• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO USAHA YANG BERSIFAT MATERIAL BAIK SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL USAHA DAN KONDISI KEUANGAN PERSEOAN

Dalam dokumen PT MEDIKALOKA HERMINA TBK (Halaman 67-75)

RASIO-RASIO KEUANGAN KONSOLIDASIAN PENTING

VI. FAKTOR RISIKO

6.2 RISIKO USAHA YANG BERSIFAT MATERIAL BAIK SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL USAHA DAN KONDISI KEUANGAN PERSEOAN

6.2.1 Risiko Operasional

Risiko pemenuhan kapasitas operasional rumah sakit

Perseroan berencana untuk membuka 4 rumah sakit baru pada tahun 2020. Melalui penambahan rumah sakit baru, Perseroan memiliki target untuk memiliki 40 rumah sakit pada akhir tahun 2020. Perseroan telah dan akan memanfaatkan peluang untuk mengakuisisi rumah sakit baru, dan dalam kasus-kasus tertentu mengembangkan rumah sakit tersebut setelah akuisisi. Proyek rumah sakit baru, dan dalam kasus-kasus tertentu, pengembangan rumah sakit yang telah ada atau rumah sakit yang diakuisisi, mungkin ditandai oleh periode persiapan yang panjang dan belanja modal yang substansial, serta mengandung risiko yang

signifikan, termasuk kelangkaan bahan bangunan atau pekerja terampil, masalah teknis, lingkungan atau geologis yang tidak diramalkan, pemogokan kerja, litigasi, gangguan cuaca, banjir atau kenaikan biaya yang tidak diperkirakan. Salah satu dari faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan keterlambatan atau pembengkakan biaya. Integrasi proyek pengembangan Perseroan dengan rumah sakit atau operasi yang telah berjalan mungkin tidak berhasil dilaksanakan, atau Perseroan mungkin gagal mewujudkan sinergi dan manfaat lainnya yang diharapkan dapat diraih dari pengembangan tersebut.

Pembangunan dan pengoperasian rumah sakit baru, serta pengembangan dan akuisisi rumah sakit dapat memiliki risiko-risiko tambahan tertentu, termasuk:

 bermitra dengan dokter spesialis yang memiliki visi berbeda dengan visi Perseroan;

 risiko pembangunan fasilitas baru di lokasi rumah sakit baru atau di lokasi rumah sakit yang telah beroperasi;

 kegagalan pemenuhan syarat dalam proses identifikasi dan kuisisi lahan ;

 potensi ketidakmampuan untuk mengidentifikasikan target rumah sakit yang cocok untuk diakuisisi;

 risiko kegagalan operasional rumah sakit baru atau rumah sakit yang dikembangkan, termasuk perencanaan, pembangunan, pengurusan persetujuan, izin dan lisensi, sumber daya manusia, lahan dan penerimaan pasien;

 risiko kegagalan dalam mengoperasikan organisasi yang lebih besar seiring dengan ekspansi dalam jangka waktu yang lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya;

 pengalihan perhatian manajemen dari rumah sakit atau operasi Perseroan yang telah berjalan;

 risiko koordinasi dan konsolidasi fungsi-fungsi perusahaan dan administratif, termasuk integrasi pengendalian internal dan prosedur seperti pelaporan keuangan tepat waktu;

 kesulitan dalam merekrut dan mempertahankan dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya; dan

Pengembangan rumah sakit yang telah ada melibatkan risiko-risiko berterkaitan dengan renovasi dan pembangunan kembali rumah sakit dan fasilitas pendukung , termasuk risiko timbulnya gangguan terhadap kegiatan operasional rumah sakit tersebut.

