• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Data

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik menurut Sidharta dan Yessica (2008) merupakan biaya bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke produk.

16 Pengertian biaya overhead pabrik menurut Garrison et al. (2006) adalah termasuk seluruh biaya yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak properti, depresiasi, dan asuransi fasilitas-fasilitas produksi.

Blocher, Edward J., Kung H. Chen, Gary Cokins, dan Thomas W. Lin (2008) biaya overhead pabrik adalah biaya tidak langsung untuk bahan baku, tenaga kerja, dan fasilitas yang digunakan untuk mendukung proses produksi

Menurut Setyaningrum dan Muhammad Fauzan (2008) biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Dimana menurut pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya

overhead.

Menurut Mulyadi (2007) Terdapat dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi, yaitu:

1) Metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) adalah metode dimana setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan.

2) Metode persediaan fisik (physical inventory method) adalah metode dimana hanya tambahan persediaan bahan baku dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan.

17

3. Metode Biaya Tradisional

Metode biaya tradisional merupakan biaya yang kerap kali digunakan oleh setiap usaha kecil menengah ditengah keterbatasan pengetahuan dari sumber daya manusia yang mengelola usaha tersebut mengenai metode-metode biaya yang cocok digunakan untuk menjalankan aktifitas produksi perusahaannya. Umumnya pada akuntansi biaya tradisional perusahaan hanya memperhitungkan biaya produksi ke dalam biaya produk saja, selain itu biaya pemasaran serta administrasi dan umum tidak diperhitungkan ke dalam biaya produk, namun diperlakukan sebagai biaya usaha dan dikurangkan langsung dari laba bruto untuk menghitung laba bersih usaha.

Menurut Sidharta dan Yessica (2008) perhitungan biaya produksi pada metode biaya tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk. Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dapat dibebankan ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran penggerak yang sangat akurat.

Begitupula disebutkan bahwa pada sistem biaya tradisional, pemicu biaya yang digunakan hanya didasarkan atas dasar unit saja atau disebut unit-level

activity drivers. Pemicu aktivitas dasar unit merupakan faktor-faktor yang

menyebabkan perubahan biaya ketika jumlah unit yang dihasilkan berubah. Penggunaan pemicu biaya ini dalam membebankan biaya overhead terhadap

18 produk memberikan arti bahwa terjadinya biaya overhead mempunyai korelasi yang sangat erat dengan jumlah unit yang diproduksi (Martusa dan Adie: 2011).

4. Definisi Target Costing

Menurut Wiguna dan Sormin (2007) target costing adalah Penentuan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga yang kompetitif, sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang diharapkan. suatu ilmu yang memastikan kalau produk baru akan menguntungkan ketika dikeluarkan. Terdapat tiga langkah utama, langkah pertama adalah memperoleh harga jual produk yang ditargetkan dan profit margin yang ditargetkan sehingga

allowable cost dapat diperoleh. Tahap kedua adalah achievable product-level target cost. Sedangkan tahap ketiga adalah menurunkan target cost pada produk

level ke level komponen sehingga harga pembelian komponen dapat diperoleh. Dan juga merupakan suatu filosofi atau pendekatan harga dan manajemen biaya selama masa hidup produk. Target cost ditentukan terlebih dahulu sebelum menciptakan produk. Target cost berdasarkan pada prediksi harga produk dan keuntungan yang diharapkan perusahaan.

Target costing digunakan selama tahap perencanaan dan menuntun

dalam pemilihan produk dan proses desain yang akan menghasilkan suatu produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu tingkat laba

19 yang dapat diterima serta dapat memberikan perkiraan harga pasar produk, volume panjualan, dan tingkat fungsionalis.

a. Prinsip-Prinsip Target Costing

Menurut Kusuma dan Ayu Noorida Soerono (2008) ada beberapa prinsip yang harus tetap diperhatikan dalam mengimplementasikan metode target

costing sebagai pondasi utama atau sebagai karakteristik dari metode tersebut,

antara lain:

1) Price Led Costing

Dalam prinsip ini sistem target costing menetapkan target biaya dengan mengurangi required profit margin dari harga pasar yang diharapkan. Harga pasar dikendalikan oleh situasi pasar dan target laba ditentukan persyaratan keuangan dari suatu perusahaan dan industrinya. Price Led Costing mempunyai dua sub-prinsip yang penting yaitu:

a) Harga pasar mendefinisikan rencana produk dan laba. Rencana tersebut harus sering dianalisis agar portofolio produk perusahaan memberikan sumberdaya hanya kepada produk yang menghasilkan margin laba yang konsisten dan dapat diandalkan.

