• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kelas Erosi

4.2.8 Analisa Estimasi Erosi pada DAS Del

Setelah mengetahui estimasi erosi pada tiap-tiap sub DAS Deliyang dianalisa

dengan metode tumpangtindih (overlay). Maka untuk menghitung nilai estimasi erosi

DAS Deli yang dilakukan dengan cara menggabungkan (merger) seluruh variabel

peta yang digunakan dalam mengestimasi jumlah erosi dari tiap-tiap sub DAS

Delimenggunakan ekstension tool geoprocessing pada aplikasi ArcView 3.3,

sehingga diperoleh tabular estimasi total erosi pada DAS Deli secara keseluruhan.

Hasil perhitungan besarnya estimasi jumlah erosi pada total satuan lahan DAS Deli

tertera pada tabel L E.79 terlihat bahwa estimasi jumlah erosi pada DAS Deli yang

diperoleh memberikan hasil yang bervariasi untuk setiap jenis satuan lahan yang

dianalisis pada tiap satuan lahan yang ada pada DAS Deli. Berdasarkan jumlah

erosinya, erosi pada satuan lahan DAS Deli diklasifikasikan dalam lima kelas erosi,

yaitu:

Kelas ini dikategorikan atas tingkat erosi sangat rendah (SR) dengan laju erosi

kurang dari 15 tn/ha/thn, kelas erosi ini tersebar pada 12 kode satuan lahan yang

berada pada 6 jenis tutupan lahan,dimana erosi terbesarberada pada tutupan

lahanPertanian Lahan Kering dengan kodeSLSDPB 7 dengan erosisebesar

9,899tn/ha/thn dan erosi yang terkecil berada padatutupan lahan badan air dengan

kodeSLSDD 3 dengan erosi sebesar0,071 tn/ha/thn. Adapun 12 kode satuan

lahan tersebut adalah (1) Belukar Rawa dengan kode satuan lahan SLSDD 6,

SLSDPB 6 dan SLSDPE 6; (2) Hutan Mangrove Sekunder dengan kode satuan

lahan SLSDD 4 dan SLSDPB 5; (3) Pertanian Lahan Kering dengan kode satuan

lahan SLSDPB 7; (4) Sawah dengan kode satuan lahan SLSDPB 8 dan SLSDBA

3; (5) Tambak dengan kode satuan lahan SLSDD 5 dan SLSDPB 9; dan (6)

Badan Air dengan kode satuan lahan SLSDD 3 dan SLSDPB 4.Dilihat dari

faktor-faktor yang mempengaruhi erosi, kelas erosi ini berada pada daerah

dengan tingkat erodibiltas rendah, berada pada daerah dengan lereng kurang dari

0 - 8 %, namun ada juga kelas lereng > 8 – 15 %, dengan penggunaan lahan

yang dominan merupakan daerah Belukar Rawa, Kelas erosi ini tersebar pada

DAS Deli dengan luasan 3.138,312 ha atau 6,64 % dari total luas DAS Deli..

2. Kelas Erosi II

Kelas ini dikategorikan atas tingkat erosi rendah (R) dengan laju erosi kurang

dari 15 – 60 tn/ha/thn, kelas erosi ini tersebar pada 8 kode satuan lahan yang

berada pada 4 jenis tutupan lahan, dimana erosi terbesar berada pada tutupan

dan erosi yang terkecil berada pada tutupan lahan Perkebunan dengan kode

SLSDBE 1 dengan erosi sebesar 24,966 tn/ha/thn. Adapun 8 kode satuan lahan

tersebut adalah (1) Pertanian Lahan Kering dengan kode satuan lahan SLSDD 7,

SLSDSS3 dan SLSDBE 4; (2) Tanah Terbuka dengan kode satuan lahan

SLSDBA2; (3) Perkebunan dengan kode satuan lahan SLSDBE1 dan SLSDPE 1;

(4) Pemukiman dengan kode satuan lahan SLSDPE2 dan SLSDSI1. Dilihat dari

faktor-faktor yang mempengaruhi erosi, kelas erosi ini berada pada daerah

dengan lereng0 - 8 %, > 25 – 45, dan > 45 %,walaupun berada pada kelas lereng

yang tinggi bukan berarti memiliki jumlah erosi yang tinggi, pada satuan lahan

ini dipengaruhi indeks erodibilitas yang rendah. dengan penggunaan lahan yang

dominan merupakan daerah Pertanian, Kelas erosi ini tersebar pada DAS Deli

dengan luasan 7.505,460 ha atau 15,87 % dari total luas DAS Deli.