Permasalahan yang timbul dalam memperoleh lisensi, izin, alokasi atau persetujuan yang dibutuhkan dari pihak berwenang juga dapat meningkatkan biaya atau menimbulkan penundaan dalam pengembangan rumah sakit yang telah ada. Kecepatan penambahan kapasitas juga tergantung pada kemampuan Perseroan untuk mempekerjakan dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam jumlah yang memadai untuk melayani tambahan kapasitas tersebut atau menyediakan layanan spesialisasi baru.

Dalam kasus-kasus tertentu, rencana pengembangan Perseroan meliputi pembelian lahan tambahan di sisi bangunan yang telah ada, yang mungkin tidak dapat dibeli oleh Perseroan dengan persyaratan yang dapat diterima.

Perseroan memiliki risiko yang tidak terduga seiring dengan ekspansi Perseroan di wilayah yang kurang dikenal, termasuk berkenaan dengan masyarakat dan peraturan setempat. Namun Perseroan tidak dapat menjamin bahwa Perseroan akan berhasil untuk melakukan ekspansi ke wilayah geografis baru.

Perseroan memiliki risiko tingkat operasional yang tidak sesuai harapan dari rumah sakit baru dan fasilitas pendukung yang telah ada atau dari rumah sakit baru. Selain itu, Perseroan mungkin tidak berhasil mencapai imbal hasil investasi yang ditargetkan.

Risiko waktu penerimaan dana pembayaran layanan rumah sakit baik dari institusi maupun pribadi

Perseroan memiliki risiko utama dalam piutang usaha atas kegagalan pembayaran dari Pemerintah Indonesia, perusahaan asuransi kesehatan, serta nasabah korporasi dan BPJS untuk melakukan pembayaran penuh dan tepat waktu atas layanan yang telah diberikan Perseroan. Perseroan terekspos pada jumlah piutang usaha yang signifikan dari BPJSatas pembayaran pasien JKN.

Perseroan pada umumnya menerima pembayaran dalam jangka waktu dua minggu namun jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pemeriksaan oleh petugas pada umumnya berkisar antara satu hingga enam minggu, dan berada di luar kendali Perseroan. Pada umumnya, Perseroan memberikan jangka waktu pembayaran antara 30-40 hari kepada perusahaan asuransi.

Pasien pribadi yang datang sebagai pasien rawat jalan pada umumnya diwajibkan untuk membayar tagihan setelah pelayanan atau pengobatan telah diberikan pada saat kunjungan dan pasien rawat inap pada umumnya diwajibkan untuk membayar jaminan dan kemudian membayar sisa biaya pada saat dipulangkan. Juga terdapat kemungkinan bahwa perusahaan asuransi kesehatan dan nasabah korporasi mungkin melakukan perubahan dalam kebijakan penggantian biaya dan rencana pertanggungan masing-masing di masa depan sehingga layanan yang diberikan Perseroan kepada pasien tidak lagi termasuk dalam pertanggungan.

Secara hukum, Perseroan berkewajiban mengirimkan ambulans sebagai respons terhadap panggilan gawat darurat, terlepas apakah pasien tersebut mampu membayar jasa tersebut. Perseroan juga hanya diperbolehkan mengalihkan pasien gawat darurat yang tidak mampu ke rumah sakit pemerintah setelah Perseroan memastikan pasien dalam kondisi stabil. Perseroan, sebagaimana rumah sakit swasta lainnya yang menyediakan layanan gawat darurat, menghadapi risiko gagal bayar dari pasien yang tidak mampu membayar layanan tersebut. Selain itu, di masa lalu Perseroan telah menghadapi situasi gawat darurat ketika dokter gawat darurat Perseroan, berdasarkan kebijaksanaannya, memerintahkan tindakan atau prosedur tertentu yang kemudian ditolak oleh BPJS karena tidak ditanggung dalam program JKN. Perseroan memperkirakan hal ini akan tetap berlanjut di masa depan. Karena BPJS membayar Perseroan untuk pengobatan atas kondisi tertentu, dengan referensi atas Indonesia Case Base Groups (INA-CBGs), secara paketan, berarti Perseroan menerima pembayaran secara sekaligus untuk pengobatan kondisi pasien terlepas dari tindakan perawatan yang sebenarnya yang mungkin diperlukan oleh pasien tersebut, Perseroan mungkin diwajibkan untuk mengambil

