• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2.9. J umlah Kantor Bank 2.2.9.1. Kantor Bank Syar iah

Yang dimaksud dengan jenis-jenis kantor bank syariah dapat dilihat dari luasnya kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang, luasnya kegiatan ini tergantung dari kebijaksanaan kantor pusat bank tersebut. Disamping itu besar kecilnya kegiatan cabang bank tersebut tergantung dari wilayah oprasionalnya.

Banyak sedikitnya kantor bank sangat mempengaruhi besar kecilnya tingkat oprasional suatu bank.

Adapun beberapa jenis kantor bank syariah yang dimaksud : 1. Kantor pusat

Merupakan kantor semua kegiatan perencanaan sampai pada pengawasan terdapat di kantor ini, setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat tidak melakukan kegiatan oprasional sebagaimana kantor bank lainnya, akan tetapi mengendalikan jalannya kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang-cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa kegiatan kantor pusat tidak melayani jasa bank kepada masyarakat umum.

2. Kantor unit usaha syariah

Merupakan salah satu kantor cabang yang lengkap berfungsi sebagai kantor induk dari seluruh kantor cabang syariah. Unit tersebut berada di kantor pusat bank dan dipimpin oleh seorang anggota direksi atau pejabat satu tingkat di bawah direksi.

3. Kantor cabang syariah

Merupakan kantor bank yang secara langsung bertanggung jawab kepada kantor pusat bank yang bersangkutan dengan alamat tempat usaha yang jelas dimana kantor cabang tersebut melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

4. Kantor cabang pembantu syariah

Merupakan kantor dibawah kantor cabang yang kegiatan usahanya membantu kantor cabang induknya dan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

5. Kantor kas syariah

Merupakan kantor yang paling kecil dimana kegiatannya hanya meliputi teller atau kasir saja, dengan kata lain kantor kas hanya melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada dibawah cabang pembantu atau cabang penuh dan melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

Untuk menunjang oprasional perbankan dan pemasaran produk-produk perbankan sangat diperlukan adanya kantor-kantor cabang pembantu. Beberapa alasan untuk membuka kantor cabang :

1. Dalam upaya meningkatkan jangkauan bisnis secara keseluruhan, jangkauan bisa dilihat dari sisi aktiva maupun pasiva. Apabila suatu bank mempunyai kemampuan menarik atau mengumpulkan dana secara baik, sedangkan kondisi perekonomian di suatu daerah kurang mendukung untuk melakukan penempatan dana secara maching, biasanya bank tersebut berupaya membuka cabang-cabang di daerah yang menjadi pusat peredaran uang.

2. Dikaitkan dengan rencana pengenalan suatu produk yang tepat di daerah tersebut.

Sebagai salah satu bagian dari strategi pemasaran global. Biasanya cabang didirikan dengan tujuan sebagai bagian dari rencana pemasaran. Hal itu terlihat misalnya, suatu bank membuka cabang di tempat terpencil dengan tujuan hanya melayani satu-satunya nasabah yang mendirikan pabrik ditempat tersebut. Disini tujuan pembangunan cabang semata-mata dilihat dari sisi pemasaran karena nasabah telah menikmati fasilitas pinjaman yang diberikan bank induknya.

Pengertian kantor bank syariah adalah jumlah kantor bank berkaitan dengan fasilitas yang ditawarkan kepada masyarakat luas untuk meraih minat masyarakat berdasarkan prinsip syariah, bank harus memperluas jaringan kantor cabang agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Jumlah kantor bank meliputi kantor pusat, kantor unit usaha syariah, kantor cabang syariah, kantor cabang pembantu syariah dan kantor kas syariah. Bank harus memperluas jaringan kantor agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

2.2.10. Pengambilan Keputusan

2.2.10.1. Pengertian Pengambilan Keputusan Konsumen / Nasabah

Menurut Amirullah (2002:61) pengambilan keputusan merupakan suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan. Perilaku konsumen akan menentukan pengambilan keputusan konsumen. Tidak semua situasi pengambilan keputusan

konsumen berada dalam tingkatan yang sama. Ada keputusan pembelian yang memerlukan usaha yang lebih luas, dalam arti memerlukan proses yang lebih panjang dan melelahkan, namun keputusan pembelian tetap dilakukan. Sebaliknya ada pula pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, tanpa pemikiran yang panjang. Kondisi ini terjadi karena konsumen sudah menganggap bahwa proses yang biasa atau berulang-ulang.