b) Proses target costing digerakkan oleh competitive intelligence dan analisis yang aktif. Pemahaman tentang latar belakang harga pasar digunakan untuk melindungi ancaman dan tantangan yang kompetitif. Menurut Supriyatna (2010) bila menggunakan metode target costing

20 biaya produksi yang seharusnya dipenuhi bisa dilihat dengan menggunakan formula berikut ini:

Formula: TCi = Pi - Mi

Keterangan: TCi = Target Cost (target biaya) per unit produk i Pi = harga jual per unit produk i

Mi = laba per unit produk i 2) Focus on Customers

Sistem target costng digerakkan oleh pasar (market driven). Persyaratan pelanggan atas kualitas, biaya dan waktu secara simultan diintegrasikan ke dalam produk, keputusan proses, dana mengarahkan analisis biaya. Target biaya tidak boleh dicapai dengan mengorbankan features yang diinginkan pelanggan, menurunkan kinerja atau keandalan suatu produk atau dengan menunda pengenalan produk di pasar (Kusuma dan Ayu Noorida Soerono: 2008).

3) Focus on Design

Sistem target costing mempertimbangakan desain produk dan proses sebagai kunci terhadap manajemen biaya. Perusahaan menghabiskan lebih banyak waktu pada tahap desain dan mengurangi waktu sampai ke pasar (time

to market) dengan menghilangkan perubahan-perubahan yang mahal dan

21 metode reduksi biaya tradisional memfokuskan pada skala ekonomi, kurva pembelajaran, dan perbaikan hasil dalam mengelola biaya.

Menurut Wiguna dan Sormin (2007) empat sub-prinsip yang mencakup implikasi dari orientasi desain ini adalah:

a) Sistem target costing mengelola biaya sebelum biaya terjadi.

b) Sistem target costing menyaring semua keputusan perekayasaan melalui suatu customer value impact assesment sbelum diintegrasikan ke dalam desain.

c) Sistem target costing mendorong semua fungsi perusahaan yang berpartisipasi untuk menguji desain, sehingga perubahan produk dan perekayasaan dilakukan sebelum produk diproduksi.

d) Target costing mendorong simultaneous engineering dari produk dan proses daripada sequental engineerin. Hal ini mengurangi waktu pengembangan dan biaya dengan memungkinkan masalah lebih cepat diatasi dalam proses.

4) Tim Cross-functional

Wiguna dan Sormin (2007) mengemukakan bahwa target costing menggunakan tim produk dan proses, dengan anggota-anggota dari desain dan perekayasaan manufacturing, produksi, penjualan dan pemasaran, pengadaan material, akuntansi biaya, servis dan pendukung. Tim lintas fungsional ini juga

22 termasuk peserta dari luar, seperti pemasok, pelanggan, dealer, distributor, dan penyedia servis.

5) Pengurangan Biaya dalam Siklus Hidup (life Cycle)

Target costing mempertimbangkan seluruh biaya produk selama

hidupnya, seperti harga pembelian, biaya operasi, pemeliharaan dan reparasi, serta biaya distribusi. Tujuan target costing adalah meminimalisir biaya daur hidup (life cycle cost) baik untuk pelanggan maupun produsen.

6) Value Chain Involvement (Keterlibatan Rantai Nilai)

Target costing melibatkan seluruh anggota rantai, seperti pemasok, dealer, distributor, dan penyedia jasa dalam proses. Target costing

mengembangkan usaha reduksi biaya sepanjang rantai nilai dengan mengembangkan hubungan jangka panjang kolaboratif dengan seluruh anggota perusahaan yang diperluas. Target costing didasari hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan pemasok dan anggota-anggota lain dari rantai nilai seperti distributor (Wiguna dan Sormin: 2007).

b. Penentuan Biaya Target untuk Penentuan Harga Target

Harga target yang dihitung dengan menggunakan informasi dari pelanggan dan pesaing menjadi dasar untuk menghitung biaya target. Biaya target per unit adalah harga target dikurangi penghasilan operasi target per unit. Penghasilan operasi target per unit adalah penghasilan operasi yang merupakan sasaran yang ingin diperoleh perusahaan per unit produk atau jasa yang dijual.

23 Biaya target per unit adalah perkiraan biaya jangka panjang per unit atas sebuah produk atau jasa yang membuat perusahaan mampu mencapai penghasilan operasi target per unit saat menjual pada harga target, sebuah penentuan harga berbasis pasar adalah penentuan harga target.

