• Tidak ada hasil yang ditemukan

ÉßÕ×Ô ÕÛÌËß ÕÐÕ Þ×ÜßÒÙ ÐÛÒÝÛÙßØßÒ ÍÛÎÌß Þ×ÜßÒÙ ÐÛÒÙßÉßÍßÒ ×ÒÌÛÎÒßÔ ÜßÒ ÐÛÒÙßÜËßÒ ÓßÍÇßÎßÕßÌ

Ø¿®§±²±

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç íí

gerak pemberantasan Korupsi di In-donesia tersebut, setelah mencuatnya kasus yang melilit Ketua non aktifnya. Simak hasil perbincangannya dengan tim redaksi seputar KPK, Reformasi Birokrasi serta pengalaman beliau saat masih menjadi mahasiswa STAN.

Terima kasih atas kesediaan Ba-pak. Bapak adalah wakil ketua KPK yang menangani Bidang pencegahan serta Bidang pengawasan internal dan pengaduan masyarakat, bisa dijelas-kan tugas dan wewenang Bapak pada bidang-bidang tersebut?

Tugas KPK yang pertama adalah penindakan, mulai dari penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. Penyelidi-kan ini tenaga-tenaganya adalah audi-tor, kebanyakan dari lulusan STAN. Pe-nyidikan itu dilakukan oleh kepolisian sedangkan kalau penuntutan itu harus dari jaksa. Tugas KPK yang kedua ada-lah melakukan monitoring kemudian melakukan koordinasi dan supervisi serta pencegahan. Sebetulnya itu se-mua tugas pimpinan, namun karena untuk pembidangan, di KPK ada empat Deputi dan satu Sekjen, yaitu Depu-ti Penindakan, DepuDepu-ti pencegahan, Deputi informasi dan data dan Deputi pengaduan masyarakat dan penga-wasan intern, nah saya menangani yang dua itu. Tugasnya di situ adalah bagaimana kita bisa mencegah 30 jenis korupsi. Sekarang IPK (Indeks Persepsi Korupsi) kita 2.6, tahun lalu itu 2.3, kita meningkat cuma sedikit. Negara lain seperti Malaysia sudah 5, Singapura itu 9, 8 untuk skala dari 0-10. Walau kita banyak melakukan penindakan, dimana tahun lalu hampir semua pejabat Big Fishes atau kelas kakap kena semua, itu tidak berdampak terlalu bagus untuk persepi masyarakat, persepsi pengusa-ha, baik nasional maupun internasional, terutama internasional. Kalau kita in-gin meningkatkan perekonomian kita, meningkatkan persepsi ekonomi kita dan meningkatkan investasi maka pe-layanan publik perlu dibenahi. Melalui upaya apa? melalui upaya pencegahan agar jangan sampai 30 jenis korupsi itu terjadi. Kalau 30 jenis korupsi itu masih terjadi maka pelayanan publik kita masih buruk, ekonomi kita masih tetap

íì ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç

biaya tinggi dan itu masih tetap akan dianggap tidak layak bagi mereka (in-vestor –red) untuk melakukan investasi di kita (Indonesia –red). Ini yang men-dorong kita untuk melakukan berbagai macam upaya-upaya pencegahan. Ka-lau yang berkaitan dengan pengaduan masyarakat dan pengawasan intern itu adalah melakukan (supervisi-red) agar tujuan, visi dan misi organisasi betul-betul bisa dijalankan, diimple-mentasikan dan dicapai. Sedangkan untuk pengaduan masyarakat sampai saat ini sudah lebih dari 34.000 pen-gaduan yang masuk. Tidak semuanya berkaitan dengan korupsi tapi itu se-mua kita tangani sebaik-baiknya untuk ditindaklanjuti.

Apa yang menjadi prioritas penan-ganan KPK saat ini ?