Amirullah (2002:62) menyebutkan ada tingkatan pengambilan keputusan konsumen, yaitu:

a. Ektensive Problem Solving

Pada tingkatan ini konsumen sangat membutuhkan banyak informasi untuk lebih meyakinkan keputusan yang akan diambilnya. Pengambilan keputusan ini melibatkan keputusan multi pilihan dan upaya kognitif serta perilaku yang cukup besar.

b. Limited Problem Solving

Pada tingkatan ini konsumen begitu banyak memerlukan informasi, akan tetapi konsumen tetap perlu mencari informasi untuk lebih memberikan keyakinan. Konsumen pada tingkatan ini biasanya membanding-bandingkan merek atau barang dan sedikit alternatif yang mempertimbangkan.

c. Routinized Respon Behaviour

Karena konsumen telah memiliki banyak pengalaman membeli, maka informasi biasanya tidak diperlukan lagi atau mungkin hanya untuk membandingkan saja. Perilaku pembelian rutin membutuhkan sangat sedikit kognitif atau kontrol dasar.

2.2.10.2. Perbandingan antar a Bank syariah dan Bank Konvensional

Telah diuraikan sebelumnya berbagai pertimbangan masyarakat dalam menentukan pilihan terhadap lembaga keuangan bank (khususnya bank non syariah) baik yang menyangkut faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor keuntungan, hadiah (faktor ekonomi) cukup mempengaruhi responden dalam menentukan keputusan. Sementara itu faktor pelayanan, keterjangkauan atau lokasi, keamanan, lingkungan keluarga, psikologis (faktor non ekonomi) tidak kalah besar pengaruhnya. Berikut ini berbagai langkah-langkah atau sikap masyarakat (non nasabah bank syariah) ketika akan menjatuhkan pilihan pada perbankan syariah sebagai lembaga keuangan tempat menabung atau pembiayaan. Faktor pertama yang patut diperhatikan adalah informasi tentang bank syariah tersebut. Sekitar 63,6% menyatakan bahwa keputusan untuk memilih bank syariah cukup dipengaruhi oleh informasi intens, hanya 7% yang menyikapi bahwa faktor informasi kurang relevan dengan kepuutusan untuk memilih bank syariah, maka faktor informasi kepada masyarakat menjadi kata kunci.

Faktor-faktor kedua cukup mempengaruhi keputusan responden adalah faktor rasionalitas. Faktor-faktor tersebut tidak hanya meliputi aspek ekonomi saja, namun juga faktor non ekonomi, pertimbangan agama, dan faktor rasional lainnya. Sejumlah 60,8% menyatakan bahwa keputusan untuk memilih bank syariah cukup dipengaruhi oleh pertimbangan yang rasional.

Tabel 1: Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional

No perbedaan Bank syariah Bank konvensional

1 falsafah Tidak berdasarkan bunga, spekulasi,dan ketidak jelasan Berdasarkan bunga 2 oprasionalisasi - dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan mendapatkan hasil jika ‘diusahakan’ terlebuh dahulu. - penyaluran pada usaha

yang halal dan menguntungkan

- dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo. - penyaluran pada sektor

yang menguntungkan aspek halal tidak menjadi pertimbangan utama.

3 Aspek sosial

Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam misi dan visi

Tidak diketahui secara tegas

4 Organisasi Harus memiliki dewan pengawas syariah

Tidak memiliki dewan pengawas syariah

Sumber: Sudarsono, 2003, Bank dan lembaga keuangan syariah, edisi kedua, penerbit ekonisia, yogyakarta, halaman 42

2.2.10.3. Pelayanan Nasabah Perbankan

Dalam mengembangkan suatu produk perbankan hendaknya dipertimbangkan kebutuhan masyarakat, segmen yang menjadi terget, kemasan dan cara penyajian yang memadai dalam prosedur yang mudah, cepat dan kualitas pelayanan prima dan penanganan keluhan nasabah hendaknya ditangani secara cepat, tepat dan benar secara memuaskan nasabah.

