• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil analisa SIstem Kewaspadaa Pangan dan Gizi, masih terdapat 10 (sepuluh) desa di Kabupaten Sleman yang tergolong Rawan pangan yaitu Glagaharjo dan Kepuharjo (Kecamatan Cangkringan), Caturtunggal (Depok), Sendangsari (Kecamatan Minggir), Minomartani

(Kecamatan Ngemplak), Margoagung (Kecamatan Seyegan), Wukirharjo (Kecamatan Prambanan), Caturharjo (Kecamatan Sleman), Sumberejo, Mororejo (Kecamatan Tempel). Semua desa tersebut menjadi rawan pangan terutama dari skor angka kemiskinannya yang tinggi.

Sebagai langkah awal untuk mengangkat kembali desa-desa tersebut agar tidak masuk dalam daerah rawan pangan akan dilakukan kegiatan-kegiatan penanganan daerah rawan pangan dan pengembangan Desa Mandiri Pangan.

v. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Implementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat desa diwujudkan dalam bentuk dana bantuan sosial yang meliputi bantuan organisasi kemasyarakatan sebesar Rp13.493.100.000 bantuan gotong royong sebesar Rp2.400.000.000 , bantuan kepada organisasi keagamaan sebesar Rp914.350.000 serta kelompok binaan dan mitra kerja sebesar Rp1.500.000.000.

Pemberian bantuan tersebut mampu meningkatkan dan menumbuhkan partisipasi masyarakat. Dana Gotong royong pada tahun 2011 dapat menggali dana partisipasi masyarakat sebesar Rp19.771.134.394 atau meningkat sebesar 821,31% dari pemberian bantuan sebesar Rp2.400.000.000 Sesuai amanat Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 serta untuk memperkuat pelaksanaan otonomi desa menuju demokratisasi dan kemandirian desa diberikan Alokasi Dana Desa sebesar 10% dari Dana Alokasi Umum setelah dikurangi belanja pegawai. Pada tahun 2011 Alokasi Dana Desa sebesar Rp1.756.577.418 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp6.844.516.200. Hal ini terjadi karena Dana Alokasi Umum yang diterima dari Pemerintah Pusat mengalami penurunan dan anggaran belanja pegawai mengalami kenaikan. Namun demikian pada tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Sleman meluncurkan bantuan keuangan khusus kepada desa sebesar Rp3.071.000.000.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) diperinci untuk biaya operasional penyelenggaraan

Pemerintahan Desa sebesar 30% dan untuk pemberdayaan masyarakat sebesar 70%. Besaran 70% dari ADD ini didistribusikan kepada warga masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan di tingkat desa sebagai wujud partisipasi warga dalam proses perencanaan pembangunan.

Upaya lain untuk memberdayakan masyarakat dan pemerintah desa melalui pemberian bagi hasil kepada pemerintah desa. Penggunaan dana bagi hasil kepada pemerintah desa adalah untuk memberikan stimulan pembangunan di tingkat padukuhan dan penyelenggaraan pemerintahan desa.

Selain dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pemberdayaan masyarakat juga mendapatkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui PNPM Perkotaan dan PNPM Perdesaan. PNPM Perkotaan dari APBN sebesar Rp12.425.000.000 dengan dana pendampingan dari APBD sebesar Rp550.000.000 yang ditujukan bagi 75 desa di 15 Kecamatan berupa bantuan langsung masyarakat kepada 75 BKM. PNPM Perdesaan dari APBN sebesar Rp7.862.565.000 untuk Kecamatan Prambanan dan Kecamatan Cangkringan dan dana pendampingan dari APBD sebesar Rp275.000.000 yang dialokasikan untuk Kecamatan Prambanan. PNPM perdesaan digunakan untuk simpan pinjam perempuan (SPP) sebesar 25% dan sisanya untuk kegiatan pengembangan sarana prasarana fisik, kesehatan dan pendidikan.

Penyelenggara urusan pemberdayaan masyarakat dan desa dilaksanakan oleh Bagian Pemerintahan Desa, Bagian Perekonomian, Bagian Kesejahteraan Rakyat, Bagian Administrasi dan Pengendalian Pembangunan pada Sekretariat Daerah dan Kecamatan.

Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan sub urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Rp3.540.796.900 terealisasi sebesar Rp3.334.654.000 atau sebesar 94,18%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 4 program dan 26 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 97,62%.

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan urusan ketahanan pangan pada tahun 2011 masih ditemui permasalahan, yaitu: Alokasi Dana Desa sebesar

10% dari Dana Alokasi Umum setelah dikurangi belanja pegawai mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena Dana Alokasi Umum yang diterima dari Pemerintah Pusat mengalami penurunan dan anggaran belanja pegawai mengalami kenaikan serta tidak adanya lagi bagi hasil dari pertambangan.

w. Urusan Wajib Statistik

Pelaksanaan program kerja dan kegiatan pada urusan statistik telah dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari terselesaikannya penyusunan beberapa dokumen yang bermanfaat sebagai bahan perencanaan pembangunan maupun perumusan kebijakan pembangunan Kabupaten Sleman.

Penyelenggara urusan Statistik adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan statistik melalui Program Pengembangan Data, Informasi, dan Statistik Daerah sebesar Rp 2.563.416.500,- realisasi Rp 2.426.800.250 atau sebesar 94,67%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 1 program dan 11 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100%. Permasalahan yang dihadapi pada urusan statistik adalah validitas data masih kurang dikarenakan pengelola data belum berpedoman pada aturan yang sama;

x. Urusan Wajib Kearsipan

Pemerintah Kabupaten Sleman sangat memperhatikan pelaksanaan program kerja dan kegiatan dalam urusan kearsipan. Upaya meningkatkan efektifitas pengelolaan kearsipan pada SKPD dilaksanakan melalui pemberian bimbingan teknis kepada para pengelola kearsipan, pembinaan kearsipan, pendampingan kearsipan, monitoring sistem kearsipan pola baru, dan lomba sistem kearsipan pola baru pada 46 SKPD. Penataan dan pengolahan arsip dinamis inaktif yang dikelola oleh Kantor Arsip Daerah telah berhasil menata 739 boks, sehingga secara keseluruhan meningkat dari 5.200 boks pada tahun 2010 menjadi 5.939 boks di tahun 2011.

Penyelenggara urusan Kearsipan adalah Kantor Arsip Daerah. Pada tahun 2011, alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan kearsipan adalah

sebesar Rp 872.628.000,- dengan realisasi Rp 850.091.700 atau 97,31%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 8 program dan 28 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 99,86%. Permasalahan yang dihadapi pada urusan kearsipan adalah:

1) Pemahaman tentang tata kelola arsip pada masing-masing SKPD masih rendah.

2) Belum semua SKPD memiliki arsiparis.

3) Masih rendahnya kesadaran masyarakat dan birokrat tentang fungsi dan pentingnya arsip.

4) Sarana kearsipan di depo Pemkab Sleman belum memadai. 5) Belum semua SKPD mempunyai depo arsip.

y. Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika

Program dan kegiatan urusan komunikasi dan informatika mampu melancarkan pelayanan telekomunikasi dan informasi antar instansi maupun masyarakat di lingkungan Kabupaten Sleman, serta penerapan e-government di Kabupaten Sleman.

Sistem PABX yang telah diterapkan komunikasi antar instansi dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien waktu dan biaya. Sampai tahun 2011 jumlah ektensi yang terpasang sebanyak 370 ekstensi dengan rincian analog sebanyak 270, dan VOIP 100. Seluruh instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman telah terpenuhi jaringan ekstensi, termasuk ke kecamatan dan desa.

Pengelolaan berita yang bersifat rahasia khususnya yang menyangkut kestabilan negara melalui persandian juga ditingkatkan. Penambahan sarana persandian berupa storage 1 Gb dan softfware encryption standart 20 unit serta sosialisasi masalah sandi ke 17 kecamatan akan meminimalisir kebocoran berita.

Pengembangan infrastruktur jaringan komputer terus dilakukan yang meliputi pengembangan jaringan komputer internal instansi (dalam instansi) dan antar instansi. Saat ini seluruh instansi telah terhubung secara on line.

Pengembangan perangkat lunak dilakukan dengan pengembangan /penambahan perangkat lunak original yang dibutuhkan seperti MS Windows, MS Office dsb dan penegmbangan aplikasi sistem informasi.

