• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data hasil survey terumbu karang, koloni karang muda, tutupan alga dan ikan, kemudian dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan untuk memperkirakan prospek tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang secara tidak langsung antara 2 (dua) variabel utama yang menjadi topik dalam penelitian ini. Analisa kuantitatif dilakukan untuk melihat kondisi ekologis ikan herbivora, terumbu karang dan alga berdasarkan perhitungan angka atau indeks sebagai berikut:

a) Terumbu Karang

Dari data yang diperoleh berdasarkan metode transek kuadrat dengan menggunakan kamera bawah air, kemudian dilakukan analisis persentasi penutupan karang baik genus ataupun spesies karang serta penyusun substrat dasar lainnya yang terdapat dalam transek kuadrat (menggunakan program analisis Image-J). Prinsip kerja dari metode ini adalah dengan cara mengkonversi

Panjang transek garis 70 m

20 m 20 m

10 m 10 m

Transek 1 Transek 2 Transek 3

Transek kuadrat P = 10 m Titik akhir UVC (70 m) Titik awal UVC (0 m)

33

foto dari hasil pemotretan objek bawah air dengan satuan meter (sesuai kuadrat ukuran 1 m x 1 m) ke dalam satuan pixel; selanjutnya dilakukan digitasi terhadap koloni karang yang telah diketahui genus atau spesiesnya beserta biota dan substrat dasar lainnya (Lampiran 15). Persentase penutupan karang dapat dihitung dengan rumus:

????• ? ???? ?? ? ?

?????? ? ? ?• ?????? ? ? ? ??• ?? ?????? ? ? ???? ??• ??• ???•

? ? ? ? ?

Data kondisi penutupan terumbu karang yang diperoleh dari persamaan di atas kemudian dikategorikan berdasarkan Gomez dan Yap (1988) seperti disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria penilaian kondisi ekosistem terumbu karang berdasarkan persentase penutupan karang (Gomez & Yap 1988)

Persentase Penutupan (%) Kriteria Penilaian

75 – 100 % Sangat baik

50 – 75 % Baik

25 – 50 % Sedang

0 – 25 % Rusak

Nilai indeks keanekaragaman dan indek keseragaman dihitung menurut rumus yang sama seperti halnya pada ikan herbivora, nilai indek keanekaragaman Shannon (Shannon diversity index = H’) (Shannon 1948; Zar 1996), indeks keseragaman Pielou (Pielou’s evenness index = J’) (Pielou1966 ; Zark 1996) dan indeks dominasi Simpson (Simpson’s dominancy index = C) (Simpson 1949).

b) Pertumbuhan Karang Muda

Analisis yang digunakan untuk menilai pertumbuhan karang muda adalah dengan menghitung persentase luas tutupan koloni karang muda dengan rumus perhitungan yang sama dengan analisis persentase penutupan karang.

c) Presentasi Tutupan Alga (DCA)

Analisis yang digunakan dalam menghitung persentase penutupan alga kategori DCA adalah sama dengan analisis yang dilakukan untuk menghitung persentase penut upan karang.

Dari Hasil program analisis Image-J yang didapat dari transek kuadrat kemudian dihitung persentase penutupan alga dengan rumus:

????• ? ???? ?? ? ?

?????? ? ? ?• ?????? • ???????

?????? ? ? ???? ??• ??• ???• ? ? ? ? ?

d) Ikan Herbivora

1. Frekwensi Relatif Kehadiran Jenis Ikan Herbivora

Frekwensi relatif kehadiran jenis ikan herbivora setiap stasiun dinyatakan dalam prosentase yang dihitung menurut rumus:

? ??? ? ?

?

? ? ? ? ?

Keterangan:

?? = Jumlah kehadiran ikan herbivora jenis i yang dijumpai di setiap stasiun ? = Jumlah total stasiun/transek yang diamati

2. Kelimpahan Jenis dan Suku Ikan Herbivora

Kelimpahan jenis dan suku ikan herbivora dinyatakan dalam rerata jumlah individu ikan per Ha menurut jenis atau suku yang dihitung dengan rumus:

? ? ? ? ? ? ?? ?? ? ? ? ? ?? ? ???????? ? ? ? ? ? ? s ?? ? ? ? ? ? s ?? ? ? ? ? ? G? ? ? Keterangan: s ?

? ? ? ? ? s ?? = Jumlah individu ikan menurut jenis i atau suku i yang dijumpai di setiap stasiun (dalam 350 m2)

? = Jumlah total stasiun yang diamati

3. Keanekaragaman Jenis Ikan Herbivora

Kondisi keanekaragaman jenis ikan herbivora dinyatakan dalam indeks keanekaragaman Shannon (Shannon 1948; Zar 1996) yang dihitung dengan rumus:

? ?? ? ? ?? ? ?? ? ?• ?? Keterangan: ?? ??