signifikan, termasuk kelangkaan bahan bangunan atau pekerja terampil, masalah teknis, lingkungan atau geologis yang tidak diramalkan, pemogokan kerja, litigasi, gangguan cuaca, banjir atau kenaikan biaya yang tidak diperkirakan. Salah satu dari faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan keterlambatan atau pembengkakan biaya. Integrasi proyek pengembangan Perseroan dengan rumah sakit atau operasi yang telah berjalan mungkin tidak berhasil dilaksanakan, atau Perseroan mungkin gagal mewujudkan sinergi dan manfaat lainnya yang diharapkan dapat diraih dari pengembangan tersebut.

Pembangunan dan pengoperasian rumah sakit baru, serta pengembangan dan akuisisi rumah sakit dapat memiliki risiko-risiko tambahan tertentu, termasuk:

 bermitra dengan dokter spesialis yang memiliki visi berbeda dengan visi Perseroan;

 risiko pembangunan fasilitas baru di lokasi rumah sakit baru atau di lokasi rumah sakit yang telah beroperasi;

 kegagalan pemenuhan syarat dalam proses identifikasi dan kuisisi lahan ;

 potensi ketidakmampuan untuk mengidentifikasikan target rumah sakit yang cocok untuk diakuisisi;

 risiko kegagalan operasional rumah sakit baru atau rumah sakit yang dikembangkan, termasuk perencanaan, pembangunan, pengurusan persetujuan, izin dan lisensi, sumber daya manusia, lahan dan penerimaan pasien;

 risiko kegagalan dalam mengoperasikan organisasi yang lebih besar seiring dengan ekspansi dalam jangka waktu yang lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya;

 pengalihan perhatian manajemen dari rumah sakit atau operasi Perseroan yang telah berjalan;

 risiko koordinasi dan konsolidasi fungsi-fungsi perusahaan dan administratif, termasuk integrasi pengendalian internal dan prosedur seperti pelaporan keuangan tepat waktu;

 kesulitan dalam merekrut dan mempertahankan dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya; dan

Pengembangan rumah sakit yang telah ada melibatkan risiko-risiko berterkaitan dengan renovasi dan pembangunan kembali rumah sakit dan fasilitas pendukung , termasuk risiko timbulnya gangguan terhadap kegiatan operasional rumah sakit tersebut.

Permasalahan yang timbul dalam memperoleh lisensi, izin, alokasi atau persetujuan yang dibutuhkan dari pihak berwenang juga dapat meningkatkan biaya atau menimbulkan penundaan dalam pengembangan rumah sakit yang telah ada. Kecepatan penambahan kapasitas juga tergantung pada kemampuan Perseroan untuk mempekerjakan dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam jumlah yang memadai untuk melayani tambahan kapasitas tersebut atau menyediakan layanan spesialisasi baru.

Dalam kasus-kasus tertentu, rencana pengembangan Perseroan meliputi pembelian lahan tambahan di sisi bangunan yang telah ada, yang mungkin tidak dapat dibeli oleh Perseroan dengan persyaratan yang dapat diterima.

Perseroan memiliki risiko yang tidak terduga seiring dengan ekspansi Perseroan di wilayah yang kurang dikenal, termasuk berkenaan dengan masyarakat dan peraturan setempat. Namun Perseroan tidak dapat menjamin bahwa Perseroan akan berhasil untuk melakukan ekspansi ke wilayah geografis baru.

Perseroan memiliki risiko tingkat operasional yang tidak sesuai harapan dari rumah sakit baru dan fasilitas pendukung yang telah ada atau dari rumah sakit baru. Selain itu, Perseroan mungkin tidak berhasil mencapai imbal hasil investasi yang ditargetkan.