3. Kelas Erosi III

Kelas ini dikategorikan atas tingkat erosi Sedang (S) dengan laju erosi 60 – 180

tn/ha/thn, kelas erosi ini tersebar pada 11 kode satuan lahan yang berada pada 5

jenis tutupan lahan, dimana erosi terbesar berada pada tutupan lahan Pertanian

Lahan Kering dengan kode SLSDBA4 dengan erosi sebesar 172,076tn/ha/thn dan

erosi yang terkecil berada pada tutupan lahan Perkebunan dengan kode SLSDD 1

dengan erosi sebesar 62,718 tn/ha/thn. Adapun 11 kode satuan lahan tersebut

adalah (1) Perkebunan dengan kode satuan lahan SLSDD 1, SLSDPB1 dan

SLSDSS1; (2) Pemukiman dengan kode satuan lahan SLSDD 2, SLSDPB 2,

SLSDPB3 ; (4) Pertanian Lahan Kering dengan kode satuan lahan SLSDBA4 dan

SLSDSI 2; (5) Hutan Mangrove Skunder dengan kode satuan lahan SLSDPE 4.

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi erosi, kelas erosi ini berada pada

daerah dengan lereng 0 - 8 % dan > 8 – 15 % yang masuk dalam kategori datar

dan landai, walaupun satuan lahan ini berada pada lereng yang datar dan landai

bukan berrti memiliki tingkat erosi yang rendah, selain kelerengan faktor yang

mempengaruhi satuan lahan ini dikarenakan indeks erodibilitas pada kelas ini

tinggi.dengan penggunaan lahan yang dominan merupakan daerah Pertanian,

Kelas erosi ini tersebar pada DAS Deli dengan luasan 24.019,166 ha atau 50,78

% dari total luas DAS Deli.

4. Kelas Erosi IV

Kelas ini dikategorikan atas tingkat erosi Berat (B) dengan laju erosi 180 – 480

tn/ha/thn, kelas erosi ini tersebar pada 5 kode satuan lahan yang berada pada 4

jenis tutupan lahan, dimana erosi terbesar berada pada tutupan lahan Tanah

Terbuka dengan kode SLSDBE 3 dengan erosi sebesar 208,714tn/ha/thn dan

erosi yang terkecil berada pada tutupan lahan Pemukiman dengan kode SLSDBA

1 dengan erosi sebesar 185,230 tn/ha/thn. Adapun 5 kode satuan lahan tersebut

adalah (1) Bandara / Pelabuhan dengan kode satuan lahan SLSDD 8, dan

SLSDBA5; (2) Pemukiman dengan kode satuan lahan SLSDBA1 ; (3) Tanah

Terbuka dengan kode satuan lahan SLSDBE 3 ; (4) Pertanian Lahan Kering

dengan kode satuan lahan SLSDPE7. Dilihat dari faktor-faktor yang

dan > 8 – 15 % yang masuk dalam kategori datar dan landai, walaupun satuan

lahan ini berada pada lereng datar dan landai bukan berarti memiliki tingkat erosi

yang rendah, selain kelerengan faktor yang mempengaruhi satuan lahan ini

dikarenakan indeks erodibilitas tanah pada kelas ini tinggi dan terdapat3

jenistutupan lahan yang memiliki indek tinggi seperti tutupan lahan berupa

Bandara / Pelabuhan, Pemukiman, dan pertanian lahan kering sebesar 0,950,

penggunaan lahan yang dominan pada kelas ini merupakan daerah Tanah

Terbuka, Kelas erosi ini tersebar pada DAS Deli dengan luasan 12.013,672 ha

atau 25,40 % dari total luas DAS Deli.