Prioritas KPK itu sesuai dengan Pasal 11 Undang-undang No. 30 Tahun 2002 yang mengatakan bahwa KPK itu menangani hal-hal yang berkaitan dengan korupsi oleh penyelenggara negara. Menurut pasal 2 Undang-un-dang No. 28 tahun 1999, penyeleng-gara itu adalah pejabat-pejabat tinggi, bisa Gubernur, Bupati, Walikota, Men-teri, Presiden, Bank Indonesia dan lain sebagainya termasuk duta besar serta anggota dewan. Selama tahun 2008 itu yang banyak kita tangani. Kemu-dian disamping penyelenggara negara adalah adalah penegak hukum, jaksa, hakim, polisi termasuk KPK dan mere-ka yang termere-kait. Prioritas lainnya adalah kasus yang nilai korupsinya itu bernilai 1 miliar keatas serta yang meresahkan masyarakat.

Dengan adanya kasus yang melilit Ketua KPK non aktif Antasari Azhar, integritas dan kinerja KPK mulai dipertanyakan oleh masyarakat, ba-gaimana kondisi KPK sebenarnya saat ini? Apakah terganggu dengan kasus tersebut?

Karena itu kasusnya pribadi dan tindak pidana umum, kita menyerah-kan saja kepada Kepolisian dan Kejak-saan. Biarlah Kepolisian dan Kejaksaan betul-betul menjalankan tugasnya se-cara profesional sehingga bisa dibukti-kan apakah (Antasari Azhar-red) betul-betul bersalah atau tidak, kita tidak mau ikut campur. Kalau umpamanya

diminta untuk membantu memberikan informasi dan segala macam, sejauh ini sudah kita berikan, bahkan dari KPK diminta untuk sebagai saksi. Kemudian dalam penanganan pekerjaan pada dasarnya tidak masalah karena yang namanya KPK itu sistem, sistem itu tidak tergantung kepada perorangan. Kita betul-betul menjalankan tugas dan yang pasti setiap pegawai KPK mulai dari jabatan Deputi sampai fung-sional dibawah, semua tetap bekerja penuh semangat dalam koridor mer-eka masing-masing.

Lalu, bagaimana upaya KPK dalam mengembalikan kepercayaan dan citra KPK sebagai komisi yang dipercaya-kan untuk memberantas korupsi ?

Strategi kita hanya bekerja. Kita tingkatkan terus pekerjaan kita mulai dari penindakan, pencegahan, moni-toring, koordinasi dan lain sebagainya tetap kita kerjakan sebaik-baiknya. Kita tidak memihak apa, siapa, dibalik siapa, tidak ada itu. Kita tidak akan menjawab dengan kata-kata, kita akan menjawab dengan perbuatan.

Selama Bapak bergabung di KPK, adakah kasus korupsi yang sangat menarik perhatian Bapak ? bisa di-jelaskan mengapa ?

Semua kasus itu menarik bagi kita. Begini, selama tahun 2000-2007 kasus yang paling banyak itu adalah yang berkaitan dengan pengadaan ba-rang dan jasa, berkaitan dengan pasal 2 dan pasal 3 Undang-undang No. 31 tahun 1999. Penegak hukum selama ini menangani itu. Masuk ke tahun 2008-2009 disamping menangani itu kita juga masuk ke penanganan yang lain. Selama ini korupsi itu hanya diang-gap yang berkaitan dengan kerugian negara, ternyata di tahun 2008 kita juga menangani yang tidak ada kaitan-nya dengan kerugian negara yaitu suap-menyuap. Yang menyuap itu kan uangnya si pengusaha, memang se-cara langsung itu uangnya dia tapi ini nanti akan berakibat kepada kerugian negara yang besar, termasuk gratifikasi yang sekarang sedang kita tingkatkan penanganannya karena gratifikasi ini-lah yang sedikit demi sedikit mendor-ong bangsa kita menjadi korup. Kita terbiasa kalau sudah dibantu merasa

nggak enak jika tidak memberikan ses-uatu atau misalnya saya sudah bekerja membantu dia masa saya tidak menda-patkan apa-apa. Nah ini yang akan kita kikis habis karena ternyata ini masih marak saja. Seperti di DPR kita banyak menangani kasus suap dan gratifikasi. Ini harus betul-betul terus-menerus kita tangani. Yang paling penting ke de-pan, disamping menangani itu kita juga melakukan pembenahan-pembenahan karena pembenahan di Indonesia kan baru dimulai, baru dilakukan pembe-nahan-pembenahan secara manajerial. Sejak ada Undang-undang No.17 Tahun 2003 Paket Undang-undang keuangan Negara, kita baru memiliki neraca dan orang baru tersadar bagaimana caran-ya menangani keuangan caran-yang baik.