Risiko waktu penerimaan dana pembayaran layanan rumah sakit baik dari institusi maupun pribadi

Perseroan memiliki risiko utama dalam piutang usaha atas kegagalan pembayaran dari Pemerintah Indonesia, perusahaan asuransi kesehatan, serta nasabah korporasi dan BPJS untuk melakukan pembayaran penuh dan tepat waktu atas layanan yang telah diberikan Perseroan. Perseroan terekspos pada jumlah piutang usaha yang signifikan dari BPJSatas pembayaran pasien JKN.

Perseroan pada umumnya menerima pembayaran dalam jangka waktu dua minggu namun jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pemeriksaan oleh petugas pada umumnya berkisar antara satu hingga enam minggu, dan berada di luar kendali Perseroan. Pada umumnya, Perseroan memberikan jangka waktu pembayaran antara 30-40 hari kepada perusahaan asuransi.

Pasien pribadi yang datang sebagai pasien rawat jalan pada umumnya diwajibkan untuk membayar tagihan setelah pelayanan atau pengobatan telah diberikan pada saat kunjungan dan pasien rawat inap pada umumnya diwajibkan untuk membayar jaminan dan kemudian membayar sisa biaya pada saat dipulangkan. Juga terdapat kemungkinan bahwa perusahaan asuransi kesehatan dan nasabah korporasi mungkin melakukan perubahan dalam kebijakan penggantian biaya dan rencana pertanggungan masing-masing di masa depan sehingga layanan yang diberikan Perseroan kepada pasien tidak lagi termasuk dalam pertanggungan.

Secara hukum, Perseroan berkewajiban mengirimkan ambulans sebagai respons terhadap panggilan gawat darurat, terlepas apakah pasien tersebut mampu membayar jasa tersebut. Perseroan juga hanya diperbolehkan mengalihkan pasien gawat darurat yang tidak mampu ke rumah sakit pemerintah setelah Perseroan memastikan pasien dalam kondisi stabil. Perseroan, sebagaimana rumah sakit swasta lainnya yang menyediakan layanan gawat darurat, menghadapi risiko gagal bayar dari pasien yang tidak mampu membayar layanan tersebut. Selain itu, di masa lalu Perseroan telah menghadapi situasi gawat darurat ketika dokter gawat darurat Perseroan, berdasarkan kebijaksanaannya, memerintahkan tindakan atau prosedur tertentu yang kemudian ditolak oleh BPJS karena tidak ditanggung dalam program JKN. Perseroan memperkirakan hal ini akan tetap berlanjut di masa depan. Karena BPJS membayar Perseroan untuk pengobatan atas kondisi tertentu, dengan referensi atas Indonesia Case Base Groups (INA-CBGs), secara paketan, berarti Perseroan menerima pembayaran secara sekaligus untuk pengobatan kondisi pasien terlepas dari tindakan perawatan yang sebenarnya yang mungkin diperlukan oleh pasien tersebut, Perseroan mungkin diwajibkan untuk mengambil

tindakan dan memberikan perawaran dan/atau prosedur medis yang lebih banyak dibandingkan dengan yang pada umumnya dibutuhkan kepada pasien-pasien tertentu. Dalam situasi demikian, apabila Perseroan tidak dapat menagih jumlah yang tidak ditanggung oleh BPJS tersebut kepada pasien, Perseroan harus menghapuskan piutang sesuai dengan jumlah yang tidak ditanggung tersebut. Meskipun penghapusan piutang sehubungan dengan gagal bayar oleh pasien sebagaimana tersebut di atas selama ini tidak material jumlahnya, tidak ada jaminan bahwa penghapusan piutang tersebut tidak akan menjadi lebih signifikan di masa depan.

