• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Pengolahan data dilakukan setelah kuesioner terkumpul dan diisi oleh 7 (tujuh) orang responden. Ketujuh orang responden yang berpartisipasi adalah : Direktur Kelembagaan Pemerintah, Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran; Kepala UPT PPS Nizam Zachman; Direktur Pengembangan dan Tata Pelabuhan, Perum Prasarana Pelabuhan Samudera; Kasubdit Pengawasan Penangkapan Ikan Wilayah Barat, Direktorat Pengawasan Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan; Kasubdit Tata Operasional Pelabuhan Perikanan, Direktorat Prasarana Pelabuhan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap; Kepala TPI Muara Baru, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, dan Ketua Asosiasi Tuna (ASTUIN) Wilayah Jakarta.

Grafis Hasil Pengolahan Vertikal AHP Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan PPS Nizam Zachman dapat dilihat pada Gambar 18 berikut ini :

Berdasarkan hasil AHP didapat informasi sebagai berikut : alternatif strategi yang dianggap paling sesuai dalam peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman adalah penyempurnaan pengelolaan pelabuhan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai prioritas yang paling tinggi 37,31 %. Alternatif berikutnya adalah peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan dengan nilai prioritas 35,91 %. Urutan prioritas terakhir adalah peningkatan pelayanan pelabuhan dengan nilai prioritas 26,78 % (Tabel 18).

Tabel 18 Urutan prioritas strategi dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman

No Alternatif Strategi Vektor Prioritas (VP)

Prioritas

1 Penyempurnaan pengelolaan

pelabuhan

0.3731 1

2 Peningkatan sarana dan prasarana

pelabuhan

0.3591 2

3 Peningkatan pelayanan

pelabuhan

0.2678 3

Sementara itu faktor penentu yang dianggap paling berperan dalam menentukan keberhasilan upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman adalah faktor legalitas hukum. Hal ini ditunjukkan dengan nilai prioritas yang paling tinggi legalitas hukum 40,64 %. Prioritas berikutnya adalah kinerja pelabuhan dengan nilai prioritas 34,69 %. Urutan prioritas terakhir adalah koordinasi dengan nilai prioritas 24,66 % (Tabel 19).

Tabel 19 Urutan prioritas faktor penentu dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman

No Faktor Penentu Vektor Prioritas (VP)

Prioritas

1 Legalitas hukum 0.4064 1

2 Kinerja Pelabuhan 0.3469 2

Sasaran utama yang harus diprioritaskan dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman adalah kerjasama antar instansi terkait. Hal ini ditunjukkan dengan nilai prioritas yang paling tinggi kerjasama antar instansi terkait 15,55 %. Prioritas berikutnya adalah kualitas SDM 14,75 %, peraturan yang berlaku 14,33 %, pengelola pelabuhan 14,32 %, pengaturan fungsi dan wewenang 11,99 %, tingkat pelayanan pelabuhan 11,15 %, kerjasama dengan stakeholder 9,12 %. Urutan prioritas terakhir adalah ketersediaan fasilitas pelabuhan dengan nilai prioritas 8,79 % (Tabel 20).

Tabel 20 Urutan prioritas sasaran utama dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman

No Sasaran Utama Vektor Prioritas (VP)

Prioritas

1 Kerjasama antar instansi 15,55 1

2 Kualitas SDM 14,75 2

3 Peraturan yang berlaku 14,33 3

4 Pengelola pelabuhan 14,32 4

5 Pengaturan fungsi dan

wewenang

11,99 5

6 Tingkat pelayanan pelabuhan 11,15 6

7 Kerjasama dengan stakeholder 9,12 7

8 Ketersediaan fasilitas pelabuhan 8,79 8

Dari penilaian para responden, alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman berturut- turut adalah 1) Penyempurnaan pengelolaan pelabuhan; 2) Peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan; dan 3) Peningkatan pelayanan pelabuhan.

Prioritas pertama adalah penyempurnaan pengelolaan pelabuhan. Pengelolaan berasal dari kata manajemen yang didefinisikan sebagai proses dari kegiatan yang menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pengelolaan atau manajemen digunakan sejak masa perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),

sampai dengan pengendalian (controlling) berakhirnya suatu kegiatan. Dengan demikian untuk mencapai keberhasilan pembangunan pelabuhan perikanan tidak lepas dari kelembagaan pelabuhan itu sendiri yang harus sesuai dengan persyaratan, maka hendaknya pengelola selain menjual jasa-jasanya juga dapat memanfaatkan dan memelihara fasilitas-fasilitas yang ada secara efektif dan efisien dan dapat mengkoordinir semua pelaku-pelaku yang ada di pelabuhan secara baik yaitu adanya keterkaitan dan keharmonisan hubungan antara pengelola pelabuhan dengan instansi terkait, pedagang, nelayan, pengolah dan buruh. Selain itu sebagai dampak menipisnya pembiayaan negara yang dibutuhkan untuk pengelolaan mendorong diperlukannya pemikiran baru untuk mewujudkan kelompok pelabuhan yang termasuk dalam klasifikasi prasarana perikanan

