• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.6 Analisis Data

3.6.6 Analisis AHP

Analisis AHP digunakan untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai prioritas program pemasaran mana yang tepat bagi kawasan wisata. Tahapan pengolahan data selanjutnya yaitu

1. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Pada hirarki (Gambar 3), tersusun atas fokus (F) pada tingkat 1, Dasar pemilihan (D) pada tingkat 2, Aktor (A) pada tingkat 3, Tujuan (T) pada tingkat 4, serta alternatif strategi pemasaran (P) pada tingkat 5.

Gambar 4 Struktur Hirarki Pemilihan Strategi Pemasaran. 2. Menyusun Matriks Pembandingan Berpasangan (MPB)

Matriks Pembandingan Berpasangan (MPB) dimulai dari puncak hirarki yang merupakan dasar untuk melakukan pembandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada di bawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hirarki. Analsisi Pemilihan Strategi Pemasaran (F) D1 D4 A2 A1 P2 P3 P4 A4 An D2 D3 Dn A3 T1 T2 T3 T4 Tn P1 Pn

3. Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil perbandingan yang diperoleh pada langkah 3.

Melakukan pembandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i pada setiap elemen pada baris ke-j, yang berhubungan dengan fokus. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di kolom sebelah kiri selalu dibandingkan dengan elemen-elemen yang ada di baris puncak. Pembandingan berpasangan antar elemen-elemen tersebut dilakukan

dengan pertanyaan “seberapa penting elemen beris ke-i mempengaruhi atau mendominasi fokus permasalahan, dibandingkan dengan kolom

ke-j?” Untuk mengisis MPB menggunakan skala banding yang terdapat pada

tabel 11. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.

Tabel 11 Nilai Banding Berpasangan

Nilai Skala Definisis Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari lainnya

Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya 5 Elemen yang satu jelas lebih

penting dibanding elemen lainnya

Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek 7 Satu elemen sangat jelas lebih

penting disbanding elemen lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih

penting disbanding elemen lainnya

Sokongan elemen yang satu atas yang lainnya terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua pertimbangan di atas

Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan

Kebalikan nilai-nilai di atas

Bilai nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antar elemen A dan B, maka nilai-nilai kebalikan (1/2, 1/3, 1/4,………, 1/9) digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A

4. Masukan nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan bila F1 lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat F (fokus) dibandingkan denga F2. Sedangkan F1 kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi identifikasi masalah dibandingkan dengan F2, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai kebalikannya. Misalnya, bila elemen F12 memiliki nilai 8, maka nilai F21 adalah 1/8.

5. Melaksanakan langkah 2,3, dan 4 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut.

Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen di setiap tingkat hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen diatasnya. Matriks pembandingan dalam model AHP dibandingkan menjadi Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG). MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan , yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j (Gambar 5).

G A1 A2 A3 …… An

A1 a12 a13 …… a1n

A2 a21 a22 a23 …… a2n A3 a31 a32 a33 …… a3n

…… …… ….. ….. ….. ……

An an1 an2 an3 …… ann Gambar 5 Matriks Pendapat Individu. 6. Mengitung rasio inkonsistensi pada setiap MPI

Perhitungan rasio inkonsistensi pada kedua MPI dilakukan dengan menggunakan software expert choice 2000. Tujuannya adalah untuk mengetahui MPI mana yang tidak memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi kurang dari atau sama dengan 10 persen.

7. Revisi

Revisi pendapat dilakukan jika rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi yaitu lebih besar dari 10 persen. Nilai yang tinggi ini, menunjukan nilai-nilai perbandingan antar elemen yang tidak logis. Nilai-nilai-nilai MPI dapat diubah-ubah oleh individu yang bersangkutan hingga diperoleh hasil yang memuaskan.