?? = jumlah kehadiran individu jenis ke-i

35

4. Keseragaman Jenis Ikan Herbivora

Kondisi keseimbangan individu dalam keseluruhan populasi ikan herbivora dinyatakan dalam indeks keseragaman Pielou (Pielou 1966; Zar 1996) yang dihitung dengan rumus: ? ? ? ? ??? ? ? Keterangan : ? ?? ? ? = ?? ? S = jumlah jenis

5. Dominasi Jenis Ikan Herbivora

Kondisi tingkat dominasi suatu jenis terhadap jenis yang lain dinyatakan dalam indeks dominasi Simpson (Simpson 1949) yang dihitung dengan rumus:

? ? ? ? ?? ? ? ? ? ?? ? Keterangan: C = Indeks dominasi

?? = Jumlah individu ke-i

N = Total jumlah individu

e) Hubungan antara Struktur Dasar dan Struktur Komunitas Ikan

Hasil yang diperoleh berdasarkan analisis terhadap struktur komunitas akan disesuaikan dengan analisis terhadap struktur dasar terumbu karang untuk melihat pola hubungan dan pengelompokan habitat yang terbentuk antara kedua komunitas tersebut, antara lain:

1. Struktur Dasar Ekosistem Terumbu Karang

Untuk melihat pola susunan biota dan substrat yang terbentuk di lokasi penelitian maka digunakan analisis multivariate seperti analisis komponen utama (AKU/PCA), analisis hierarki (cluster analysis) dan analisis skala multidimensi (MDS) dengan menggunakan program software XLSTAT 2009 versi 2.01. Penggunaan beberapa analisis ini untuk melihat pola pengelompokan yang terbentuk berdasarkan ciri dan kemiripan dari struktur dasar ekosistem terumbu karang, sehingga menciptakan informasi dari interaksi dan asosiasi yang lebih detil.

2. Struktur Komunitas Ikan (Ikan Karang Non-Herbivora dan Herbivora)

Analisis terhadap struktur komunitas ikan, dilakukan untuk melihat variasi pola distribusi dan komposisi ikan yang terbentuk pada masing- masing stasiun di lokasi penelitian maka digunakan analisis multivariate yang sama dilakukan pada analisis struktur dasar terumbu karang, dibantu dengan menggunakan program software XLSTAT 2009 versi 2.01.

f) Hubungan antara Kelimpahan Ikan Herbivora, Terumbu Karang dan Tutupan Alga (DCA)

Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan variabel kelimpahan ikan herbivora, tutupan alga (DCA) dan kondisi terumbu karang (termasuk pertumbuhan karang muda) adalah uji korelasi, analisis regresi linier (uji t-student) dan analisis multivariate (PCA) terhadap beberapa hasil analisa kuantitatif. Beberapa analisis tersebut akan dilakukan dengan menggunakan program software XLSTAT 2009 versi 2.01.

Hasil analisis statistik yang diperoleh, selanjutnya akan direpresentasikan sebagai gambaran ekologis untuk memperkirakan prospek tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang secara tidak langsung dengan mendeskripsikan hubungan sebab akibat (causative) antara kondisi kelimpahan ikan herbivora dan prospek pemulihan ekosistem terumbu karang.

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis Daerah

Kecamatan Pulau Tiga merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Natuna yang secara geografis berada pada posisi 3o34’30’’ – 3o39’05’’ LU (Lintang Utara) dan 108o02’25” – 108o06’15” BT (Bujur Timur), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bunguran Barat, sebelah selatan dengan Kecamatan Midai, sebelah barat dengan Kecamatan Siantan dan sebelah timur dengan Kecamatan Bunguran Timur.

Luas wilayah Kecamatan Pulau Tiga adalah ± 211,5989 Km2 atau sekitar 7,99% dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Natuna, yang memiliki 16 buah pulau diantaranya hanya 3 pulau yang berpenghuni dan selebihnya 13 pulau belum dihuni. Pulau-pulau yang berpenghuni tersebut adalah Sabang Mawang, Pulau Tiga dan Sededap, dengan Sabang Mawang sebagai ibukota Kecamatan. Sementara desa-desa yang tercakup di kecamatan tersebut berjumlah 10 desa, yang terdiri dari Desa Sededap, Sabang Mawang, Pulau Tiga, Tanjung Batang, Serantas, Sabang Mawang Barat, Tanjung Kumbik Utara, Setumuk, Selading dan Teluk Labuh.

Berdasarkan data sekunder, kondisi fisik daerah tersebut umumnya merupakan tanah berbukit dan bergunung batu, dengan tinggi 3 – 500 meter dari permukaan laut. Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggiran pantai. Kondisi pantai berbatu karang dan hanya sebagian kecil saja ditemukan yang berpasir putih.

Iklim di daerah tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Musim kemarau terjadi pada bulan Maret hingga Juli, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan September hingga Februari. Curah hujan rata-rata pertahun berkisar 268 mm dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 81,4% dan temperature berkisar antara 27,3oC. Besar kecilnya curah hujan dan saat terjadinya hujan sangat menentukan kondisi iklim suatu daerah.

Kondisi iklim di wilayah Pulau Natuna secara umum terbagi kedalam (empat) macam musim yaitu musim utara, musim timur, musim selatan dan musim barat.

a. Musim utara, angin bertiup dari arah utara dengan kecepatan rata-rata 25 knots dan kecepatan maksimum 36 knots, sehingga menimbulkan gelombang laut yang besar dan sering disertai hujan serta dapat mengkibatkan banjir. Angin musim utara ini biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan Februari.

b. Musim selatan, angin bertiup dari arah selatan dengan kecepatan rata-rata 10 knots diikuti hujan rintik-rintik, biasanya terjadi pada bulan Juli dan Agustus. c. Musim barat, terjadi pada bulan September dan Oktober setiap tahunnya.

Angin bertiup dari arah barat kecepatan angin kadang-kadang sampai mencapai kecepatan 50 knots dan disertai hujan lebat

d. Musim timur, terjadi pada bulan Maret sampai dengan juni setiap tahunnya. Angin ini bertiup dari arah Timur dengan kecepatan rata-rata 12 knots.

Keadaan cuaca di wilayah ini sering tidak menentu, hujan dan angin kencang sering datang secara mendadak, perubahan angin terasa sekali pada bulan Desember hingga Februari, pada saat itu bertiup angin utara dengan kencang dan keadaan laut berombak (Candra 2003).