Dalam konteks perbankan dalam kaitannya dengan persaingan antar bank yang kompetitif beberapa pakar memberikan sudut pandangnya dalam rangka memenangkan persaingan yang sangat ketat tersebut melalui pencapaian

tingkat kualitas pelayanan yang prima adalah perlu bagi pihak perbankan untuk memperhatikan beberapa faktor tersebut di bawah ini (Hariyanto, 2002:27).

a. Tangible

Kemampuan perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya) perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi) serta penampilan pegawainya. b. Reability

Hendaknya perbankan memberikan kualitas pelayanan sesuai dengan komitmen perusahaan dengan demikian image perusahaan pun dapat ditingkatkan

c. Assurance

Tingkat kepercayaan atau jaminan kualitaspelayanan yang diberikan kepada konsumen adalah maksimal atau optimal

d. Empathy

Dalam hal ini pihak perbankan pun hendaknya tanggap terhadap apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen.

e. Responsiveness

Bersikap tanggap dalam memberikan pelayanan pada konsumen (baik dalam melakukan awal transaksi, sesudah melakukan transaksi maupun dalam menghadapi keluhan dari konsumen).

Umumnya terdapat beberapa bahan pertimbangan yang perlu dicermati dalam hal perilaku nasabah: pertama, menabung karena rasa aman, kedua, menabung karena melihat suku bunga yang tinggi, ketiga, nasabah yang percaya kepada salah satu pejabat bank, keempat, lokasi bank yang dekat dengan aktivitas yang dilakukan oleh nasabah. Dan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Surindo Utama dan Bussiness Information Services, terdapat delapan variabel utama yang menjadi sumber masyarakat mengenal perbankan seperti teman (31%), koran (21%), Televisi (12%), Billboard (11%), pamflet (10%), papan nama bank (8%), dari kantor (2%), majalah (2%). Dari hasil riset itu terlihat, bahwa variabel yang paling dominan dari masyarakat dalam proses masyarakat mengenal perbankan adalah dari teman, sedangkan dari alasan nasabah dalam memilih bank atau membuka tabungan disuatu bank adalah (Hariyanto, 2003:23):

a. Aman dan terpercaya (25%) b. Pelayanan yang memuaskan (17%) c. Milik pemerintah (1%)

d. Dekat kantor (12%) e. Bunga tinggi (8%)

f. Bonus dan hadiah besar (8%) g. Produk atau jasanya banyak (7%) h. Banyak cabang (5%)

i. Manajemen yang baik (5%) j. Milik konglomrat (5%)

k. Promosi gencar (1%) l. Citra baik (1%) m. Ada asuransi (1%) n. Minggu buka (1%)

Dari teori-teori yang ada telah dijelaskan, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa untuk memberikan layanan para nasabah, Bank syariah memperhatikan dan mempertimbangkan variabel-variabel antara lain:

a. Bagi hasil b. Variasi produk

c. Sikap karyawan dalam melayani nasabah d. ATM e. Jaminan f. Teknologi Informasi g. Kecepatan pelayanan h. Biaya administrasi i. Lokasi j. Banyaknya cabang k. Image syariah l. Image muamalat

2.3 Kerangka Konseptual Bagi Hasil (X1) Variasi produk (X2) Kecepatan pelayanan (X7) ATM (X4) Sikap karyawan dalam melayani nasabah (X3) Lokasi (X9) Keputusan nasabah dalam memilih produk Bank Muamalat (Y) Banyaknya cabang (X10) Biaya administrasi (X8) Teknologi informasi (X6) Jaminan (X5) Image syariah (X11) Image muamalat (X12)

2.4 HIPOTESIS

Berdasarkan perumusan masalah serta dengan berpedoman kepada kerangka pikir, maka hipotesis yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut : 1. Diduga faktor bagi hasil, variasi produk, sikap karyawan dalam melayani

nasabah, image syariah yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih produk Bank Muamalat di Kota Surabaya.

2. Diduga faktor image syariah yang paling dominan mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih produk Bank Muamalat di Kota Surabaya.

