• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

8. Bobot Kering Tajuk (g)

Pengamatan bobot kering tajuk dilakukan setelah lima bulan di rumah kaca. Hasil rataan pengamatan bobot kering tajuk bibit sukun dapat dilihat pada Tabel 8:

Tabel 8. Pengamatan Bobot Kering Tajuk Bibit Sukun dengan Perlakuan Mulsa Spons dan Penyiraman.

Ketebalan Mulsa Interval Penyiraman Rataan S1 S3 S5 S7 A₀ 14,23 15,16 22,43 26,86 19,25 A₁ 18,36 18,70 25,53 24,53 21,78 A₂ 16,96 14,13 24,76 25,80 20,41 A₃ 18,63 16,10 23,40 18,16 20,99 A₄ 15,26 19,76 19,13 19,50 18,07 A5 13,92 15,80 16,46 14,71 16,42 Rataan 16,22 a 16,60 a 21,95 a 21,59 a 19,48 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom rataan ketebalan mulsa spons,

pada baris rataan interval penyiraman, dan pada baris dan kolom pada interaksi antara ketebalan mulsa spons dan interval penyiraman tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Berdasarkan data yang di dapat menunjukkan bahwa rata-rata bobot kering tajuk tertinggi dimiliki oleh tanaman sukun dengan perlakuan mulsa spons kontrol dikombinasikan dengan penyiraman 1x7 hari (A0S4) yaitu 26,86 g. Untuk bobot kering tajuk terendah dimiliki oleh tanaman sukun dengan perlakuan mulsa spons ketebalan 10 cm dikombinasikan penyiraman 1x1 hari (A5S1) yaitu 13,92 g. Pada uji lanjutan DMRT, bobot kering tajuk menunjukkan pengaruh yang nyata dengan perlakuan pemberian mulsa spons terbaik adalah spons dengan ketebalan 10 cm dan interval penyiraman terbaik pada 1x7 hari. Interaksi terbaik yaitu pada kombinasi A5S1.

Pembahasan

Berdasarkan analisis ragam, pemberian mulsa spons pada bibit sukun berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter pengamatan yaitu parameter tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, luas tajuk, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Hal ini disebabkan pemberian mulsa berperan banyak untuk pertumbuhan tanaman. Mulsa berperan sebagai penutup tanah yang membantu menjaga kondisi tanah agar tetap dalam kondisi baik dan tidak terganggu oleh faktor yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyatri (2003), yang menyatakan bahwa aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembaban tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Dalam penelitian ini pertumbuhan tinggi bibit sukun berbanding lurus dengan pertumbuhan diameternya, dimana semakin meningkatnya tinggi bibit juga meningkatkan pertumbuhan diameter bibit. Hal ini dapat dilihat dari perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap pertumbuhan keduanya yang tumbuh dengan baik. Pertumbuhan bibit yang baik juga disebabkan oleh ketersediaan bahan-bahan yang mendukung terjadinya proses fotosintesis. Apabila bahan-bahan tersebut tersedia maka laju fotosintesis akan berjalan dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Arifin (2014), apabila laju fotosintesis berlangsung dengan baik, yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan cepat, maka fotosintat yang dihasilkan berupa biomassa tanaman seperti akar, daun, dan batang akan semakin banyak.

Sementara itu peningkatan laju pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bobot kering total tanaman yang dihasilkan per satuan waktu. Keseluruhan tubuh tanaman yang dinyatakan dalam biomassa total tanaman dipertimbangkan sebagai satu kesatuan untuk menghasilkan bahan baru tanaman. Hal ini ada hubungannya dengan kemampuan tanaman menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak untuk melakukan aktivitas fotosintesis yang lebih besar sehingga asimilat yang dihasilkan pun lebih besar. Besarnya asimilat yang kemudian ditranspor dan disimpan sebagai cadangan makanan inilah yang kemudian menentukan bobot tanaman. Jumlah asimilat yang kecil akan menghasilkan bobot tanaman yang lebih kecil dan sebaliknya jika jumlahnya besar akan meningkatkan bobot tanaman. Tetapi pada bobot kering tajuk menunjukkan hasil yang berbeda. Dapat dilihat pada luas tajuk menunjukkan hasil pertumbuhan yang baik, sementara bobot keringnya berbanding terbalik. Hal ini diduga karena kadar air yang terkandung di dalam daun dalam jumlah besar. Pada ketebalan mulsa spons tertinnggi memiliki daun dengan kadar air yang tinggi disebabkan pertumbuhannya yang baik. Sehingga pada saat pengovenan air terkuras habis dan menyisakan bobot yang tendah. Sementara itu pada kontrol air yang terkandung didalam daun dalam jumlah sedikit karena daun kering dan tidak menyimpan banyak air.

