• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biomekanika mempelajari tentang gaya internal dan gaya eksternal yang beraksi pada tubuh manusia dan pengaruh – pengaruh yang ditimbulkan oleh gaya – gaya tersebut (Sugiyanto, 1992:243).

Secara mekanis gerakan bisa diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu gerakan translatori dan gerakan rotatori (Sugiyanto, 1992:244). Gerakan translatori adalah gerakan di mana benda bergerak secara keseluruhan dari suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan rotatori adalah gerakan yang berpusat pada poros tertentu seperti pada gerakan lengan tangan terhadap bahu.

Gerakan terjadi karena adanya stimulus gerak. Stimulus gerak dihantarkan oleh syaraf ke setiap unit gerak pada otot. Otot berkontraksi dan kemudian menggerakkan tulang yang berporos pada persendian. Untuk berkontraksinya otot diperlukan energi dan energi dihasilkan dari berfungsinya sistem suplai. Selama terjadinya, agar gerakan itu bisa dilakukan dengan lancar dan sesuai dengan kemauan, yang berperan mengendalikannya adalah system kontrol yaitu syaraf dan endokrin (Sugiyanto, 1992:245).

Pengertian koordinasi dari sudut pandang biomekanika tidak jauh berbeda dengan sudut pandang anatomi dan fisiologi. Pengertian dari sudut pandang biomekanika lebih diarahkan pada penyesuaian antara impuls kekuatan kepada otot atau sekelompok otot dengan kebutuhan setiap pelaksanaan bagian gerakan (Phil Yanuar Kiram, 1992:50). Koordinasi merupakan kemampuan tubuh

melakukan gerakan atau kerja dengan tepat dan efisien. Koordinasi adalah hubungan yang harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan (Eri Pratiknyo, 2006:5).

2.1.8.1 Sifat Gerakan

Ditinjau dari biomekanika maka gerakan ayunan lengan saat passing bawah lebih banyak didominasi oleh kekuatan otot lengan, sedangkan otot yang terdapat pada pangkal lengan atas dan lengan bawah peran aktif terjadi saat impact (pertemuan) antara bagian proksimal lengan dan bola dimana lengan difleksikan dengan bantuan Musculus Biseps Brachii. Jadi pada saat impact (pertemuan) lengan dengan bola terjadi suatu momentum yang berkaitan dengan kecepatan dan massa benda yang sedang bergerak. Jika lengan saat impact dengan bola bergerak cepat, maka akan terjadi peningkatan momentum pada lengan terhadap bola. Sehingga dalam gerakan passing bawah memerlukan momentum yang harus dikontrol oleh pemain. Karena saat passing bawah memerlukan momentum dalam jumlah tertentu, sehingga bola dapat melayang dengan jarak yang tepat untuk sampai kepada sasaran.

Momentum merupakan besaran gerak yang bertambah atau berkurangnya dengan cara menambah atau mengurangi massa atau kecepatannya (Soedarminto,1992:116). Peningkatan momentum terjadi bila gaya digunakan searah dengan gerak. Bila gaya yang digunakan berlawanan dengan gerak akan menghasilkan perlambatan atau pengurangan momentum. Hal ini terjadi pada passing bawah saat kontak bola dengan lengan yang menghasilkan perlambatan bola. Sesuai dengan dengan hukum reaksi ”pada setiap aksi akan timbul suatu

reaksi yang sama besarnya dan berlawanan arahnya”. Bila suatu benda bergerak mendapatkan momentum, sedang benda lain yang dikenai gayanya akan memiliki momentum yang sama besar dan berlawanan arah (Sri Haryono, 2005:16).

Gerakan ayunan lengan dari bawah ke atas pada passing bawah adalah merupakan gerak fleksi dan abduksi lengan. Gerak fleksi adalah gerakan dari bagian tubuh yang terjadi dalam bidang sagital dan berputar pada sumbu transfersal. Sedangkan abduksi terjadi bila bagian badan bergerak menjauhi garis tengah badan di dalam bidang frontal. Dalam hal ini bagian tubuh tersebut adalah gerakan lengan saat melakukan passing bawah (Soedarminto, 1992:7).

Selain itu gerakan passing bawah merupakan gerakan pengungkit. Jadi bola diungkit ke atas dengan jalan ayunkan lengan dan ditambah dengan penurunan panggul. Maksud daripada gerakan ini tidak lain agar bola dapat dipantulkan ke atas dengan sudut pantul 90 derajat (M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:69). Pengungkit adalah suatu batang yang kaku yang dapat berputar pada satu titik yang tetap bila gaya digunakan untuk mengatasi beban. Gerakan passing bawah merupakan pengungkit jenis kedua karena titik pusat gerak atau sumbu putar terdapat pada sendi bahu serta pangkal beban dan pangkal gaya terletak pada sepanjang lengan (Sri Haryono, 2005:21).