3.1. Devinisi Oprasional dan Pengukur an Variabel

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, serta lebih dapat memahami isi dan agar definisi yang digunakan di dalam penelitian ini dapat diukur serta menghilangkan dan menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran maka variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian yang akan dianalisis adalah sebagai berikut :

3.1.1. Definisi Opr asional Variabel

a. Bagi hasil adalah prinsip yang diterapkan Bank Muamalat tidak merugikan salah satu pihak baik nasabah maupun bank.

b. Variasi produk adalah jenis produk tabungan yang dikeluarkan oleh Bank Muamalat memberikan alternatif pilihan bagi nasabah.

c. Sikap karyawan dalam melayani nasabah adalah karyawan Bank Muamalat selalu bersikap ramah, sopan dan selalu mengucapkan salam.

d. ATM adalah fasilitas produk tabungan yang diberikan Bank Muamalat kepada nasabah untuk menyimpan tabungan tersebut dalam bentuk kartu ATM. e. Jaminan adalah adanya jaminan atas keamanan dana nasabah yang

ditempatkan pada Bank Muamalat apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

f. Teknologi informasi adalah Bank Muamalat memiliki teknologi informasi yang sudah canggih dan maju sehingga nasabah dengan mudah dapat melakukan transaksi.

g. Kecepatan pelayanan adalah pelayanan Bank Muamalat dimana nasabah tidak perlu menunggu lama untuk melakukan transaksi.

h. Biaya administrasi adalah biaya yang ditentukan oleh pihak Bank Muamalat kemudian dikenakan kepada nasabah dalam pengambilan beberapa produk tabungan.

i. Lokasi adalah lokasi Bank Muamalat berada pada tempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh nasabah.

j. Banyaknya cabang adalah Bank Muamalat memiliki cabang yang tersebar di berbagai kota dan provinsi.

k. Image syariah adalah Bank yang dalam kegiatannya mempunyai sifat berdasarkan islam

l. Image muamalat adalah Bank muamalat memiliki image yang kuat dan bagus terhadap masyarakat yang menjadi nasabah Bank Muamalat.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Sekala pengukuran yang digunakan untuk variabel-variabel tersebut adalah sekala interval, dengan teknik sekala Semantic Differensial Scale yaitu merupakan sekala dengan menggunakan sekala penilian tujuh (7) butir yang menyatakan secara verbal dua kutub (bipolar) penilitian yang ekstrim dan dapat

dinyatakan dengan pecahan. Dua kutub ekstrim ini dapat berupa penilaian mengenai baik-buruk, cepat-lambat dan kuat lemah (Indriantoro, 202:105).

Bentuknya adalah sebagai berikut :

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Sekala tersebut di susun dalam suatu garis kontinue dengan jawaban sangat positif terletak disebelah kanan dan jawaban sangat negatifnya terletak disebelah kiri atau sebaliknya.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua para nasabah Bank Muamalat di Surabaya. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada para nasabah Bank Muamalat di Surabaya.

2. Sampel

Teknik penentuan sampel secara non probabilitas sampling yang digunakan secara accidental yaitu metode ini merupakan prosedur sampling yang memilih sample dari orang atau unit yang paling mudah diakses (Santoso dan Tjipto, 2001:90). Tenik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah menurut (Malhotra, 1999:2004), bahwa sample size menggunakan ukuran 4 (empat)

atau 5 (lima) x jumlah variable bebas. Dengan demikian jumlah sample yang digunakan (5 x 10) = 50 sehingga dapat ditarik hasil minimal sample sebanyak 50 orang responden, tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif dan mewakili, maka peneliti mengambil sample sebanyak 100 orang responden.

3.3. Tenik Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data

Data Primer

Data ini diperoleh dari jawaban responden terhadap kuisioner yang disebarkan pada lokasi penelitian terhadap objek, subjek ataupun kejadian tertentu. Sebanyak seratus (100) responden di Bank Muamalat yang ada di Surabaya.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban responden melalui kuisioner yang merupakan jawaban atas permasalahan objek yang diteliti.

3.3.3. Pengumpulan Data a. Metode Direct Observation

Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap konsumen yang berhubungan dengan permasalahan peneliti dan mencatat kegiatan yang ada.

b. Metode Kuisioner

Metode ini dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan (angket) tertulis kepada responden.

c. Metode Interview

Metode ini dilakukan dengan jalan peneliti mengadakan wawancara secara langsung kepada responden.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dilakukan melalui uji validitas dan uji reliabilitas dengan n = 12

a. Uji Validitas

Validitas sebagai ukuran seberapa akurat alat ukur yang digunakan. Semakin tinggi nilainya maka tes tersebut semakin mengenai sasaran dan semakin menunjukkan apa-apa yang seharusnya ditunjukkan. Pengujian validitas ini dimulai dengan melakukan internal validity, dimana kriterian yang dipakai berasal dari dalam tes itu sendiri dan masing-masing item tiap variabel dikorelasikan dengan nilai total yang diperoleh dari koefisien korelasi product moment. Jika korelasi rendah dan tidak signifikan, maka item yang bersangkutan gugur. Taraf signifikan yang digunakan sebesar 5% perhitungan korelasi pada masing-masing variabel dengan skor total menggunakan teknik korelasi product moment dengan formulasi sebagai berikut :