Pengembangan Sistem Informasi (SIM) terus dilakukan, sampai tahun 2011 telah terdapat 29 SIM. Perkembangan informatika di Kabupaten Sleman telah mampu mendukung terwujudnya e-gov di Kabupaten Sleman.

SKPD penyelenggara urusan komunikasi dan informatika adalah Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan komunikasi dan informatika sebesar Rp 1.845.287.000,- realisasi Rp 1.450.259.596 atau 83,44%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 2 program dan 4 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 95,4%.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat kurang mampu diikuti oleh sebagian SDM, dan ketersediaan dana.

z. Urusan Wajib Perpustakaan

Peningkatan pelaksanaan urusan perpustakaan terus dilakukan, baik sarana prasarananya maupun peningkatan koleksi buku bacaan yang dimiliki baik dari jumlah buku maupun judul buku. Program dan kegiatan perpustakaan mendorong peningkatan minat baca masyarakat. Hal ini terlihat dari perkembangan jumlah anggota, pengunjung, maupun peminjam koleksi perpustakaan daerah. Meningkatnya minat baca ini juga telah diimbangi dengan penyediaan koleksi yang memadai, baik dari jumlah eksemplar koleksi maupun keragaman judul.

Dalam rangka meningkatkan persebaran perpustakaan dan peningkatan akses terhadap buku ke masyarakat, pada tahun 2011 dilakukan pelayanan pada kantong perpustakaan desa.

Untuk meningkatkan kelestarian perpustakaan monitoring perpustakaan desa dan masyarakat dan bantuan pengembangan perpustakaanselain itu juga Supervisi pembinaan dan stimulasi juga dilakukan pada perpustakaan sekolah.

Berbagai perkembangan dan keberhasilan dalam pelaksanaan urusan perpustakaan, terlihat juga berbagai prestasi yang kembali diraih selama tahun 2011, yaitu:

1. Juara II lomba perpustakaan desa tingkat provinsi oleh perpustakaan desa “Pustaka Widya” Desa Margokaton, Seyegan, Sleman.

2. Juara harapan II lomba perpustakaan desa tingkat provinsi oleh perpustakaan “Manca Yadara” Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman. Penyelenggara urusan perpustakaan adalah Kantor Perpustakaan Daerah. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perpustakaan sebesar Rp 789.545.200 realisasi keuangan sebesar Rp 774.731.270 atau 98,34%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 5 program dan 25 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 104,48%.

Permasalahan dalam urusan perpustakaan: 1. Belum memadainya sarana dan prasarana. 2. Kapasitas SDM terbatas.

3. Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan yang belum optimal.

i. Urusan Pilihan Pertanian

Program dan kegiatan urusan pertanian pada tahun 2011 mampu mendukung produksi tanaman pangan berupa padi sawah dan ladang TPH sebanyak 231.704 dan 1.339 ton serta mengalami surplus sebesar 30.111 dan 30.528 ton untuk pemenuhan kebutuhan beras di Kabupaten Sleman dan kabupaten lain di Provinsi DIY. Sementara produksi mengalami penurunan karena terjadinya serangan organisme pengganggu tanaman yang semakin meningkat dan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim (curah hujan sangat tinggi). Komoditas perkebunan yang mengalami kenaikan yang signifikan produksi adalah tembakau rakyat sebesar 65.17% terutama di Kecamatan Ngaglik dan Sleman, dan tembakau Virginia sebesar 714,28%.

Produksi telur, susu dan daging pada tahun 2011 mengalami penurunan. Banyaknya ternak yang mati di wilayah sentra produksi susu dan telur

(Cangkringan dan Pakem) karena erupsi Merapi menyebabkan penurunan produksi komoditi tersebut.

Penguatan modal bagi kelompok tani dilakukan sebagai upaya mendukung pemberdayaan kelompok tani dan meningkatkan produktivitas pertanian. Penyelenggara urusan pertanian adalah Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Bidang Peternakan dan Bidang Kehutanan dan Perkebunan pada Dinas Pertanian. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan pertanian terdiri dari bidang tanaman pangan dan hortikultura, peternakan dan perkebunan sebesar Rp 4.362.604.393 realisasi Rp 3.928.848.050 atau 90,06%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 9 program dan 38 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 99,53%.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu:

1. Produksi dan produktivitas pertanian khususnya tanaman pangan mengalami penurunan.

2. Kesulitan air akibat timbunan lahar dingin di saluran masuk selokan mataram.

j. Urusan Pilihan Kehutanan

Erupsi merapi yang terjadi pada akhir tahun masih berdampak pada peningkatan luas lahan kritis. Pada tahun 2010 tercatat 7.265,5 ha menjadi 6.695,51 ha pada tahun 2011, luas hutan rakyat dari 3.327,4 ha pada tahun 2010 menjadi 3.977,4 ha pada tahun 2011..