Apa tantangan terbesar dalam menja-bat posisi Wakil Ketua KPK?

Tantangannya sampai dengan saat ini adalah masalah SDM, SDM kita kurang memadai dari segi kuantitas. Kalau kualitasnya oke, mereka bukan hanya memiliki kemampuan akade-mik, kemampuan skill tapi juga ke-mampuan integritas yang tinggi. SDM kita sampai saat ini baru sekitar 600-an or600-ang padahal korupsi terjadi dari Sabang sampai Merauke. Yang ingin kita benahi bukan hanya di pemerin-tahan pusat tetapi juga di daerah dan BUMN/BUMD serta di Dewan. Itu kan besar sekali, inilah yang harus kita laku-kan ke depan. Oleh karena itulah maka KPK mencoba bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk dengan De-partemen Keuangan, para pengawas intern, Bawaslu, Bawasda, BPK, BPKP, Itjen, karena yang mereka paling tahu kondisi di lapangan. Kalau sinergi ini betul-betul berjalan termasuk dengan Kepolisian, KPK walaupun kecil tapi upaya-upaya pemberantasan korupsi dari segi penindakan dan pencegahan dapat berfungsi dengan baik.

Kita ketahui bersama bahwa Departe-men Keuangan telah melakukan Re-formasi birokrasi. Menurut pendapat Bapak bagaimana dengan Reformasi birokrasi yang telah dilakukan oleh Departemen keuangan hingga saat ini?

Reformasi birokrasi yang telah di-lakukan oleh Departemen Keuangan

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç íë

memang baru tapi sudah menunju-kan hasil-hasilnya. Contohnya, KPPN yang dulunya itu sudah menjadi raha-sia umum bahwa disana banyak deal-dealnya gitu ya, sekarang sudah ada KPPN percontohan yang katakanlah berdasarkan dari hasil survey mulai menunjukan hal yang baik. Mudah-mu-dahan dari percontohan ini makin lama makin banyak, sehingga tidak ada lagi percontohan karena semuanya sudah kearah yang lebih baik. Juga dari Bea cukai banyak cerita-cerita yang sudah mulai tumbuh, juga diperpajakan dan tempat-tempat lain. Ini yang ke depan

harus terus-menerus dicanangkan. Saat saya berada di daerah kemarin, saya bertemu dengan pegawai departemen keuangan dari perpajakan. Rumahnya di pulau lain sedangkan dia bekerja di pulau itu, tapi dia tetap berintegritas dan bekerja dengan baik. Ini mungkin contoh-contoh Reformasi birokrasi. Dia tidak tahu saya siapa, saya tan-ya bagaimana sekarang dengan ini (Departemen Keuangan-red)?, “wah sekarang pak kita sudah tidak ada lagi yang namanya sogok-menyogok, tidak ada lagi yang seperti itu”. Ya su-dah, saya bilang bagus kalau begitu. Terus saya tanyakan gajinya berapa, cukup? Dia menjawab, “Oh cukup pak,

yang penting kita ada kejelasan”. Jadi yang penting kelihatannya adalah gaji memadai untuk mereka. Disamp-ing untuk kebutuhan sehari-hari, dia masih bisa saving. Bagi orang-orang yang memiliki integritas itulah yang dia butuhkan, dia ingin ketenangan hidup, dia ingin ketenangan bekerja, nah saya harap reformasi birokrasi bisa memenuhi itu. Dan ini sudah mulai kelihatan, kalau ibaratnya kita mengganti air, air yang tadinya tor, di awal-awal masih ada yang ko-tor kita harapkan makin lama makin bening.

