1. Hasil rongent sebelum operasi : mal union fraktur femur sinistra
3.2 ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
keperawatan 1. DS :
DO :
Pasien mengatakan nyeri P : Nyeri saat melakukan
aktivitas
Q : Nyeri seperti dipukul-pukul
R : Kaki sebelah kiri S : Skala 7
T : Saat gerak sewaktu-waktu
- Ekspresi wajah tampak meringis jika melakukan aktivitas.
- Ekspresi wajah tampak
Fraktur femur tertutup Malunion, non-union, dan delayed union terapi bedah kerusakan jaringan pasca operasi Nyeri
tegang TD : 110/70 mmHg N : 88 x/menit nyeri 2. DS : DO :
Pasien mengatakan bekas luka operasi masih basah 1.Luka operasi sepanjang 20
cm
2.Luka tampak merah tidak ada PUS dan darah. S : 360C
N : 88 x/menit
3.Leukosit : 8.000 H/mm3
Luka post operasi Port de entry Resiko infeksi
Resti infeksi
3. DS : Pasien mengatakan dalam beraktivitas pasien tidak bisa mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain dan alat
Fraktur femur Terputusnya hubungan tulang Ketidakmampuan melakukan pergerakan kaki Immobilisasi Hambatan mobilitas fisik 4. DS: DO:
Klien jarang mandi, mandi jika hanya dibantu keluarga. Klien tampak lusuh. Rambut berantakan, baju tidak ganti
fraktur femur Kelemahan fisik ekstrimitas bawah
Defisit perawatan diri
diri 3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang 2. Resiko infeksi b.d port de entry luka pasca bedah, pemasangan alat fiksasi invasive 3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang 3.4 intervensi
Nyeri b.d kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang Tujuan : dalam waktu 2x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi
1. Kriteria Hasil : Pasien menyatakan nyeri berkurang 2. Skala nyeri 0-1 (0-5)
3. Dapat mengidentifikasikan aktifitas yang dapat menurunkan nyeri 4. Pasien tidak gelisah
Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan skala 0-4 Nyeri merupakan respons subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera
Lakukan manajemen nyeri keperawatan
1. atur posisi immobilisasi pada paha Immobilisasi yang adekuat dapatmengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha.
2. manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan istirahatkan klien
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi o2 ruangan
3. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam ketika nyeri muncul.
Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder akibat iskemia
4. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri agar tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan presepsi nyeri 5. Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pa. da saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri.
Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri. 6. Berikan kesempatan waktu istirahat
jika terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman, misalnya waktu tidur, bagian belakangnya dipasang bantal kecil
Istirahat akan merelaksasikan semua jaringan sehingga meningkatkan kenyamanan
Kolaborasi
pemberian analgetik Analgesik memblok lintasan nyerisehingga nyeri akan berkurang pemasngan traksi tulang Traksi yang efektif akan memberikan dampak pada penurunan pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk penyatuan tulang
Operasi untuk pemasangan fiksasi interna Fiksasi interna dapat membantu imobilisasi fraktur femur sehingga pergerakan fragmen berkurang.
Resiko infeksi b.d port de entry luka pasca bedah, pemasangan alat fiksasi invasive
Tujuan: dalam waktu 12x24 jam terjadi perbaikan pada intregitas jaringan lunak dan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
1. pada hari ke-12 tidak ada tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area luka pembedahan.
2. Leukosit dalam batas normal 3. Ttv dalam batas normal
Intervensi Rasional
Kaji faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya infeksi yang masuk ke port de entree
Faktor port de entree fraktur femur adalahluka terbuka dari fraktur, luka pasca-bedah, sisi luka dari traksi tualng, setiap sisi besi pada fiksasi eksterna. Faktor-faktor ini ini harus dipantau oleh perawat dan dilakukan perawatan luka steril
Lakukan perawatan luka secara steril Teknik perawatan luka secara steril dapat mengurangi kontaminasi kuman Pantau/ batasi kunjungan Mengurangi resiko kontak infeksi dari
dan protein umum dan membantu menurunkan resiko infeksi
Bantu perawatan diri dan keterbatasan aktivitas sesuai toleransi. Bantu program latihan
Menunjukkan kemampuan secara umum dan kekuatan otot dan meransang pengembalian sistem imun
Kolaborasi:
Beri antibiotik sesuai indikasi Satu atau beberapa agens diberikan yangbergantung pada sifat patogen dan infeksi yang terjadi.
Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang
Tujuan : dalam 2 x 24 jam pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal meski degan bantuan.
Kriteria hasil :
1. penampilan yang seimbang.
2. melakukan pergerakkan dan perpindahan.
3. mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik : 0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran. 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi Rasional
Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan . kaji secara teraur fungsi motorik
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
Atur posisi imobilisasi pada paha Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit
Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
Bantu klien melakukan latihan rom,
perawatan diri sesuai toleransi Untuk memelihara fleksibilitas sendisesuai kemampuan Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien Peningkatan kemampuan dalammobilisasi ekstremitas dapat dicapai dengan latihan fisik dari tim ahli fisioterapi
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik ekstremitas bawah
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri
Kriteria hasil: klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasi personel yang dapat membantu
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan ADL
Membantu dalam mengantipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual
Hindari apa yang tidak bisa dilakukan klien dan bantu jika perlu
Klien dalam keadaan cemas dan bergantung, hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan meningkatkan harga diri klien
Dekatkan alat dan sarana yang
dibutuhkan klien Memudahkan klien dan meningkatkankemandirian klien Pertahankan dukungan pola pikir, izinkan
klien melakukan tugas , beri umpan balik positif untuk usahanya
Meningkatkan harga diri klien,
memandirikan klien, dan
menganjurkan klien terus mencoba Identifikasi kebiasaan defekasi , anjurkan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok.
Tanda Dan Gejala : 1. Deformitas
a. Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang b. Penekanan tulang
2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous 4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur 5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan) 8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah 10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).