• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.9 Analisis Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Analisis rentabilitas juga dimaksudkan untuk mengukur produktivitas aset yaitu kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya dan juga mengukur efisiensi penggunaan modal.

Bank Indonesia menilai kondisi rentabilitas perbankan di Indonesia didasarkan beberapa indikator, yaitu :

a. Return ON Assets (ROA) atau tingkat Pengembalian Aset

b. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) c. Net Interest Margin (NIM)

Dalam perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antar pos, yang terdapat pada laporan laba rugi ataupun hubungan timbal antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.

2.9.1 Return ON Assets (ROA)

Menurut Bringham, Roa diartikan sebagai perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan aset total dalam menjalankan usaha selama kurun waktu yang telah ditentukan. Ada tiga unsur pokok yaitu keuntungan, kekayaan dan waktu. Biasanya unsur waktu ini bias dihilangkan dengan anggapan bahwa kurun waktu yang dipakai satu tahun. Dari pengertian ini maka dapat dikatakan bahwa ROA adalah salah satu alat yang penting dalam menilai kinerja keuangan dari suatu lembaga keuangan. Dilihat dari rumusnya maka semakin tinggi ROA yang diperoleh suatu perusahaan maka dapat diartikan lembaga keuangan tersebut memiliki kinerja keuangan yang makin baik.

Sebenarnya ada suatu pengukuran yang hampir sama dengan ROA yaitu yang disebut dengan ROE (Return ON Equity). ROE merupakan perbandingan antara keuntungan dengan equity (kepemilikan murni) dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Kepemilikan di sini diartikan bahwa seluruh nilai kekayaan dari lembaga

keuangan dikurangi hutang yang dimilikinya. Jadi merupakan kekayaan murni tanpa hutang dari perusahaan tersebut. Dengan demikian angka ROE selalu lebih tinggi dari ROA dan lebih mencerminkan perkembangan dari kepemilikan yang sebenarnya.

Tidak selamanya suatu perusahaan itu memperoleh keuntungan, ada kalanya mengalami kerugian. Kerugian ini merupakan kebalikan dari keuntungan. Keuntungan akan menambah kekayaan untuk periode berikutnya, sedangkan kerugian akan mengurangi kekayaan periode selanjutnya. Dengan demikian apabila perusahaan mengalami kerugian maka angka ROA maupun ROE yang diperoleh menjadi angka yang negatif, karena saat terjadi kerugian, angka yang dipakai dalam perhitungan ROA dan ROE adalah angka yang negatif.

Terdapat berbagai tehnik analisis dari berbagai rasio keuangan yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja suatu bank. Salah satunya yang telah dibahas sebelumnya adalah ROA (Return ON Assets). ROA yaitu rasio antara laba setelah pajak dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu peruasahaan menghasilkan tingkat keuntungan dengan keseluruhan aktiva yang tersedia dalam bank.

ROA = Pendapatan Bersih Setelah Pajak Total Aktiva

x 100 %

Laba bersih setelah pajak adalah laba bersih setelah pajak yang dihasilkan oleh bank di mana tercantum di dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank. Sedangkan total aset adalah total aktiva yang dimiliki oleh bank yang tercantum dalam laporan keuangan bank tersebut.

Berdasarkan formula di atas, maka ROA merupakan hasil perkalian antara tingkat profitabilitas bank dengan tingkat efisiensi pengguna aktiva. Bila ROA meningkat berarti tingkat profitabilitas serta efisiensi penggunaan aktiva meningkat juga.

Komposisi Perhitungan ROA 1. Tingkat Profitabilitas

Tingkat profitabilitas dapat dievaluasi dengan mengguanakan indikator margin keuntungan (profit margin)

Profit margin =

Pendapatan Total laba bersih setelah pajak

Profit margin yang semakin besar menunjukkan pertumbuhan laba bersih setelah pajak lebih tinggi dibanding pertumbuhan pendapatan total. Laba bersih setelah pajak akan semakin besar bila selisih positif antara total pendapatan dikurangi dengan total biaya semakin besar. Untuk memperbesar selisih keduanya maka perlu perbaikan di sisi biaya dan pendapatan. Pada pendapatan, bank umum harus meningkatkan jumlah dan kualitas aktiva produktif. Sementara pada biaya, penghematan tanpa menurunkan kualitas pelayanan, karena biaya total terdiri atas biaya bunga dan non bunga. Maka efisiensi penggunaan dana dan penggunaan faktor produksi non dana terutama tenaga kerja sangat dibutuhkan.