8. Menyusun matriks gabungan

MPG adalah susunan matriks baru yang elemennya ( ) berasal dari rata-rata geometriks pendapat-pendapat individu yang memenuhi persyarata-ratan konsistensi, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI

yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. MPG dapat dilihat pada Gambar 6. Rata-rata geometrik dapat diperoleh dengan menggunakan rumus matematika

=

Dimana :

= elemen MPG baris ke-i kolom ke-j

= elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k

k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi syarat m = jumlah MPI yang memenuhi syarat

= akar pangkat m

= perkalian dari elemen k=1 sampai k=m

G G1 G2 G3 …… Gn G1 g12 g13 …… g1n G2 g21 g22 g23 …… g2n G3 g31 g32 g33 …… g3n …… …… ….. ….. ….. …… Gn gn1 gn2 gn3 …… Gnn Gambar 6 Matriks Pendapat Gabungan.

9. Mensintesisi prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.

Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal, yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu hitung kalkulator. Pengolahan horizontal dilakukan setelah matriks pendapat yang akan diolah telah siap dan lengkap dengan elemennya.

a. Pengolahan horizontal. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengelolaan horizontal ini adalah:

1. Jumlah setiap elemen dalam masing-masing kolom MPG yang telah terisi, dan dapatkan vektor baris :

=

2. Jumlah baris MPG atau jumlah kolomnya, dihitung untuk memperoleh eigenvector/ vektor prioritas.

3. Perhitungan nilai eigen maks ( maks) dengan rumus:

dengan VP = vektor prioritas ; VA = ( ) dengan VB = ( )

dengan i= 1, 2, 3, ……, n

VA= VB= Vektor antara

4. Perhitungan Indeks Konsistensi (CI) dengan rumus:

b. Pengolahan vertikal, yaitu menyususn prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Pengolahan vertikal dilakukan setelah pengolahan horizontal selesai dilaksanakan. Hasil akhir dari pengolahan ini merupakan bobot prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan paling bawah terhadap sasaran utama. Apabila didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka dapat diformulasikan :

Keterangan:

: nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i : nilai prioritas elemen ke-i pada level ke-j terhadap

elemen ke-t pada tingkat diatasnya (i-1), yang diperoleh dari pengolahan horizontal.

: nilai prioritas elemen ke-t pada tingkat ke (i-1), terhadap sasaran utama (fokus), yang diperoleh dari hasil pengolahan vertikal.

s : jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-1). i, j, t : 1, 2, 3, ……, n

10.Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki

Langkah terakhir adalah mengevalusi inkonsistensi untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas utama kriteria yang menjadi dasar pembandingan, dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Cara yang sama digunakan, dimana setiap indeks inkonsistensi acak juga dikalikan denga bobot berdasarkan prioritas kriteria yang menjadi dasar pembandingan, dan hasilnya dijumlahkan. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi hirarki harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen.

Hasil dari pengolahan data tersebut akan menunjukan mana yang menjadi prioritas untuk setiap tingkat hirarki, yang kemudian akan disusun strategi promosi yang sesuai untuk dijalankan. Setelah diperoleh strategi promosi yang sesuai, diharapkan akan memberikan hasil yang diinginkan oleh kawasan wisata. Pada penilaian jawaban hasil kuisioner dengan menggunakan metode AHP, dapat diketahui mana hasil jawaban yang konsisten dan yang tidak konsisten. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai rasio inkonsistensinya. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara horizontal dengan software komputer Expert Choice 2000. Apabila berada di batas normal, yaitu antara 0,00 sampai 0,1 berarti kuisioner telah diisi dengan jawaban yang konsisten dan

menunjukan bahwa informasi yang diberikan dapat digunakan untuk penelitian. Namun, apabila berada di luar batas tersebut (lebih dari 0,1) maka perlu dilakukan pengulangan pengisian kuisioner untuk didapatkan hasil yang konsisten. Bila nilai rasio inkonsistennya adalah tepat 0,00, hal itu menunjukan hasil yang konsisten dan sempurna.

Dokumen terkait