Risiko terjadinya malpraktek

Meskipun Perseroan memiliki dana terpusat yang merupakan kontribusi para dokter untuk menyelesaikan perselisihan yang mungkin timbul, jumlah yang tersedia dalam dana tersebut mungkin tidak memadai untuk menutup kewajiban yang mungkin dapat dihadapi Perseroan. Di samping kerugian materiil, Perseroan akan menghadapi risiko reputasi sehingga dapat menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit yang dimiliki oleh Perseroan dan Perusahaan Anak.

Perseroan meyakini bahwa merek “Hermina” yang dimiliki Perseroan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kemampuan Perseroan dalam persaingan untuk mendapatkan pasien dan tenaga kesehatan. Merek dan reputasi Perseroan dapat dicederai oleh kinerja yang buruk atau insiden malapraktik oleh dokter-dokter yang bekerja di fasilitas rumah sakit milik Perseroan. Perseroan mungkin gagal menerapkan praktik dan standar yang seragam seiring perkembangan jaringan Perseroan. Di samping itu, Perseroan akan menghadapi risiko reputasi sehingga dapat menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit yang dimiliki oleh Perseroan dan Perusahaan Anak.

Risiko kemampuan Perseroan untuk berkemitradan menjaga hubungan baik dengan dokter

Rumah sakit-rumah sakit baru Perseroan dibuka atas dasar kerja sama dengan sekelompok dokter spesialis yang diberikan kesempatan untuk menanamkan investasi dan memperoleh kepemilikan dalam rumah sakit yang baru dibuka Perseroan tersebut.

Dokter-dokter yang menjadi mitra Perseroan merupakan fondasi bagi rumah sakit baru Perseroan dengan membawa pasien mereka Dimana Perseroan memanfaatkan reputasi para dokter tersebut dengan pengetahuan mereka mengenai kondisi pasar dan jaringan lokal untuk menarik pasien. Meskipun Perseroan memiliki pengendalian operasional atas rumah sakit milik Perseroan, tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan mampu mempertahankan pengendalian tersebut bahkan setelah suatu rumah sakit didirikan, atau, dalam hal rumah sakit yang telah beroperasi. Salah satu dari hal-hal tersebut dapat menimbulkan dampak merugikan terhadap kegiatan usaha rumah sakit yang bersangkutan serta reputasi Perseroan sebagai mitra yang tepat bagi para dokter tersebut.

6.2.2 Risiko Keusangan dan/atau Tidak Tersedianya Peralatan Dan Fasilitas Medis

Dengan semakin berkembangnya penyakit dan ilmu kedokteran, Perseroan dituntut untuk terus memiliki dan memutakhirkan peralatan dan fasilitas medis yang memadai guna memenuhi tuntutan tersebut. Peralatan dan fasilitas medis yang dimiliki oleh Perseroan dapat mengalami risiko keusangan apabila standar peralatan dan fasilitas medis yang lama, sudah tertinggal jauh dengan peralatan dan fasilitas medis baru yang lebih canggih.Selain itu terdapat pula peralatan dan fasilitas medis baru yang dikeluarkan untuk mengatasi perkembangan atau munculnya penyakit baru. Apabila Perseroan tidak memutakhirkan atau membeli peralatan dan fasilitas medis tersebut dapat mengurangi nilai dan reputasi pelayanan rumah sakit Perseroan serta menjadikan Perseroan lebih sulit untuk mempertahankan tenaga spesialis terkemuka, yang pada akhirnya akan berpengaruh negatif pada kinerja Perseroan.

6.2.3 Risiko Persaingan Usaha

Risiko persaingan rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan lainnya

Industri kesehatan memiliki persaingan yang tinggi. Secara umum, grup usaha rumah sakit lain di wilayah setempat yang dilayani Perseroan menyediakan layanan yang serupa dengan rumah sakit milik Perseroan. Perseroan menghadapi persaingan dengan rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta lainnya, serta klinik kesehatan setempat. Beberapa pesaing Perseroan di Indonesia mengoperasikan rumah sakit yang lebih besar dari Perseroan, dan menawarkan jasa dan spesialisasi yang lebih luas.