2. Tingkat Penggunaan Aktiva

Ukuran tingkat penggunaan aktiva (asset utilization) adalah rasio antara total pendapatan dengan total aktiva.

Asset Utilization =

Total Asset Total Revenue

Tingkat penggunaan aktiva yang semakin baik disebabkan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi dari pertumbuhan aktiva. Karena itu pendapatan bunga dan non bunga harus ditingkatkan dengan cara memperbanyak dan meningkatkan kualitas aktiva produktif, serta meningkatkan kuantitas dan kualitas produk jasa-jasa perbankan.

Berdasarkan uraian di atas, walaupun perhitungan ROA sangat sederhana, namun angka yang dihasilkan memberikan gambaran kemampuan pengelolaan atau manajemen bank umum tersebut. Dengan demikian ROA cukup baik digunakan untuk menilai tingkat kesehatan/kinerja bank umum dan tentunya prospek kedepan sebuah bank umum.

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan angka ROA ≥ 2 %, agar bank umum dapat dikatakan dalam kondisi sehat.

2.9.2 Net Interest Margin (NIM)

Kondisi rentabilitas suatu bank memberikan gambaran peningkatan kesahatan suatu bank yang baik. Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase/kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh

modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Di sini termasuk juga NIM (Net Interest Margin) yang merupakan indikator rentabilitas sebagai rasio keuangan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Atau dapat dilihat ke dalam bentuk rumusan di bawah ini :

NIM = Pendapatan Bunga – Biaya Bunga Total Aktiva

x 100 %

Ini berkaitan juga dengan aspek Earning. Salah satu aspek penilain tingkat kesehatan suatu bank, di mana kegunaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank bersangkutan. Semakin besar angka rasio ini, tetunya akan semakin baik bagi kesehatan perbankan, karena berhasil memperoleh profitabilitas dalam mengelola aktivanya.

Biaya bunga atau sering disebut juga cost of money yaitu biaya atas dana-dana bank seperti bunga deposito, bunga tabungan, jasa giro dan bunga pinjaman pada Bank Indonesia (bunga kredit likuiditas, bunga pinjaman antar bank dan bunga pinjaman pada pihak ketiga lainnya yang bukan bank. Sedangkan pendapatan bunga merupakan penghasilan/pendapatan terbesar bank yang diperoleh dari bunga setiap jasa-jasa bank yang ada.

2.9.3 Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Untuk mengukur efisiensi bank, salah satu indikator yang dipakai adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO). Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional termasuk beban bunga dan pendapatan opersional termasuk pendapatan bunga. Semakin besar rasio BOPO, maka semakin tidak efisien suatu bank. Efisiensi bank dikatakan membaik ditunjukkan oleh penurunan nilai BOPO.

Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Berdasarkan Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001, maka rasio ini dirumuskan :

BOPO = Biaya Operasional Pendapatan operasional

x 100 %

Rasio BOPO (Biaya Opersional terhadap Pendapatan Operasional) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Nilai BOPO (Biaya Opersional terhadap Pendapatan Operasional) yang ideal agar suatu bank dinyatakan efisien adalah 70% - 80%. Bank Indonesia

menetapkan BOPO ≥ 80% agar sebuah bank umum dapat dikatakan dalam kondisi sehat.

Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana yang dihimpun dari masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya dan hasil bunga.

Secara teoritis, biaya bunga ditentukan berdasarkan perhitungan cost of loanable funds (COLF) secara weighted average cost, sedangkan penghasilan bunga sebagian terbesar diperoleh dari interest income (pendapatan bunga) dari jasa pemberian kredit kepada masyarakat, seperti bunga pinjaman, provisi kredit, appraisal fee, commitment fee, syndication fee dan lain-lain.

Dokumen terkait