien yang menjalani hemodialisis dengan diabetes memiliki resiko mortalitas sebesar lebih dari satu setengah kali dibandingkan dengan pasien yang non-diabetes.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Berdasarkan Tabel 5.9, peneliti menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara adekuasi hemodialisis pada pasien yang telah menjalani hemodialisis selama 1 bulan sampai dengan pasien yang menjalani hemodialisis selama 9 bulan. Lama hemodialisis yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah waktu sejak peserta penelitian melakukan hemodialisis yang pertama kali sampai dengan penelitian ini dilakukan.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak dapat menemukan jumlah peserta penelitian dengan perbandingan peserta penelitian yang mencapai hemodialisis yang adekuat dengan peserta penelitian yang tidak mencapai hemodialisis yang kuat . Peneliti juga tidak dapat menemukan hasil URR pada saat peserta penelitian melakukan proses hemodialisis yang pertama sehingga peneliti tidak dapat membandingkan hubungan antara lama hemodialisis dengan adekuasi hemodialisis

Muzasti (2011) dalam penelitiannya mengatakan semakin lama pasien menjalani hemodialisis, maka harapan hidup dari pasien tersebut akan semakin tinggi. Muzasti(2011) membagi lama hemodialisis menjadi 3 kategori yaitu; dibawah 60 bulan, antara 60-120 bulan, dan lebih dari 120 bulan. Dalam penelitiannya, Muzasti melaporkan rata-rata harapan hidup pada pasien yang telah menjalani hemodialisis lebih dari 120 bulan (61.5 bulan) lebih besar dibandingkan dengan pasien yang menjalani hemodialisis antara 60-120 bulan (42.3 bulan) dan pasien yang menjalani hemodialisis kurang dari 60 bulan (23.1 bulan).

Muzasti (2011) juga melaporkan bahwa pasien dengan lama hemodialisis kurang dari 5 tahun memiliki resiko mortalitas sebesar hampir sepuluh kali dibandingkan dengan pasien yang sudah menjalani hemodialisis selama lebih dari 10 tahun. Pasien dengan lama hemodialisis kurang dari 5 tahun juga memiliki resiko mortalitas sebesar dua setengah kali dibandingkan dengan pasien yang telah menjalani hemodialisis selama 5-10 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 6

Dokumen terkait