Pada proses fotosintesis air merupakan salah satu bahan baku yang dapat menurunkan laju fotosintesis. Kekeringan mempengaruhi penurunan tekanan turgor yang dapat menyebabkan stomata tertutup sehingga suplai CO2 untuk fotosintesis berkurang. Dengan menurunnya laju fotosintesis, maka fotosintat akan semakin berkurang sehingga dapat menurunkan produksi bahan kering. 27

Menurunnya fotosintat akibat laju fotosintesis yang menurun sehingga mempengaruhi produksi bobot kering. Hal ini sesuai dengan pernyataan Poljakoff (1975), bahwa laju fotosintesis akan menurun dengan rusaknya kloroplas yang berakibat buruk terhadap klorofil. Laju fotosintesis yang menurun tersebut disebabkan pula oleh tertutupnya stomata akibat penurunan tekanan turgor.

Selanjutnya pertumbuhan tinggi tanaman yang diperoleh merupakan kemampuan tanaman dalam bersaing memperebutkan unsur hara. Tanaman mampu memanfaatkan faktor-faktor tumbuh di sekelilingnya baik yang berada di bawah permukaan tanah maupun yang berada di atas permukaan tanah yang berupa cahaya, air, dan oksigen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wicks dkk. (2004), bahwa hasil tanaman yang meningkat merupakan refleksi kemampuan kompetisinya yang tinggi, sehingga tanaman mengalami pertumbuhan yang lebih baik dengan memanfaatkan faktor tumbuh yang ada secara maksimal sehingga distribusi fotosintat ke bagian biji juga meningkat. Fotosintat ditranslokasikan dan diakumulasikan dalam berbagai organ tanaman selama pertumbuhan vegetatif dan reproduktif.

Dengan adanya ketersediaan air sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan yang baik dapat dilihat berdasarkan jumlah daunnya. Apabila ketersediaan air cukup, maka jumlah daun meningkat. Sebaliknya, jika tanaman mengalami kekeringan maka tanaman akan mengeringkan lalu menggugurkan daunnya untuk mengurangi transpirasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ritche (1988) yang menyatakan bahwa kekeringan menyebabkan daun lebih cepat layu dan gugur. Rendahnya ketersediaan air tanah juga dapat mengakibatkan terhambatnya pembentukan daun baru (Rowi, 1988). Hal ini dapat

ditandai dengan daun yang mulai mengering dengan warna menguning. Terganggunya laju pertambahan daun tanaman yang mengalami kekeringan disebabkan oleh terhambatnya perkembangan daun, sehingga daun cepat menguning.

Berbanding terbalik dengan jumlah daun, panjang akar akan meningkat jika tanaman mengalami kekurangan air. Dalam konsidi suhu tinggi dan pemberian air yang sedikit, tanaman menjadi kekeringan. Hal ini menyebabkan akar bebas mencari air dan tumbuh secara tidak beratur untuk mempertahankan hidupnya dan tubuh utamanya. Sesuai dengan pernyataan Sitompul dkk. (1995) yang menyatakan tanaman yang tumbuh dalam keadaan kurang air akan membentuk akar yang lebih panjang dengan hasil yang lebih rendah dari tanaman yang tumbuh dalam cukup air. Dalam keadaan tercekam, akar tanaman akan melakukan mekanisme penyesuaian dengan zat terlarut yang tertimbun di ujung akar dan menaikkan tekanan turgor sehingga dapat menunjang pertumbuhan akar dalam waktu yang terbatas. Pada suhu tanah yang sesuai, akar tanaman akan tumbuh dengan baik diduga karena sel pada ujung akar akan terangsang untuk membelah (Sharp dkk., 1979).

Selain itu akar berhubungan dengan pertumbuhan tajuk, jika akar bertumbuh dengan baik maka potensi pertumbuhan tajuk akan semakin meningkat. Hal ini sesuai pernyataan Sitompul dkk. (1995) bahwa akar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tanaman dan mempunyai fungsi yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman, potensi pertumbuhan akar perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi pertumbuhan bagian atas tanaman, ini berarti bahwa semakin banyak akar semakin tinggi hasil tanaman.

Pada pemberian interval penyiraman juga memperoleh respon yang baik. Air sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini menyebabkan perbedaan yang cukup signifikan pada berbagai parameter. Penyiraman yang diberikan secara rutin menunjukkan hasil yang lebih unggul dibanding perlakuan lainnya dan cekaman kekeringan menganggu pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bray (1997), yang menyatakan bahwa cekaman kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun akibat laju evapotranspirasi yang melebihi laju absorpsi air walaupun keadaan air tanah tersedia dengan cukup. Kekurangan air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Selain itu, kekurangan air akan berpengaruh pada laju fotosintesis yang sangat penting bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury dkk. (1992) yang menyatakan pada saat kekurangan air, sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis. Selain menghambat aktivitas fotosintesis, kekurangan air juga menghambat sintesis protein dan dinding sel. Tanaman yang mengalami kekurangan air secara umum mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal.

Dokumen terkait