Penyelenggara urusan Kehutanan adalah Bidang Kehutanan dan Perkebunan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan kehutanan sebesar Rp 577.147.520 Realisasi Rp 463.910.500 atau 80,38%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 3 program dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 95%.

k. Urusan Pilihan Energi dan Sumberdaya Mineral

Semua padukuhan di Kabupaten Sleman sudah terdapat jaringan listrik dari PLN tetapi masih terdapat kelompok rumah yang belum terjangkau yaitu

terutama pada daerah terpencil dan pemukiman baru. Penyediaan listrik untuk masyarakat yang tidak terjangkau layanan listrik PLN, Pemerintah Kabupaten Sleman telah mengupayakan penggunaan listrik tenaga surya. Sampai tahun 2011 telah terpasang 188 PLTS, tahun 2010 6 rusak terkena erupsi merapi, selain itu juga dikembangkan pemanfaatan energi biogas sebanyak 163 unit, 2 rusak terkena erupsi merapi tahun 2010. Sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten Sleman semua masuk kategori bahan galian golongan C. Potensi yang paling besar adalah pasir dan batu terutama yang berasal dari gunung merapi.

SKPD penyelenggara urusan kegiatan urusan energi dan sumberdaya mineral adalah Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral pada Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral.

Urusan Pilihan Energi dan Sumber Daya Mineral anggaran sebesar Rp 1.273.654.650 terealisasi sebesar Rp 1.134.196.975 atau 89,05%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 4 program dan 12 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100%.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1) Wilayah Usaha Pertambangan sampai saat ini masih menjadi kewenangan Pemerintah, sehingga izin pertambangan tidak bisa dikeluarkan. Saat ini wilayah usaha pertambangan di sekitar Gunung Merapi belum ditetapkan oleh pemerintah, sehingga setiap kali ada yang mengajukan izin harus menunggu adanya rekomendasi dari Pemerintah Pusat. Peraturan Daerah yang mengatur tentang perizinan usaha pertambangan sangat mendesak untuk direalisasikan. Selain itu Pemerintah diharap untuk segera menyerahkan urusan pertambangan ke daerah dengan menerbitkan NSPK yang jelas.

2) Erupsi Merapi menyebabkan Mineral Bukan Logam dan Batuan (Minerba) sangat melimpah. Menurut BPTTK Yogyakarta sampai dengan Desember 2011 material vulkanik yang dibawa oleh aliran air banjir lahar dingin baru mencapai 30% dari total volume 140 juta m3.

Batu dan pasir material vulkanik terbawa sampai di wilayah luar KRB III. Untuk itu koordinasi dengan pemerintah desa dan pemberdayaan penambang sudah dilakukan. Pelaksanaan penambangan ini dilaksanakan setelah status Gunung Merapi kembali aktif normal sehingga tidak membahayakan keselamatan penambang. Selain itu, penggunaan alat-alat berat untuk penambangan dilaksanakan bersamaan dengan upaya normalisasi aliran sungai, sehingga dampak bahaya sekunder letusan Merapi dapat diminimalisasikan.

l. Urusan Pilihan Pariwisata

Kepariwisataan Kabupaten Sleman merupakan salah satu lokomotif perekonomian daerah, sehingga potensi dan peluang pariwisata senantiasa terus dikembangkan dan ditingkatkan. Titik berat pengembangan potensi dan peluang pariwisata adalah pariwisata yang berbasis budaya. Hal ini berarti bahwa segala aktivitas kepariwisataan dibingkai dalam nuansa budaya yang selalu dinamis. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman untuk mengembangkan dan menggairahkan kepariwisataan terus dilakukan melalui inovasi dan pengembangan seluruh aspek kepariwisataan. Melalui pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan pariwisata dan didukung program-program pada urusan lainnya telah membawa perkembangan yang cukup menggembirakan bagi perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Sleman.