= n(∑XY) − (∑X∑Y)

√[n∑ − (∑X) ( n∑Y − (∑Y)²

r = Korelasi

n = Jumlah responden X = Skor tiap-tiap variabel Y = Skor total tiap responden b. Uji Reabilitas

1. Uji merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat diandalkan. Dalam hal ini peneliti melakukan uji reabilitas dengan teknik Cronbach Alpha.

2. Cara mencari reabilitas untuk seluruh item adalah dengan mengkorelasikan angka yang diperoleh dengan menggunakan rumus :

r

ıı

=

( )

∑ Ь²

²

rıı =

Reliabilitas instrument

k =

Banyaknya butir pertanyaan ∑σЬ² = Jumlah varians butir

σt² = Varians total

Setiap variabel yang dihipotesiskan akan diukur korelasinya dan dibandingkan dengan melihat angka kritisnya. Cara melihat angka kritisnya dengan melihat n pada tabel r product moment.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor yaitu suatu teknik analisis statistik multivariate yang digunakan untuk mengurangi dan menyimpulkan variabel-variabel menjadi faktor-faktor (Malhotra, 1996:645). Dalam upaya mengolah data guna menarik kesimpulan peneliti maka penelitian menggunakan bantuan aplikasi komputer melalui program SPSS 15.0.

Model analisis faktor secara umum sebagai berikut :

Xi = A + A + A + AIM + ViUi

Xi = Standarisasi variabel ke-1

Ai = Standarisasi koefisien regresi berganda variabel 1 pada common faktor F = Common faktor

Vi = Standarisasi koefisien regresi dari variabel 1 pada unit fsn Ui = Faktor unit variabel 1

Faktor unik tidak berkorelasi dengan faktor-faktor unik lainnya dan juga terhadap common faktor. Common faktor itu sendiri sebenarnya dapat diekspresikan sama bagi kombinasi linier dari variabel-variabel yang diobservasi. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Fi = W + W + W +...+ WiKXK Fi = Estimasi faktor ke-1

W = Bobot atau skor koefisien faktor K = Jumlah variabel

Secara umum langkah-langkah pengujian dalam analisis faktor meliputi : 1. Perumusan masalah

2. Menyusun matriks korelasi

Langkah ini secara spesifikasi menguji tingkat korelasi yang berfungsi untuk menentukan apakah variabel memiliki kesamaan umum (homogen/common) atau tidak dan menguji tingkat kecukupan sampel. Menurut malhotra (1996:646) terdapat beberapa kunci statistik yang berhubungan dengan analisis faktor :

1. Barlett’s Tast of Sphericity (BTS)

Tes yang digunakan untuk menguji interdepensi antara butir-butir yang menjadi indikator suatu variabel atau faktor. Analisis ini bermaksud tidak berkorelasi satu dengan yang lainnya (colinearity) dalam populasi. Apabila ternyata terbukti ada variabel yang ternyata berkorelasi maka salah satu dari variabel tersebut tidak perlu dianalisis. Caranya: apabila nilai barlett’s test of sphericity signifikan dibawah 0,5 maka menandakan model yang dibentuk layak digunakan.

2. Correlation matrik

Yaitu matrik korelasi yang merupakan hasil korelasi antar butir yang menunjukkan koefisien (r) antar butir yang satu dengan butir yang lainnya, yang mungkin dapat atau tidak dimasukkan kedalam analisis. 3. Communality

Yaitu jumlah varians yang diberikan oleh tiap-tiap butir dalam butir lain yang dipertimbangkan. Koefisien communality tersebut cukup efektif

apabila bernilai 50%. Apabila terdapat communality 50% maka harus dipertimbangkan besarnya muatan faktor.

4. Eigenvalue

Yaitu nilai yang menunjukkan jumlah varians yang bervariasi dengan masing-masing faktor. Faktor yang mempunyai eigenvalue 1 dimasukkan dalam model sedangkan yang nilainya kurang dari 1 merupakan faktor yang tidak dimasukkan kedalam model.