Menurut Hongren, Datar dan Foster (2008) harga target adalah perkiraan harga untuk sebuah produk atau jasa yang bersedia dibayar calon pelanggan. Perkiraan ini didasarkan pada pemahaman tentang nilai yang dipersepsi pelanggan atas sebuah produk dan berapa pesaing akan memberi harga produk yang bersaing itu. Organisasi penjualan dan pemasaran sebuah perusahaan melalui kontak dan interaksi yang dekat dengan para pelanggan, biasanya merupakan posisi terbaik untuk mengenali kebutuhan pelanggan dan nilai pandangan mereka terhadap sebuah produk. Perusahaan juga melakukan penelitian pasar tentang fitur produk yang diinginkan pelanggan dan harga yang bersedia mereka bayar untuk fitur tersebut. Memahami apa yang dinilai pelanggan merupakan sebuah aspek kunci yang berfokus pada pelanggan.

B. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.

24

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Mathius Tandiontong, dan Natalia Fany Anggraini (2011)

Peranan Target Costing Dalam Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus CV Bandung Mulia Konveksi) Menggunakan metode descriptive analysis yang mengulas dan menjelaskan bagaimana konsep dari Target Costing. Penulis menerapkan metode Target Costing pada jenis usaha konveksi.

Perhitungan target costing ini memberikan informasi kepada manajemen untuk memutuskan apakah akan meneruskan memproduksi produk-produk tersebut tetapi dengan

mengefisienkan biayanya atau dengan cara lain yakni mengganti produk tersebut dengan variasi jenis produk baru (misalnya memproduksi celana jeans). 2. Indra Lila Kusuma dan Ayu Noorida Soerono (2008)

Target Costing : Alternatif

Terbaik Penentuan Cost

Menggunakan metode descriptive analysis yang mengulas dan menjelaskan bagaimana konsep dari Target Costing. Penulis menerapkan metode Target Costing pada perusahaan teknologi yang memproduksi alat bantu dengar.

Target Coting adalah alternatif

terbaik untuk menentukan cost yang harus dikeluarkan

bedasarkan harga pasar kompetitif guna memenangkan persaingan.

25

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 3. Fenny Lestari Wiguna, Dan Partogian Sormin (2007) Penerapan Target Costing untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing : Studi Kasus pada PT Smart Ledi Metode Perhitungan Target Costing Penulis menerapkan metode Target Costing pada perusahaan produsen shampoo dan conditioner yaitu PT Smart Ledi

Target Costing membantu

perusahaan untuk melakukan efisiensi atau cost reductions disepanjang rantai nilai,yaitu dengan pengelolaan value

enginering. Hasil penelitian

menunjukkan dapat diketahui berbagai tindakan yang dapat dilakukan untuk menekan biaya setiap komponen produk yang dihasilkan PT Smart Ledi.

4. Koscoy, Murat, Kadir Gurdal, dan Mehmet Emin Karabayir (2008) Target Costingin Turkish Manufacturing Enterprises Metode Perhitungan Target Costing Penulis hanya mendeskripsikan fakta-fakta dari beberapa perusahaan manufaktur di Turki yang memakai metode target costing. Perusahaan-perusahaan yang menerapkan target costing atau memiliki proses yang sama memiliki analisis pasar dan sistem informasi pemasaran yang luas.

26

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

5. Sugianto Analisis Target Costing dalam Penentuan Biaya Produksi pada PT Bimoli di Kabupaten Parigi Moutong Metode Perhitungan Target Costing Penulis menerapkan metode Target Costing pada perusahaan produsen minyak goring yaitu PT Bimoli di kabupaten Parigi, Moutong.

Target costing pada PT

Bimoli yang menghasilkan produk minyak goreng curah dapat berperan dalam menentukan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas produk, utamanya pada biaya tenaga kerja langsung, mengalami penurunan yang terdiri dari gaji operator mesin, chief supervisor, supervisor, dan biaya lembur

27

C. Kerangka Pemikiran

Menurut Hamid (2007) mendefinisikan kerangka pemikiran sebagai berikut:

“Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dariserangkaian masalah yang ditetapkan”.

Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah penerapan metode target costing dapat menekan biaya produksi dan memaksimalkan laba.

Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang mengangkat penelitian mengenai penerapan metode target costing dalam upaya pengurangan biaya produksi untuk peningkatan laba perusahaan. Berikut merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini:

Bersambung pada halaman selanjutnya

UD Eko Kusen yang tidak dapat memaksimalkan target labanya sewaktu menggunakan konsep metode biaya tradisional.

