• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan beras sebagai sumber pangan utama penduduk Indonesia terus meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk. Disisi lain, laju konversi lahan pun terus meningkat akibat persaingan penggunaan lahan sawah dari lahan pertanian ke non pertanian maupaun persaingan penggunaan lahan untuk komoditi tanaman pangan ke komoditi tanaman non pangan. Hal ini mendorong perlunya pengoptimalan lahan-lahan marginal seperti lahan tadah hujan untuk budidaya padi agar dapat memberikan sumbangan terhadap produksi padi nasional.

Budidaya padi di lahan sawah tadah hujan tidak semudah dengan budidaya padi di lahan sawah irigasi. Hal ini dikarenakan air sebagai sumber utama bagi budidaya tanaman padi sering menjadi penghambat. Selain itu, pada lahan sawah tadah hujan faktor kesuburan tanah juga kerap menjadi masalah.

Untuk itu kegiatan bimbingan budidaya padi tadah hujan menjadi penting sebagai upaya dalam pemanfaatan lahan sawah tadah hujan untuk memberi sumbangsih terhadap produksi padi nasional bagi kecukupan pangan utama masyarakat Indonesia, yakni beras. Bimbingan budidaya padi tadah hujan pada tahun 2015 dilakukan dengan cara uji petik ke beberapa lokasi diantaranya: Provinsi Jambi, Jawa Barat dan Sulawesi Tengah serta Provinsi Jawa Tengah yakni pada Kabupaten Klaten. Hasil dari uji petik terhadap empat lokasi tesebut di dapatkan:

Direktorat Budidaya Serealia 75

b. Jambi

Selama 4 tahun terakhir (2010-2013), total luas lahan sawah Provinsi Jambi cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,25%. Luas lahan sawah irigasi mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,98% sedangkan luas lahan sawah non irigasi mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan 1,98%. Lahan sawah irigasi selama 4 tahun terakhir (2010-2013), menempati rata-rata 33,44% dari total luas sawah di Provinsi Jambi, sedangkan lahan sawah non irigasi menempati rata-rata 66,56% dari total luas sawah di Provinsi Jambi. Adapun luas sawah Provinsi Jambi selama 4 tahun terakhir (2010-2013) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 15. Luas Sawah di Provinsi Jambi (2010-2013)

Sawah Irigasi Sawah Non Irigasi Sawah Total Sawah Irigasi Sawah Non Irigasi Sawah Total Sawah Irigasi Sawah Non Irigasi 1 2010 34.040 78.394 112.434 - - - 30,28 69,72 2 2011 36.295 77.462 113.757 6,62 (1,19) 1,18 31,91 68,09 3 2012 39.987 73.392 113.379 10,17 (5,25) (0,33) 35,27 64,73 4 2013*) 41.232 72.314 113.546 3,11 (1,47) 0,15 36,31 63,69 37.889 75.391 113.279 4,98 (1,98) 0,25 33,44 66,56 Rata-rata Pertumbuhan (%) Luas (ha) Tahun No. Perbandingan terhadap Luas Sawah Total (%)

*) ASEM BPS

Pada luas sawah non irigasi tersebut, terdapat sawah tadah hujan dan pasang surut. Meski pertumbuhan luas lahan sawah non irigasi di Provinsi Jambi cenderung mengalami penurunan selama 4 tahun terkahir (2010-2013), luas lahan sawah non irigasi menempati luasan terbesar rerata luas sawah di Provinsi Jambi. Dengan demikian, potensi lahan sawah non irigasi masih cukup tinggi untuk dapat ditingkatkan dalam upaya penambahan produksi padi di Provinsi Jambi.

Rata-rata indeks pertanaman padi sawah di Provinsi Jambi masih tergolong IP 1, artinya dalam satu tahun rata-rata ditanami padi sebanyak 1 kali. Selebihnya petani menanam palawija. Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan produksi padi di Provinsi Jambi dengan potensi luas lahan sawah non irigasi yang cukup luas dapat dilakukan dengan peningkatan indeks pertanaman. Untuk mendorong peningkatan IP padi sawah, baik di lahan sawah irigasi maupun non irigasi, dalam hal ini sawah tadah hujan termasuk di dalamnya maka Provinsi Jambi melakukan berbagai langkah diantaranya :

76 Direktorat Budidaya Serealia

- Melakukan perbaikan jaringan irigasi pada lahan-lahan yang mengalami masalah sumber air dan memungkinkan ditingkatkan indeks pertanamannya

- Melakukan percepatan tanam

- Melakukan gerakan panen dan tanam kembali sehingga tidak menunggu lama masa bera tanah

c. Jawa Barat

Luas lahan sawah di Provinsi Jawa Barat berdasarkan data lahan BPS, 2013 sebesar 925.042 ha yang terdiri atas lahan sawah irigasi seluas 744.090 ha, lahan sawah non irigasi seluas 180.952 ha, yang mana di dalamnya terdapat lahan sawah tadah hujan. Luas ladang sebesar 217.655 ha, tegal 556.658 ha, dan yang tidak diusahakan sebesar 9.024 ha.