5. Faktor loading

Merupakan koefisien korelasi antar variabel-variabel dengan faktor-faktornya. Faktor loading yang bernilai lebih besar menunjukkan besarnya pengaruh variabel observasi terhadap faktor.

6. Faktor matrik

Yaitu faktor yang berisi muatan faktor dari semua variabel pada semua faktor yang telah dipilih. Dari faktor matriks ini dapat dilihat pengaruh dari variabel terhadap faktor.

7. Kaiser Mayor Olkin (KMO) test

Measure of sampling adequency adalah angka indek untuk membandingkan antara besarnya koefisien korelasi observasi dengan besarnya koefisien parsial. Jika nilai KMO kurang dari 0,5 menunjukkan bahwa korelasi antara variabel tidak dapat menjelaskan variabel lain dan analisis faktor tidak sesuai untuk diterapkan.

8. Percentage f variance

Yaitu percentage dari total variance explained atribut-atribut dari masing-masing faktor.

3. Model atau teknik analisis faktor

Menggunakan Principal Componen (PAC). Dimana analisis ini digunakan bertujuan untuk memperoleh jumlah minimum dari faktor-faktor yang menghasilkan variance maksimum dari data-data untuk digunakan dalam analisis multivariance selanjutnya. Untuk menentukan berapa faktor yang dapat diterima secara empirik dapat dilihat dari besarnya eigen value (nilai eigen). Apabila nilai eigen lebih besar dari 1(>1) maka semakin representatif faktor tersebut mewakili variabel.

4. Rotasi faktor

Tujuan rotasi faktor adalah agar matrik faktor menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk diinterpretasikan. Variabel-variabel yang termasuk kedalam suatu faktor harus memiliki loading faktor diatas 0,5 sedangkan dibawah 0,5 dibuang atau dimasukkan kedalam faktor.

5. Interpretasi faktor

Tujuan langkah ini adalah menentukan variabel mana yang dapat masuk dalam suatu faktor dan yang tidak masuk dalam suatu faktor. Variabel-variabel yang masuk dalam suatu faktor harus memiliki loading faktor diatas 0,5 sedangkan dibawah 0,5 akan dibuang atau tidak dimasukkan dalam faktor.

6. Penentuan model yang tepat

Tujuan langkah ini adalah untuk menentukan model faktor yang dihasilkan apakah terdapat dibawah 50% nilai residual yang kecil maka nilai tersebut naik atau layak dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.

Tahap-tahap analisis sebagai berikut : 1. Penentuan tujuan analisis faktor

Tujuannya adalah mengkonfirmasi komponen-komponen yang dianggap dapat mewakili seperangkat variabel yang diteliti.

2. Desain analisis faktor

Korelasi yang akan dicari menggunakan analisis faktor ini adalah komponen-komponen yang mendasari korelasi dimana variabel-variabel yang ada (R type faktor analisis), sehingga nantinya didapat beberapa komponen (variabel) yang bisa dianggap mewakili semua variabel yang ada.

3. Menurunkan faktor-faktor yang menduga kesesuaian

Metode yang dipergunakan adalah common faktor analisis, metode dimana faktor lain yang kita inginkan tidak ditentukan terlebih dahulu (secara apriori), jadi kita biarkan data dengan sendirinya mengelompok menjadi beberapa faktor.

4. Interpretasi faktor

Dengan menggunakan program SPSS, kita langsung dapat menginterpretasikan hasil-hasil perhitungan, dengan cara sebagai berikut :

a. Menentukan nilai MSA melalui tabel KMO dan Barlett’s Test

b. Menentukan jumlah komponen yang dipertahankan dengan menggunakan nilai Eigevalue melalui tabel Total Variance atau analisa Scatter Plot dari komponen yang didapat.

c. Menentukan atau menilai besarnya penjelasan (variance), serta unique variance masing-masing variabel terhadap yang dipertahankan melalui tabel Communalitas.

d. Menentukan kriteria signifikansi faktor loading yaitu menentukan faktor loading yang layak untuk dipertimbangkan.

e. Melakukan rotasi varimax, langkah ini diperlukan jika dalam rotasi variabel terdapat korelasi variabel terhadap dua atau lebih yang

Dokumen terkait