Adanya konsep metode target costing yang telah sukses diterapkan di beberapa perusahaan yang mengalami berbagai macam masalah

28 Gambar 2.1 (Lanjutan)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Basis Teori

Variabel Independen Variabel Dependen

Target Costing (x) Laba (y)

Metode Analisis: Analisis Target Costing

Deskripsi dan pembahasan

Kesimpulan dan implikasi

Adanya konsep metode target costing yang telah sukses diterapkan di beberapa perusahaan yang mengalami berbagai macam masalah

pemaksimalan laba

Desain ulang pada biaya

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah peneliatian deskriptif yang berupa studi kasus. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan mengenai bagaimana keadaan perusahaan tersebut sampai pada data-data yang dibutuhkan untuk dapat menentukan harga jual produk dengan tepat dengan rancangan penelitian yang digunakan dalam studi kasus. Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis. Adapun objek penelitian adalah Penerapan Target Costing terhadap Peningkatan Laba Perusahaan.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu data yang berisikan informasi mengenai biaya-biaya dan proses produksi pada produk selama tahun 2012 yang diperoleh dari informan yang mempunyai peran dalam Usaha Dagang Eko Kusen, terutama data mengenai biaya-biaya utama dalam kegiatan produksi yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

30 2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber data internal yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan yang terdiri atas data primer dan data sekunder.

a) Data Primer

Data ini didapat dari hasil wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan dalam perusahaan, seperti pemilik usaha, penanggung jawab produksi, dan bagian-bagian yang bersangkutan dengan produksi dan pemasaran, sehingga dapat diperoleh keterangan yang dibutuhkan sehubungan dengan masalah yang diteliti yakni prosedur proses produksi.

b) Data Sekunder

Data ini diperoleh dari data yang sudah ada diperusahaan dalam bentuk dokumen dan informasi lain terutama pada informasi biaya yang terjadi dalam proses produksi yang dapat membantu dalam menentukan berapa besar biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan produk, antara lain adalah laporan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

C. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan, serta menginterpretasikan data hasil pengolahan untuk

31 menggambarkan hasil penelitian dan membandingkan perbandingan teknis (data sekunder) dengan keadaan yang sebenarnya pada perusahaan untuk kemudian mengambil kesimpulan.

Menurut Kusuma dan Ayu Noorida Soerono (2008) teknik analisis data yang digunakan dalam menerapkan target costing terdiri atas lima langkah. Berikut ini langkah-langkah yang digunakan dalam pengimplementasian dengan metode target costing yaitu:

1. Menentukan harga pasar,

2. Menentukan laba yang diharapkan,

3. Menghitung biaya target (target cost) pada harga pasar yang dikurangi dengan laba yang diharapkan,

4. Menggunakan rekayasa nilai (value engineering) untuk mengidentifikasi cara yang dapat menurunkan biaya produk, dan / atau

5. Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya.

Berdasarkan tahapan-tahapan diatas, untuk mendapatkan hasil dari penerapan metode target costing terdapat dua metode untuk mengendalikan biaya-biaya pada perusahaan yaitu pada tahap keempat dan kelima. Untuk kedua tahap tersebut tidak diharuskan untuk menjalankan keduanya dalam satu perusahaan tergantung kebutuhan perusahaan, apakah perlu menerapkan

32 keduanya atau salah satu diantara dua metode pengendalian biaya tersebut. Seperti yang diungkapkan Tandiontong dan Anggraini (2011):

“Tahapan terakhir adalah jika target cost tersebut tidak dapat dicapai maka lakukan value engineering dan atau kaizen costing untuk menurunkan biaya sehingga target cost dapat dicapai.”

Dari kedua metode pngendalian biaya tersebut berdasarkan objek penelitian pada penelitian ini hanya metode rekayasa nilai (value engineering) yang dapat diterapkan, dan tidak memungkinkan untuk menggunakan metode

kaizen costing karena struktur organisasi dan proses perencanaan desain

produk yang masih sederhana.

Rekayasa Nilai (Value Engineering)

Rekayasa nilai (value engineering) adalah evaluasi sistematis atas desain engineering suatu proyek untuk mendapatkan nilai yang paling tinggi bagi setiap uang yang dikeluarkan dan mengkaji dan memikirkan berbagai komponen kegiatan dalam kaitannya antara biaya terhadap fungsinya dengan tujuan untuk mendapatkan penurunan biaya proyek secara keseluruhan (Labombang: 2007).