2.1.8.2 Prinsip Mekanika Yang Diterapkan

Gerakan passing bawah pada prinsipnya merupakan gerakan menyongsong bola yaitu gerakan menuju ke suatu tempat di mana bola tertuju. Gerakan menyongsong bola mengandung suatu tuntutan bagi pemain untuk dapat

berusaha menempatkan diri sehingga bola yang datang dapat dimainkan dengan mudah dan berhasil baik (M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:161). Kualitas gerakan penyongsongan bola datang dapat dipengaruhi oleh cepat lambatnya bola yang datang dari lawan. Bola yang datang dari teman seregu lazimnya tidak keras dan tidak cepat sehingga pemain tidaklah terlalu mengalami kesulitan yang berarti untuk melakukan gerakan menyongsong bola. Selanjutnya untuk menyongsong bola cepat, maka selalu diperlukan gerakan imbangan yang cepat pula. Dan untuk menghadapi bola smes yang keras, haruslah dikembangkan latihan antisipasi terhadap arah gerak dan timing lawan yang melakukan smes tersebut (M.Mariyanto,Sunardi, Agus Margono,1992:162). Gerakan saat melakukan passing bawah selain gerakan lengan juga terjadi gerakan tungkai untuk memindahkan titik berat badan. Titik berat suatu benda sering disebut sebagai titik keseimbangannya (Soedarminto,1992:149). Menurut Boyke Mulyana (2000:19) letak titik berat atlet jarang tetap pada tempat yang sama selama beberapa waktu. Jika saat berdiri tegak dan kemudian menggerakkan tungkai ke arah depan satu langkah, maka titik beratnya berpindah ke arah yang sama. Jika menggerakan tungkai dan lengannya, maka titik beratnya berpindah ke depan lebih banyak massa yang dipindahkan.

Jarak berpindahnya titik berat tergantung pada seberapa besar dan jauh massa tubuh dipindahkan. Menurut Soedarminto (1992:150) jika bentuk atau posisi sebuah objek berubah, maka letaknya titik berat juga akan berubah. Tungkai cukup berat dan memiliki massa yang besar, sehingga menyebabkan pemindahan titik berat yang lebih besar dari pada ketika memindahkan salah satu

lengan saja. Pemindahan titik berat badan selalu berkaitan dengan jumlah massa yang dipindahkan dan jarak yang ditempuhnya.

Selain titik berat badan, keseimbangan dan stabilitas tubuh juga mempengaruhi gerakan saat melakukan passing bawah. Kedua hal tersebut merupakan dua istilah yang hampir sama tetapi mempunyai arti yang berlainan. Jika posisi sebuah objek diubah sedikit dan objek cenderung untuk kembali pada posisi semula, maka objek itu dalam keadaan seimbang atau stabil (Soedarminto,1992:152). Keseimbangan berkaitan dengan koordinasi dan kontrol. Jika atlet yang mempunyai keseimbangan yang baik, maka ia dapat mempertahankan keadaan equilibriumnya dan menetralkan gaya yang akan mengganggu penampilannya. Stabilitas berkaitan dengan seberapa besar tahanan yang diciptakan atlet untuk melawan gangguan lawan terhadap keseimbanganya. Semakin stabil atlet, maka semakin besar tahanan yang diciptakannya untuk mengatasi gaya yang mengganggunya. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas dan keseimbangan menurut Sri Haryono (2005:29) dalam passing bawah :

1) Stabilitas berbanding lurus dengan luas dasar menumpu.

Atlet dapat meningkatkan stabilitasnya bila ukuran bidang tumpuannya diperluas. Dalam gerakan persiapan penerimaan bola dalam passing bawah, dengan melangkahkan tungkai ke depan berarti dapat memperluas bidang tumpunya. Apabila seorang pemain melakukan posisi kuda-kuda dengan jarak antara kedua ujung kaki sempit, maka bermain tersebut ada pada keadaan yang tidak stabil, maka akan lebih mudah digoyangkan. Sebaliknya, apabila pemain

bola voli melakukan posisi kuda-kuda dengan jarak antara ujung kaki lebih lebar, maka pemain tersebut dalam keadaan yang lebih stabil, sebab ia memilki dasar menumpu yang luas sehingga tidak mudah digoyangkan.

2) Stabilitas berbanding terbalik dengan besarnya jarak antara titik berat badan dengan dasar penumpu.

Atlet dapat meningkatkan stabilitasnya bila titik berat badannya direndahkan. Seorang atlet yang menaikkan letak titik beratnya akan kurang stabil bila dibandingkan dengan atlet yang mempunyai letak berat badannya lebih rendah di atas bidang tumpunya. Sama halnya dalam gerakan penerimaan bola dalam passing bawah, dengan gerakan sedikit menekuk tungkai atas dan membungkukkan togok maka akan menurunkan letak titik beratnya. Sehingga tubuh akan lebih stabil dalam melakukan gerakan passing bawah.

3) Gaya gesekan.

Keseimbangan dapat dipertahankan sesuai dengan kebutuhan aktivitas cabang olahraga yang dilakukan, dapat dipergunakan alat yang mempunyai gaya gesekan yang sesuai dengan aktivitas cabang olahraga tersebut. Untuk memperoleh stabilitas yang besar diperlukan alat yang memiliki gaya gesekan yang besar pula, misalnya sepatu dengan sol yang dilengkapi secara khusus untuk hal itu. Pada pemain bola voli sebaiknya sepatu yang dipakai untuk bermain memiliki sol karet, hal ini bertujuan untuk memperoleh stabilitas yang besar pada saat melakukan posisi siap.

Dokumen terkait