• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Konsep Kekerasan Yang Berujung Dengan Konflik

2.3.1 Bentuk-Bentuk Konflik

Menurut Soekanto (2000:65-66), konflik dalam masyarakat dibedakan menjadi konflik pribadi, konflik rasial, konflik antarkelas sosial, konflik internasional, konflik berbasis massa, dan konflik antar kelompok. Didalam pembentukkan konflik tersebut akan diikuti dengan teorinya.

2.3.1.1 Konflik Pribadi / Konflik Individu

Konflik pribadi adalah pertentangan yang terjadi antara orang per orang. Masalah yang menjadi dasar perlawanan atau konflik pribadi biasanya juga masalah pribadi. Konflik pribadi tidak jarang terjadi antara dua orang sejak mulai berkenalan. Biasanya hal itu terjadi jika sejak awal di antara mereka sudah tidak ada rasa simpati dan tidak saling menyukai. Akan tetapi, tdak jarang pula terjadi konflik di antara dua orang yang sudah lama saling kenal dan menjalin hubungan baik. Dalam perjalanan hubungan persahabatan itu terjadi konflik yang tidak bisa disatukan. Menurut Simmel dalam Susan (2009:48), ketika individu menjalani proses sosialisasi mereka pada dasarnya pasti mengalami konflik. Ketika terjadinya sosialisasi terdapat dua hal yang mungkin terjadi yaitu, sosialisasi yang

menciptakan asosiasi (individu berkumpul sebagai kesatuan kelompok) dan disosiasi (individu saling bermusuhan dalam satu kelompok), dan unsur-unsur yang sesungguhnya dari disosiasi adalah sebab-sebab konflik. Dalam konflik pribadi masing-masing pihak berusaha memusnahkan lawannya. Di antara orang yang bertikai saling memaki dan menghina bahkan bisa terjadi perkelahian fisik.

2.3.1.2 Konflik Antar Etnik, Antar Kampung dan Antar golongan

Konflik ini memiliki skala lebih besar melibatkan banyak orang waktunya lama, dan kerugian besar. Penyebab terjadinya konflik ini biasanya karena faktor deskriminasi ras secara politik, pertentangan ideologi , kesenjangan social/ekonomi/budaya atau konflik antar warga yang tidak terselesaikan. Ibnu Khaldun dalam Susan (2009:34) menyatakan, dinamika konflik dalam sejarah manusia sesungguhnya ditentukan oleh keberadaan kelompok sosial (‘ashobiyah) berbasis pada identitas, golongan, etnis maupun tribal.

Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kelompok sosial dalam struktur sosial manapun dalam masyarakat dunia memberi kontribusi terhadap berbagai konflik. Dan konflik yang terjadi antar etnik akan mengakibatkan penyelesaian yang lebih lama, dikarenakan penyelesaiannya menyangkut hal-hal yang sangat prinsip bagi etnik tersebut.

2.3.1.3 Konflik Politik

Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut ketidaknyamanan atau ketidaktenangan dalam masyarakat. Masalah politik sering mengakibatkan konflik antarmasyarakat. Konflik politik merupakan konflik yang

menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun di antara negara- negara yang berdaulat. Konflik politik pernah terjadi antara Indonesia dan Malaysia pada tahun 1963.

2.3.1.4 Konflik Antar kelas Sosial

Konflik antar kelas sosial merupakan pertentangan antara dua kelas sosial. Menurut Karl Marx dalam Basrowi dan Soenyono (2004:23-27) yang terkenal dengan Teori Konflik Kelasnya, konflik adalah sesuatu yang perlu karena merupakan sebab terciptanya perubahan, dimana dalam masyarakat terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin (proletar). Konflik itu terjadi umumnya dipicu oleh perbedaan kepentingan antara kedua golongan tersebut. Misalnya, antara karyawan pabrik dengan pemiliknya karena tuntutan kenaikan gaji dari karyawan akibat minimnya tingkat kesejahteraan.

Konflik kelas ini disebabkan tidak adanya pemisahan antara pemilikan serta pengendalian sarana-sarana produksi. Pendapat Karl Marx diatas senada dengan pandangan Dahrendrofrt dalam Basrowi dan Soenyono (2004;35),

“Kekuasaan dan otoritas merupakan sumber-sumber yang menakutkan,

karena mereka yang memegangnya memiliki kepentingan untuk mempertahankan status quo. Dalam masyarakat selalu terdapat dua golongan yang bertentangan, yaitu antara penguasa dan yang dikuasai.”

Menurut Dahrendorf, konflik merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dipisahkan karena terjadi divergensi kepentingan antar - kelas dalam hierarki kekuasaan dan kewenangan. Jadi konflik yang timbul disini lebih disebabkan oleh kesewenang-wenangan dari pihak penguasa. Sehingga para karyawan merasa tidak diperhatikan kesejahteraannya. Hal inilah yang akibatnya menimbulkan

gejolak antar bawahan dan pimpinan yang akhirnya meluas menjadi konflik yang besar.

2.3.1.5 Konflik Internasional

Konflik internasional, yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena perbedaan kepentingan. Banyak kasus terjadinya konflik internasional sebenarnya bermula dari konflik antara dua negara karena masalah politik atau ekonomi. Konflik berkembang menjadi konflik internasional karena masing-masing pihak mencari kawan atau sekutu yang memiliki kesamaan visi atau tujuan terhadap masalah yang dipertentangkan. Dengan demikian, terjadilah konflik internasional.

2.4.1.6 Konflik Antar Kelompok

Konflik antar kelompok terjadi karena persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama atau karena pemaksaan unsur-unsur budaya asing. Lewis A.Coser dalam Haryanto (2012:52) beranggapan bahwa konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial dan konflik sosial sebagai akibat dari kepentingan- kepentingan kelompok yang saling bertentangan, namun konflik dapat ditempatkan untuk menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok tersebut. Selain itu, karena ada pemaksaan agama, dominasi politik, atau adanya konflik tradisional yang terpendam. Misalnya, hubungan antara golongan mayoritas dan minoritas. Koalisi golongan minoritas mungkin dalam bentuk sikap menerima, agresif, dan menghindari atau asimilasi.

Di dalam menjaga eksistensi antar anggota kelompok, diperlukan kesadaran kolektif yang mendasar. Kesadaran kolektif yang mengikat angota-anggota kelompok tersebut bisa melalui berbagai simbol dan norma sosial yang telah disepakati. Menurut Emilie Durkheim dalam Susan (2009:45) anggota kelompok bisa menciptakan bunuh diri altruistik untuk membela eksistensi kelompoknya.

2.3.1.6 Konflik Antar Organisasi

Konflik antar organisasi seperti dibidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik dan politik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru, dan servis baru sehingga harga lebih rendah dan pemanfaatan sumberdaya secara lebih efisien.

Konflik pada dasarnya adalah sesuatu yang bukan saja tidak dapat dihindari tapi juga dibutuhkan oleh masyarakat, karena konflik mempertegas identitas-identitas dalam kelompok dan membentuk dasar stratifikasi sosial. Walaupun teori konflik klasik pada dasarnya sudak tidak dapat digunakan untuk menganalisis fenomena konflik kontemporer, karena teori ini diciptakan pada konteks kesejarahan yang berbeda dan perubahan struktur serta dinamika masyarakat telah diluar imajinasi para ilmuwan konflik klasik. Namun antara teori klasik dan teori kontemporer pada dasarnya sepakat bahwa konflik memainkan peran sentral dalam kehidupan karena mampu menjadi agen perubahan dan menjadi motor yang memobilisasi tindakan sosial.

Dokumen terkait