tersebut untuk berkembang dari Strategic Management Unit (termasuk klasifikasi

UPT) menjadi Strategic Business Unit (termasuk klasifikasi Perum). Selain itu

kelembagaan ekonomi perlu dikembangkan terutama pemasaran ikan yang kompetitif di pelabuhan perikanan seperti terjalinnya kemitraan antara nelayan tradisional dengan perikanan industri untuk menyalurkan hasil tangkapan nelayan. Pemasaran yang efektif dapat meningkatkan harga ikan yang didaratkan di pelabuhan perikanan.

Hal-hal yang perlu diterapkan dalam pengelolaan PPS adalah 1) kompetisi, diperlukannya pranata mekanisme bersaing dalam pengusahaan pelabuhan, 2) budaya, berkembangnya budaya organisasi pengelola pelabuhan yang transparan dengan bertumpu pada ketersediaan data informasi serta memiliki akuntabilitas kinerja, 3) modal, mampu memperluas akses pengusahaan/permodalan dan 4)

perusahaan, memiliki indikator kinerja yang berorientasi pada dampak/manfaat keberadaan pelabuhan.

Prioritas kedua adalah peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan. PPS Nizam Zachman saat ini menghadapi kondisi sebagai berikut 1) banyaknya kapal- kapal yang melakukan kegiatan floating repair (perbaikan diatas air) di dermaga/ kolam pelabuhan, sehingga daya tampung kolam/dermaga sudah tidak memadai, 2) masih banyaknya pemakai jasa belum disiplin dalam sistem operasional jaringan Unit Pengolah Limbah (saringan pipa tidak dipasang), 3) tata cara bongkar muat, labuh dan lelang belum dapat diterapkan dengan baik dan benar, 4) gangguan stabilitas morfologi pantai (sedimentasi dan abrasi). Berkaitan dengan hal tersebut, dalam rangka pengembangan pelabuhan PPS Nizam Zachman diantaranya mendapat bantuan OECF dan Proyek Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta.

Peningkatan pelayanan pelabuhan menempati prioritas ke tiga. Mengingat fungsi pelabuhan perikanan menyangkut berbagai aspek serta dalam kenyataannya akan merupakan lingkungan kerja yang akan melaksanakan pelayanan umum, maka perlu ada pengaturan secara lengkap baik mengenai kedudukan, fungsi, pengelolaan, dan penggunaannya maupun tugas-tugas serta kewenangannya dengan peraturan pemerintah. Terdapat 10 (sepuluh) fungsi PPS Nizam Zachman perlu dirinci dalam pedoman yang berisi pemahaman sederhana sehingga mudah dimengerti. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin ketertiban dalam pelaksanaan operasional pelabuhan. Penekanan adalah pada pelayanan yang disediakan oleh pelabuhan yaitu 1) pelayanan kedatangan dan keberangkatan kapal, 2) tambat

labuh dan pembongkaran ikan, 3) penimbangan, pelelangan dan pengepakan, 4) pengisian perbekalan, dan 5) perbaikan kapal.

Pelaku penentu yang paling berpengaruh dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman adalah :

(1) DKP khususnya Ditjen Perikanan Tangkap merupakan lembaga yang

mempunyai peran yang sangat besar/bertanggungjawab dalam peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman mengingat pelabuhan merupakan Unit Pelaksana Teknis Ditjen Perikanan Tangkap.

(2) UPT Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman dengan segenap

fungsi melaksanakan pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan pelabuhan mengingat UPT tersebut berada langsung di bawah pengendalian dan supervisi Ditjen Perikanan Tangkap.

(3) Perum Prasarana Perikanan Samudera yang berada di bawah Menteri Negara

BUMN bertanggungjawab mengoperasikan semua sarana komersial dan mempunyai peran dalam menyediakan pelayanan bagi kepentingan umum/ pengguna jasa.

(4) Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Propinsi DKI Jakarta sebagai unit

yang ditunjuk sebagai pelaksana pelelangan di PPS Nizam Zachman belum befungsi sebagaimana mestinya. Pelelangan ikan tuna tidak pernah dilakukan, sehingga sulit sekali memperoleh gambaran yang jelas tentang pemasaran/ transaksi ikan tuna di tempat pendaratan. Petugas terpaksa melakukan metoda sampling untuk pengumpulan datanya.

(5) Instansi terkait di PPS Nizam Zachman adalah dukungan dalam rangka

meningkatkan keterpaduan program di pelabuhan, penyuluhan, bantuan ketertiban dan keamanan, serta mengkonsentrasikan semua kegiatan perikanan di pelabuhan.