Penyelenggara urusan pariwisata adalah Bidang Pengembangan Pariwisata dan Bidang Pemasaran Pariwisata. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan pariwisata sebesar Rp. 1.353.866.500 realisasi Rp. 1.345.435.300 atau 99,38%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 3 program dan 11 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100%.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1) Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia pelaku wisata terutama di desa wisata yang berimplikasi pada lemahnya manajemen usaha pariwisata.

2) Ketersediaan sarana prasarana fisik yang mendukung pariwisata kurang optimal.

m. Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan

Program dan kegiatan yang dilaksanakan mampu mendukung peningkatan produksi ikan. Peningkatan jumlah produksi ikan konsumsi pada tahun 2011 sebesar 26% terjadi karena adanya peningkatan produktivitas kolam, jumlah kelompok pembudidaya meningkat 7,2% menjadi 415 kelompok, peningkatan produktivitas alat tangkap perairan umum, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pembudidayaan ikan.

Tingkat konsumsi ikan pada tahun 2011 meningkat 3,93% menjadi 27,780 kg/kapita/tahun dari 26,73 kg/kapita/tahun pada tahun 2010. Tingkat konsumsi tahun 2011 ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat konsumsi Provinsi DIY sebesar 23,01 kg/kapita/tahun.

Produksi ikan hias rata-rata tahun 2011 naik sebesar 4% dengan tujuan pemasaran Kota Jakarta dan Kota Yogyakarta. Sementara, peningkatan produksi benih ikan sebesar 6,91% dipasarkan untuk kebutuhan Sleman, waduk di Jawa Tengah dan Waduk Jatiluhur di Jawa Barat.

SKPD penyelenggara urusan perikanan adalah Bidang Perikanan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan perikanan sebesar Rp 4.221.798.280 realisasi Rp 3.804.837.975 atau 90,12%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 3 program dan 11 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 98,32%.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1. Sumber air yang semakin terbatas baik dari jumlah maupun kualitasnya menjadi permasalahan penting, terutama di wilayah Sleman barat dimana kegiatan budidaya perikanan sebagian besar bergantung pada pengairan dari saluran Van der Wijck dan Selokan Mataram.

Saat ini kedua saluran terganggu alirannya karena adanya timbunan material vulkanik erupsi Merapi berupa pasir dan batu.

n. Urusan Pilihan Perdagangan

Capaian program dan kegiatan urusan perdagangan antara lain Pengembangan data base informasi potensi unggulan melalui penyusunan data ekspor impor, promosi perdagangan internasional melalui keikutsertaan pada Pameran Produk Ekspor (PPE), pelatihan manajemen ekspor impor, dan penyempurnaan perangkat peraturan kebijakan dan pelaksanaan operasional pasar melalui kajian pengaruh keberadaan toko dan pasar modern terhadap toko dan pasar tradisional di wilayah aglomerasi perkotaan

Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perdagangan sebesar Rp4.463.874.080,00 realisasi Rp4.101.035.400,00 atau 91,87%. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1) Ketidaktertiban administrasi dan laporan dari distributor dan pengecer pupuk.

2) Pro dan Kontra yang tajam atas menjamurnya took modern di wilayah Kabupaten Sleman.

3) Dampak negative globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia yang semakin kompetitif sehingga produk kita kurang bisa bersaing di pasar global termasuk dalam hal pemenuhan selera pasar masih rendah. 4) Membanjirnya produk impor terutama Cina dikarenakan mulai

diberlakukannya ACFTA (Asean Cina Free Trade Agreement) sejak aweal tahun 2010 yang mengancam eksistensi produk local.

o. Urusan Pilihan Perindustrian

Penyelenggara urusan perindustrian adalah Bidang perindustrian pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bidang Perindustrian. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perindustrian sebesar Rp 283.811.000,00 realisasi Rp 264.123.900,00 atau 93,06%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 2 program dan 5 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 96,67%.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1) Pengadaan bahan baku komoditi tertentu sulit didapatkan.

2) Pemahan pelaku usaha terhadap sertifikasi halal masih rendah sehingga belum memahami bahwa sertifikat halal tersebut merupakan bagian dari promosi produk.