5. Kelas Erosi V

Kelas ini dikategorikan atas tingkat erosi Sangat Berat (SB) dengan laju erosi

lebih dari 480 tn/ha/thn, kelas erosi ini tersebar pada 2 kode satuan lahan yang

berada pada 2 jenis tutupan lahan, dimana erosi terbesar berada pada tutupan

lahan Tambak dengan kode SLSDPE 5 dengan erosi sebesar 2.739,034 tn/ha/thn

dan erosi yang terkecil berada pada tutupan lahan Badan Air dengan kode

SLSDPE3 dengan erosi sebesar 1.230,162 tn/ha/thn. Dilihat dari faktor-faktor

yang mempengaruhi erosi, kelas erosi ini berada pada daerah dengan lereng >25

– 45 %dalam kategori curam, satuan lahan ini memiliki indeks faktor – faktor

erosi yang tinggi, penggunaan lahan yang dominan pada kelas ini merupakan

daerah Badan Air, Kelas erosi ini tersebar pada DAS Deli dengan luasan 621,423

Berdasarkan klasifikasi kelas laju erosi pada DAS Deli diatas dirangkum

pada tabel L E.80 memperlihatkan bahwa kelas laju erosi yang paling mendominasi

daerah DAS Deli merupakan Kelas Erosi III dengan luas 24.019,166 ha (50,78 %),

kemudian disusul Kelas Erosi IV dengan luas 12.013,672 ha(25,40 %), Kelas Erosi II

dengan luas 7.505,460 ha (15.87 %), Kelas Erosi I dengan luas 3.138,312 ha (6,64

%), dan Kelas Erosi V dengan luas 621,423 ha (1,31 %).Kemudian peta sebaran erosi

pada DAS Deli dapat dilihat pada lampiran A.27 (L A.27).

Dari tabel L E.81 diperoleh total erosi rata-rata untuk daerah penelitian DAS

Deli yaitu sebesar 138,808tn/ha/thn atau 6.565.344,948tn/thn. Berdasarkan

klasifikasi Kelas Laju Erosi (Tabel 2.4), maka besaran erosi DAS Deli termasuk

dalam erosi kelas 3 (Erosi Sedang) dengan kriteria 60 – 180 tn/ha/th. Berdasarkan

faktor-faktor yang mempengaruhi besaran erosi yang dapat dihasilkan pada suatu

daerah, faktor tingkat kelerengan dan erodibilitas tanah merupakan faktor yang

paling mempengaruhi jumlah erosi yang dihasilkan.semakin kecil nilai indeks

erodibilitas tanah, maka semakin kecil butiran tanah yang terangkut akibat hujan

yang jatuh pada lahan, sehingga erosi lahan yang dihasilkan semakin kecil, bahkan

sebaliknya semakin besar indeks erodibilitas tanah maka semakin besar butiran tanah

yang terangkut akibat hujan yang jatuh dan Semakin datar suatu lahan semakin kecil

pula kecepatan aliran permukaan yang terjadi sehingga kekuatan angkut terhadap

butiran-butiran tanah semakin kecil, bila dibandingkan pada lahan dengan tingkat

kelerengan yang curam akan semakin besar mempengaruhi kecepatan aliran

terhadap jumlah erosi yang dihasilkan. Lahan dengan kondisi bervegetasi buruk tidak

bisa melindungi permukaan tanah yang akan terdispersi akibat energi yang

dihasilkan dari air hujan yang jatuh pada lahan tersebut. Lahan dengan vegetasi

buruk memiliki tingkat daya resap air (infiltrasi) yang kecil kedalam tanah, sehingga

sebagian besar air hujan akan tetap mengalir diatas permukaan tanah menjadi aliran

permukaan yang dapat menangkut butiran tanah yang dilewatinya. Oleh karena itu

tanah dengan kondisi vegetasi yang baik dapat mengurangi jumlah aliran permukaan

sehingga erosi yang dihasilkan juga akan semakin kecil.

Dokumen terkait