Kita berbicara sedikit tentang pen-galaman masa lalu Bapak. Begini Pak, Salah satu unit Eselon II Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan adalah almamater Bapak yaitu Seko-lah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), kalau boleh diceritakan, apa motivasi Bapak saat dulu memilih STAN?

Saya kan dari kampung, dari Prabu-mulih Sumatera Selatan dan tentunya saya ingin bersaing di Jakarta. Pada waktu itu orang dikampung saya be-lum tahu yang namanya STAN, baru setelah saya datang kesini baru mer-eka tahu. Saya mendapatkan informasi bahwa yang bisa masuk ke STAN itu

betul-betul siswa pilihan dan walau-pun ini sekolah kedinasan tapi ternyata seleksinya sangat ketat. Bukan hanya nilai sesaat yang dipantau tapi juga dilihat pada rapornya selama 3 tahun. Jadi betul-betul di-combine, sehingga menurut saya rekrutmen yang de-mikian itu sangat baik. Ditambah lagi tentu tidak kalah pentingnya adalah bahwa sekolah itu tidak membayar dan bisa langsung bekerja pada waktu itu. Disamping itu lagi, masalah finansial itu menurut saya adalah kunci utama jika indonesia ingin lebih baik pada waktu itu. Memang (bidang-red) yang

lain-lain cukup baik juga, tetapi saya lihat tenaga-tenaga keuangan san-gat diperlukan untuk di pemerintah-an dpemerintah-an ternyata sampai sekarpemerintah-ang itu masih sangat kekurangan. Korupsi itu kaitannya dengan keuangan, kaitannya dengan APBN, APBD , pengadaan ba-rang dan jasa serta suap-menyuap, itu ujung-ujungnya semuanya uang dan akibatnya timbulah kerugian negara. Jadi artinya kalau kita ingin membe-nahi, kita benahi “darahnya” ini. Inilah mengapa saya mencoba di sana dan Alhamdulliah bisa diterima.

Tadi Bapak menyampaikan bahwa ko-rupsi itu kaitannya dengan keuangan.

íê ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç

STAN adalah pencetak kader-kader yang akan menangani bidang keuan-gan, apa yang harus dilakukan oleh STAN untuk mendukung pemberan-tasan korupsi ?

Korupsi itu kan bisa dari sisi pen-geluaran (belanja negara) dan dari sisi penerimaan melalui bea cukai, pajak, PNBP dan lain-lain. Sekarang yang banyak kita tangani itu d ipengeluaran, itu gampang karena ceiling itu sudah ada. Paling tinggi dia mengeluarkan (anggaran-red) segitu, paling tinggi yang dikorupsinya tidak akan melebihi anggaran itu. Tapi kalau dari sisi pener-imaan kita nggak pernah tahu berapa sebetulnya (jumlah-red) penerimaan itu. Inilah maksud saya, lulusan STAN harus ada di dua tempat, di pengeluar-an dpengeluar-an di penerimapengeluar-an. Oleh karena itu pembekalan dari sisi integritas ini san-gat penting, pembekalan yang menga-takan bahwa apa yang kita lakukan ini sangat penting bagi negara Indonesia dan Lulusan STAN bukan hanya di pe-merintahan, di swasta juga banyak dan mereka biasanya menangani bidang itu juga. Menurut saya yang paling uta-ma adalah kalau mereka sudah memi-liki integritas yang sama, maka akan terbentuk komunitas yang sangat ba-gus untuk Indonesia. Dimanapun dia berada, dia berbicara kejujuran. Oleh karena itu kode etik dan pembelajaran-pembelajaran mengenai control sys-tem perlu betul-betul ditanamkan ke semua mahasiswa STAN.

Jadi Bapak ingin lulusan STAN men-jadi Agent of Integrity ?

Iya, seperti itu.

Lalu bisa diceritakan bagaimana seorang Haryono Umar pada waktu kuliah dulu?