3) Perkembangan teknologi dan desain produk yang begitu pesat kurang bisa diimbangi dengan program kegiatan yang direncanakan.

4) Keterbatasan personil untuk pelaksanaan urusan perindustrian sampai saat ini juga masih menjadi salah satu kendala.

p. Urusan Pilihan Transmigrasi

Urusan ketransmigrasian dilaksanakan melalui program transmigrasi regional. Penyelenggara urusan transmigrasi adalah Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Bidang Transmigrasi dan Penanganan Kemiskinan. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan transmigrasi sebesar Rp294.095.500 realisasi Rp258.944.200 atau 88,05%. Secara rinci alokasi anggaran dan realisasi program Transmigrasi Regional dengan 5 kegiatan sebesar Rp294.095.500 realisasi Rp258.944.200 atau 88,05%.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1) Penempatan calon transmigrasi telah ditentukan berdasarkan kuota dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sehingga tidak dapat mengakomodasi tingginya minat calon transmigran dari Kabupaten Sleman.

2) Pemerintah daerah tujuan transmigrasi tidak memenuhi kesepakatan yang tertuang dalam MoU/nota kesepahaman.

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah.

2.3.1. Permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah.

Identifikasi berbagai permasalahan merupakan isu pokok permasalahan dan tantangan pembangunan daerah yang selanjutnya ditetapkan sebagai

prioritas dalam rencana kerja pembangunan tahun 2013 dengan tetap mensinkronkan rencana pembangunan daerah dengan prioritas pembangunan provinsi maupun nasional.

Beberapa permasalahan dan tantangan yang berhubungan dengan prioritas pembangunan daerah diantaranya sebagai berikut:

1. Peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk

penciptaan lapangan kerja;

Peningkatan ekonomi masyarakat untuk penciptaan lapangan kerja terdiri dari beberapa urusan yang saling mendukung dan saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu: urusan penanaman modal, urusan koperasi dan UKM, urusan perindustrian, urusan perdagangan, urusan tenaga kerja dan urusan pariwisata.

Kemampuan usaha kecil dan menengah dalam menghadapi krisis perlu mendapat dorongan dan pengarahan terutama dalam meningkatkan kemampuan penyediaan bahan baku, permodalan, inovasi produk, kreativitas usaha, perluasan pasar baik pasar lokal maupun pasar nasional dan internasional melalui penyediaan sarana prasaran pasar lokal yang memadai termasuk di dalamnya pasar tradisional serta melalui promosi ditingkat nasional dan internasional. Pengembangan lembaga dan asosiasi usaha kecil dan menengah diharapkan mampu menjadi wadah untuk lebih mengembangkan dan saling tukar informasi, pengetahuan dalam rangka meningkatkan usaha dan permodalan. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah: penerapan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas usaha, penerapan sistem kemasan, standarisasi produk serta sertifikasi secara kolektif. Diversifikasi produk dan penciptaan produk unggulan melalui penciptaan industri kreatif diharapkan dapat menjadi pendorong iklim usaha yang tahan terhadap krisis global.

Lembaga koperasi perlu dikembangkan dari segi kualitas, kuantitas dan kemampuan pemberdayaan anggotanya. Sistem koperasi memerlukan revitalisasi agar dapat menitikberatkan pada kemampuan pemberdayaan anggota, melalui peningkatan pengetahuan dan kesempatan anggota dalam meningkatkan manajemen usaha koperasi.

Dari aspek kepariwisataan, dibutuhkan kerja keras dari beberapa stakeholders guna mengembalikan berfungsinya kembali sarana prsasana pendukung pariwisata dan pemulihan citra bahwa Sleman aman untuk dikunjungi. Permasalahan yang masih dihadapi antara lain :

1) Kualitas pelayanan perijinan investasi belum optimal.

2) Kualitas SDM pengelola Koperasi dan UMKM masih rendah. 3) Ketersediaan bahan baku industri kecil masih terbatas.

4) Penguasaan, penerapan teknologi, dan inovasi produk masih kurang. 5) Kemitraan antar pelaku usaha belum optimal.

6) Kelancaran distribusi bahan pokok dan bahan strategis belum optimal. 7) Daya saing produk lokal di pasar nasional maupun global masih rendah. 8) Kondisi sarana prasarana pasar tradisional kurang memadai.