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Perusahaan

Usaha Dagang Eko Kusen memproduksi beberapa jenis kusen dan pintu, usaha di bidang mebel ini berawal pada tahun tahun 1996 ketika Bapak Sukarno memiliki modal dan ingin mendirikan usaha kusen yang bertempat di Swadarma Raya, Srengseng, Jakbar. Setelah itu Sukarno pindah ke Petukangan Selatan dan mulai mendirikan usaha dengan mengontrak sebuah lahan tempat usaha di daerah tersebut, hingga pada tahun 2003 Beliau membeli tempat usaha tersebut.

Sukarno mendirikan usaha tersebut bertujuan untuk mencari laba dan untuk meningkatkan taraf ekonomi dengan usaha nya sendiri. Sebagai pemilik Sukarno sudah mempunyai pengalaman dibidang kusen sejak tahun 1980. Sukarno mengasah kemampuannya dengan mempelajari teknik-teknik kusen sendiri. Sukarno mempunyai keinginan untuk memperbesar usaha kusennya dan berkeinginan juga agar hasil kusen yang telah dihasilkan bisa di ekspor dan menghasilkan keuntungan yang besar.

34 Sejak Usaha Dagang Eko Kusen pindah tempat di Pesanggrahan, Sukarno mengaku tingkat penjualannya tidak sebesar yang ia dapatkan sejak berada di Srengseng, hal ini disebabkan karena belum banyak konsumen yang mengetahui keberadaan tokonya yang baru dan mayoritas yang menjadi pelanggannya adalah konsumen lama yang telah mengenalnya sewaktu mendirikan usaha di Srengseng. Tetapi, karena di Pesanggrahan tempatnya cukup strategis, pertumbuhan tingkat penjualan Usaha Dagang Eko Kusen mengalami peningkatan. Bapak Sukarno selaku pemilik juga mempromosikan kembali kepada para langganannya yang terdahulu agar tetap menggunakan dan memberi produk hasil usahanya. Beliau meyakinkan konsumen lama bahwa kualitas atas barang produksinya dapat tetap terjaga walapun sudah berpindah lokasi usahanya. Usaha Dagang Eko Kusen pernah menerima pesanan besar untuk kebutuhan supplier dalam pembangunan sebuah perumahan.

Usaha kusen yang dimiliki Bapak Sukarno cukup berkembang terbukti sekitar awal tahun 2003 beliau mampu membeli tempat usahanya tersebut, karena pada awal pindah daerah Pesanggrahan, Bapak Sukarno masih menyewa lahan tersebut sebagai tempat usahanya. Sukarno kemudian mulai menata dan mengelola tempat usahanya lebih baik dari sebelumnya karena tempat tersebut telah ia miliki sendiri. Tidak seperti sebelumnya saat pertama

35 berada di tempat usaha ini, Sukarno telah memiliki supplier yang secara terus-menerus selama periode tertentu menyuplai bahan baku untuk usahanya.

Periode awal usaha milik Bapak Sukarno di tempat tersebut mengalami kendala terkait dengan SDM. Ketika pesanan tidak terlalu banyak, Sukarno mampu mengatasi permintaan yang datang. Namun ketika pesanan melimpah, Beliau kesulitan memenuhinya sehingga perlu menarik karyawan yang dapat membantunya. Pekerja yang Beliau dapatkan pertama kali masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya dan tentunya sudah berpengalaman dalam usaha kusen ini sehingga pemilik tidak perlu kesulitan lagi dalam melatih pekerjanya. Namun pekerja tersebut tidak hanya bekerja di tempat usaha yang ia miliki saja namun juga di tempat lain dengan jenis usahanya yang sejenis.

Tempat usaha yang dimiliki Bapak Sukarno terbilang kecil jika dibandingkan dengan usaha-usaha kusen lainnya yang rata-rata memiliki gudang yang besar dan dapat menampung bahan baku serta persediaan dengan skala besar. Namun lokasinya yang strategis berada di seberang jalan dapat dengan mudah terlihat oleh konsumen sehingga mereka tidak kesulitan dalam menemukan tempat usaha ini.

Sejak tahun 1996 hingga saat ini, pencatatan yang dimiliki Usaha Dagang Eko Kusen masih terbilang sangat sederhana. Beliau hanya memiliki catatan gaji pegawai dan catatan atas transaksi. Pak Sukarno hanya mencatat

36 sesederhana mungkin dan hanya dirinya sendiri yang mengetahui skema atas pencatatan yang Beliau lakukan. Pada tahun 2009 mengenai pencatatan keuangan telah dipercayakan kepada anaknya yang juga sedang menjalani studi akuntansi. Untuk sistem pembayaran gaji yang diberikan kepada pekerja

Dokumen terkait