Saya sih orang biasa-biasa saja, na-manya dari kampung ya. Dulu kan ada IPA-IPS dan saya dari IPA, lalu ada te-man saya yang masuk Kedokteran UI ngomong ke saya, “wah STAN itu han-ya D3, nanti sudah bekerja, uangnhan-ya sudah banyak (bayangan orang dulu kerja di Keuangan itu uangnya banyak) nanti nggak mau sekolah lagi.”, tapi saya jalani saja. Kemudian selama ku-liah karena saya dari IPA, pada waktu itu kan ada Bon A, Bon B dan hitung dagang, itu betul-betul tantangan yang

berat pada waktu itu. Saya harus bela-jar sekian bulan sehingga kemampuan saya sama dengan teman-teman yang dari SMEA. Salah satu yang menarik di STAN itu semua mahasiswa terbiasa mandiri. Sehingga kalau kita lihat begi-tu mereka lulus mereka memang bebegi-tul- betul-betul mandiri, bahkan yang masih ku-liah di semester-semester akhir yang mengisi waktunya dengan magang-magang di kantor-kantor akuntan publik itu bisa langsung jadi ketua tim membawahi orang dari perguruan tinggi yang lain, yang sudah sarjana pada waktu itu. Itu karena kemandiri-annya dan itu memang diciptakan oleh sekolah sehingga lulusan dari STAN itu siap ditempatkan di mana saja.

Adakah kenangan yang tidak terlupa-kan sewaktu kuliah di STAN ?

Kalau dulu kampus saya kan masih di (Jalan-red) Purnawarman, yang pal-ing menyenangkan tuh waktu istirahat makan siang. Makan siang yang sampai saat ini tidak saya temukan lagi adalah di Warteg (warung tegal-red) di STAN itu. Itu yang paling enak, susah nyari lagi yang rasanya begitu. Sampai seka-rang walaupun saya makan dimanapun, enaknya kalah dengan di situ, nggak tahu karena suasananya sama teman-teman dan harganya murah, Warteg Jawir namanya..masih ada nggak tuh?

Sudah tidak ada kayanya pak...

Oh..,Makan disana dengan tempe dan sayur nangka itu nikmat sekali.

Apa harapan Bapak terhadap STAN di masa depan?

Harapan saya terhadap STAN, STAN bisa menjadi lembaga yang menc-etak kader-kader yang berintegritas, kader-kader yang menjadi pemimpin Indonesia pada masa yang akan da-tang, dimana dari segi kompetensi dan kapabilitas tidak diragukan lagi. Karena memang sistem pendidikan-nya yang demikan dan saya menga-lami sendiri. Kemudian karena kultur mahasiswa STAN itu adalah orang yang mau belajar, mau bekerja keras, sebetulnya kalau diajak berbuat baik itu sangat mudah. Bahkan kalau un-tuk diajak berbuat tidak baik mereka perang batin, banyak yang mengun-durkan diri karena yang ditemui di lapangan tidak sesuai dengan keingi-nannya. Oleh karena itulah maka saya mengharapkan para alumni STAN ini bisa tersebar dimana-mana sehingga betul-betul bisa mewarnai Indonesia.

Kita bicara sedikit tentang kegia-tan pribadi Bapak. Di luar kegiakegia-tan Bapak sebagai wakil ketua KPK bi-asanya kegiatan lain apa yang Bapak lakukan?

Begini, karena di KPK ini sudah be-gitu full, kadang-kadang kita sampai malam, kadang-kadang sampai hari libur pun kita masuk, jadi memang kegiatan di luar hampir tidak ada lagi. Seperti dulu misalnya saya menjabat sebagai ketua Kompartemen akun-tansi sektor publik, itu tidak bisa dilakukan lagi. Paling di luar itu ya olahraga, jogging di rumah.

Tapi tentunya masih bisa meluang-kan waktu untuk keluarga meluang-kan Pak?

Masih bisa, saya sebelum berang-kat ke kantor itu setelah shalat subuh biasanya saya olahraga, olahraga saya basket. Saya olahraga basket sekitar 30 menit hingga 1 jam sampai berk-eringat, itu yang saya lakukan di hari biasa. Kalau hari libur saya dengan ke-luarga, walaupun tidak berlibur ke luar kota tapi berada dirumah dan bercan-da dengan keluarga subercan-dah cukup.

Saya sih orang

Dokumen terkait