Sementara Indonesia terus berupaya menarik rumah sakit regional dan global, Perseroan mungkin menghadapi persaingan yang semakin meningkat dari rumah sakit yang dimiliki pihak asing. Saat ini, berdasarkan Peraturan Presiden No. 44 tahun 2016 mengenai Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal (“Daftar Negatif”), kepemilikan asing atas rumah sakit dibatasi hingga 67% (atau 70% bagi investor dari negara-negara ASEAN), dan dengan demikian membatasi persaingan dari rumah sakit asing. Tidak ada jaminan bahwa perubahan undang-undang tidak akan memberikan kemudahan bagi rumah sakit asing untuk memasuki pasar Indonesia dan menawarkan jasa yang lebih luas. Hal ini dapat meningkatkan persaingan. Sebagian pesaing Perseroan mungkin lebih mapan dan memiliki sumber daya finansial, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang lebih besar dibandingkan rumah sakit milik Perseroan, dan mungkin berencana mendirikan fasilitas kesehatan di Indonesia. Selain itu, bahkan dalam situasi ketika salah satu dari rumah sakit Perseroan merupakan penyedia layanan medis unggulan atau satu-satunya di

suatu kota atau wilayah, pasien atau dokter mungkin lebih memilih rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya di kota atau wilayah lain di sekitarnya. Sebagian pesaing Perseroan mungkin memiliki rencana untuk mengembangkan jaringan rumah sakit mereka, yang dapat menimbulkan persaingan harga dan rekrutmen yang lebih ketat terhadap Perseroan. Apabila Perseroan terpaksa menurunkan harga layanan atau tidak mampu menarik pasien dan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya ke rumah sakit milik Perseroan, maka kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan mungkin mengalami dampak merugikan yang material.

Selain itu, pendapatan dari farmasi mewakili bagian yang cukup signifikan dari pendapatan Perseroan. Pasien rawat inap rumah sakit Perseroan wajib membeli obat-obatan dari rumah sakit Perseroan selama periode perawatan inap pasien di rumah sakit, dan obat-obatan untuk perawatan pasien BPJS telah termasuk dalam tarif JKN yang dibayarkan kepada Perseroan, namun pasien rawat jalan dapat memilih untuk membeli obat-obatan di farmasi luar rumah sakit Perseroan, sehingga apabila pasien rawat jalan melakukan hal tersebut maka pendapat Perseroan dari penjualan farmasi akan dapat dipengaruhi secara material dan negatif.

Risiko atas kontribusi pendapatan Persreoan yang cukup signifikan

Meskipun rumah sakit milik Perseroan adalah rumah sakit umum, namun layanan kesehatan ibu dan anak mewakili porsi yang sangat signifikan dari kegiatan usaha dan pendapatan neto Perseroan dan merupakan salah satu titik masuk pasien Perseroan yang utama. Dengan demikian, kesuksesan Perseroan sebagian besar tergantung pada permintaan atas layanan kesehatan ibu dan anak, serta persaingan dalam penyediaan layanan tersebut. Dalam hal permintaan atas layanan tersebut tidak bertumbuh sesuai dengan ekspektasi Perseroan, kinerja operasional dan prospek pertumbuhan Perseroan dapat mengalami dampak merugikan yang material.

Risiko reputasi dari merek “Hermina”

Perseroan meyakini bahwa merek “Hermina” yang dimiliki Perseroan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kemampuan Perseroan dalam persaingan untuk mendapatkan pasien dan tenaga kesehatan, terutama seiring berkembangnya usaha Perseroan.