Target produksi padi Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 sebesar 11,91 juta ton GKG. Upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan pertanaman padi dalam rangka pencapaian target tersebut diantaranya: Kegiatan GPPTTT padi, perbaikan jaringan irigasi tersier, optimasi lahan, bantuan benih dan penangkaran serta pembinaan. Untuk mendorong pencapaian produksi padi di Jawa Barat, baik di lahan sawah maupun di lahan tadah hujan diantaranya dilakukan dengan peningkatan indeks pertanaman padi dan penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

d. Kabupaten Klaten

Luas lahan sawah Kabupaten Klaten sebesar 33.435 ha, terdiri atas: - Irigasi Teknis : 19.942 ha

- Irigasi ½ Teknis : 9.816 ha - Irigasi Sederhana : 2.565 ha - Tadah Hujan : 1.112 ha

Luas lahan Kering Kabupaten Klaten sebesar 32.121 ha, terdiri atas: - Lahan tegal : 6.287 ha

- Lainnya : 25.834 ha

Pada tahun 2015, sasaran produksi padi Kabupaten Klaten sebesar 394.160 ton GKG dengan sasaran produktivitas sebesar 62,87 ku/ha, sasaran luas panen sebesar 62.688 ha dan sasaran luas tanam sebesar 62.885 ha.

Indeks pertanaman padi di Kabupaten Klaten rata-rata 3 (tiga), artinya dalam satu tahun dapat menanam padi sebanyak tiga kali, namun indeks pertanaman padi di lahan sawah tadah hujan hanya 1, artinya dalam satu tahun hanya ditanami padi satu kali. Upaya yang dilakukan Kabupaten Klaten untuk pencapaian produksi padi tahun 2015 diantaranya: pelatihan

Direktorat Budidaya Serealia 77 petani dan pelaku agribisnis, peningkatan kemampuan lembaga petani, pelatihan SLPHT, pengadaan alsintan, pengembangan intensifikasi tanaman padi palawija, pengembangan perbenihan/perbibitan, dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pertanian, pengembangan agribisnis tanaman pangan & horti, pengembangan pertanian terpadu, GPPTT (APBN).

e. Sulawesi Tengah

Luas lahan sawah di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 146.721, terdiri atas 133.839 ha lahan sawah irigasi dan 12.882 ha lahan sawah non irigasi, sementara luas ladang/huma tercatat sebesar 153.293 ha. Rata-rata indeks pertanaman padi di Provinsi Sulawesi Tengah masih sebesar 1, artinya dalam satu tahun Provinsi Sulawesi Tengah rata-rata hanya dapat menanam padi satu kali.

Target produksi padi Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2015 sebesar 1,326 juta ton GKG dan sasaran produktivitas padi diharapkan dapat mencapai 52,01 ku/ha. Upaya yang dilakukan untuk pencapaian target produksi padi tersebut didukung oleh kegiatan yang berasal dari dana APBN dan APBD. Kegiatan APBN diantaranya: Kegiatan GPPTT padi, perbaikan jaringan irigasi tersier, optimasi lahan, bantuan benih dan penangkaran serta pembinaan. Kegiatan dukungan APBD diantaranya BLBU padi inbrida kegiatan PTT dan BLBU padi ladang.

Untuk mendorong pencapaian produksi padi baik di lahan sawah irigasi maupun di lahan sawah tadah hujan diantaranya dilakukan dengan peningkatan indeks pertanaman padi, penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), pemberian bantuan benih dan pupuk. Dukungan APBD tingkai I berupa BLBU padi inbrida untuk penerapan PTT seluas 1.300 ha yang dialokasikan di Kabupaten Morowali seluas 500 ha dan Kabupaten Poso seluas 800 ha. Sementara itu ada juga bantuan BLBU padi ladang seluas 100 ha yang dialokasikan di Kabupaten Poso.