Reputasi Perseroan tergantung pada konsistensi dan kualitas layanan medis yang diberikan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit-rumah sakit milik Perseroan, yang tidak semuanya dipekerjakan oleh Perseroan. Klaim, tuntutan hukum, atau keluhan pelanggan yang diajukan pasien terhadap Perseroan atau tenaga kesehatan di rumah sakit Perseroan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap citra merek Perseroan. Maraknya media sosial di Indonesia menimbulkan risiko bagi Perseroan bahwa insiden dengan pasien, terlepas dari bersalah atau tidaknya Perseroan, dapat disebarkan secara luas dan mencederai reputasi Perseroan. Merek dan reputasi Perseroan dapat dicederai oleh kinerja yang buruk atau insiden malapraktik oleh dokter-dokter yang bekerja di fasilitas rumah sakit milik Perseroan. Selanjutnya, seiring perkembangan jaringan Perseroan, Perseroan mungkin gagal menerapkan praktik dan standar yang seragam di seluruh jaringan Perseroan. Hal ini dapat membahayakan reputasi Perseroan. Perseroan juga mengandalkan merek Hermina dalam menarik dokter mitra sehubungan dengan pengembangan jaringan rumah sakit Perseroan.

Dalam hal Perseroan mengalami perselisihan dengan dokter mitra atau karyawan, reputasi Perseroan di antara para dokter dapat mengalami dampak merugikan.

6.2.4 Risiko Likuiditas

Perseroan merupakan pengadopsi awal program asuransi kesehatan nasional (JKN) dengan persentase pasien JKN terhadap pasien Perseroan yang bertumbuh. Mengingat penerapan JKN masih berada pada tahap awal, terdapat tingkat ketidakpastian yang signifikan mengenai dampak penerapan tersebut dan perubahan yang mungkin dilakukan Pemerintah di masa depan. Perubahan lebih lanjut dalam program JKN atau penerapannya dapat menimbulkan dampak merugikan yang material terhadap kegiatan usaha, kinerja operasional dan prospek pertumbuhan Perseroan. Perseroan juga terekspos pada jumlah piutang usaha yang signifikan dari BPJS sebagai akibat partisipasi pada program JKN. Apabila Perseroan tidak menerima pembayaran tepat waktu dari perusahaan asuransi kesehatan swasta, perusahaan asuransi yang disponsori Pemerintah, badan penyelenggara jaminan sosial, atau pasien pribadi, kegiatan usaha dan kinerja operasional Perseroan dapat mengalami dampak merugikan.

Pengembangan rumah sakit-rumah sakit baru sebagian dibiayai melalui pembiayaan eksternal berbasis utang, termasuk pinjaman bank. Perseroan juga bergantung pada kemampuan Perusahaan Anak untuk membayar dividen kepada Perseroan.

6.2.5 Risiko Perubahan Peraturan Pemerintah

Risiko perubahan peraturan pemerintah pada industri jasa pelayanan kesehatan

Layanan kesehatan tunduk kepada peraturan pemerintah yang ekstensif serta perubahan perundang-undangan yang dinamis.

Rumah sakit, dokter, perawat dan tenaga kesehatan Perseroan lainnya, tunduk kepada peraturan dan perundang-undangan, termasuk, namun tidak terbatas pada peraturan perundang-undangan terkait perizinan, pemeriksaan fasilitas, dan kebijakan penggantian biaya. Otoritas pemerintah atau otoritas lainnya mungkin melaksanakan pemeriksaan berkala untuk memastikan

Rumah sakit, dokter, perawat dan tenaga kesehatan Perseroan lainnya, tunduk kepada peraturan dan perundang-undangan, termasuk, namun tidak terbatas pada peraturan perundang-undangan terkait perizinan, pemeriksaan fasilitas, dan kebijakan penggantian biaya. Otoritas pemerintah atau otoritas lainnya mungkin melaksanakan pemeriksaan berkala untuk memastikan

Dalam dokumen PT MEDIKALOKA HERMINA TBK (Halaman 67-75)