• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Mengurutkan dan Menentukan Letak Bilangan di Garis Bilangan

BAB 9 LETAK BILANGAN PADA GARIS BILANGAN

9.1 Cara Mengurutkan dan Menentukan Letak Bilangan di Garis Bilangan

68

BAB 9 LETAK BILANGAN PADA GARIS BILANGAN

Coba teman-teman perhatikan penggaris yang sering kita gunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Pada penggaris itu ada berbagai angka yang berurutan. Nah, angka-angka itu dapat juga kita sebut sebagai garis bilangan. Garis bilangan adalah garis yang memiliki bilangan secara berurutan, dimulai dari bilangan terkecil hingga terbesar. Sehingga, bilangan atau angka yang berada di sebelah kiri garis bilangan adalah angka yang kecil.

Sedangkan semakin ke kanan, maka angkanya semakin besar. Dalam memahami garis bilangan, maka teman-teman harus memiliki kemampuan membilang, yaitu menyebutkan angka atau bilangan secara berurutan. Ketahui cara mengurutkan dan menentukan letak bilangan pada garis bilangan, yuk!

9.1 Cara Mengurutkan dan Menentukan Letak Bilangan di Garis Bilangan

Jika teman-teman sudah bisa membilang, maka hal ini akan memudahkan kita untuk bisa mengurutkan letak bilangan pada garis bilangan.

Contohnya, jika bilangan pada garis bilangan tersusun secara acak atau tidak berurutan, maka kita dapat mengurutkan bilangan itu dengan tepat.

Caranya adalah dengan mengetahui bilangan mana yang lebih kecil atau lebih besar dari bilangan yang sudah ada. Dengan mengetahui nilai-nilai bilangan dan mengetahui bilangan apa yang lebih besar serta lebih kecil, maka kita bisa mengurutkan bilangan yang ada pada garis bilangan dengan lebih mudah. Lalu bagaimana jika ada bilangan di garis bilangan yang kosong atau

69

belum terisi? Hal ini disebut dengan menentukan letak bilangan pada garis bilangan.

Menentukan letak bilangan pada garis bilangan juga bisa dilakukan dengan mudah jika teman-teman sudah memiliki kemampuan membilang.

Untuk bisa menentukan letak bilangan pada garis bilangan, maka caranya adalah dengan melihat bilangan atau angka yang ada di sebelah kiri dan kanan bilangan yang kosong. Perhatikan selisih nilah dari setiap bilangan, kemudian tuliskan nilai dari bilangan yang kosong itu.

70

71

72

73

BAB 10 PENGOLAHAN DATA

10.1 Pengumpulan Data

Tahukah kamu, sebelum kita memperoleh sebuah data, maka kita harus melaksanakan proses pengumpulan data. Data merupakan himpunan dari fakta dalam kenyataan yang ada. Fakta itu mempunyai bentuk yang beragam, contohnya fakta angka, pengamatan, simbol, dan sebagainya. Pengumpulan data artinya proses mengumpulkan dan mengukur informasi yang dibutuhkan sesuai tujuan atau untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan. Ada beberapa cara yang biasa dilakukan untuk mendapat data, diantaranya melalui:

• Penelitian

• Wawancara

• Polling/angket

• Penghitungan langsung

10.1.1 Penyajian Data

Setelah memperoleh data, biasanya data-data tersebut disajikan dalam bermacam-macam bentuk. Salah satunya contohnya yaitu nilai matematika dari siswa yang ada di sebuah sekolah. Berikut yaitu beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyajikan sebuah data:

A. Menggunakan Tabel

Tabel adalah kumpulan data yang disusun secara rapi berdasarkan baris dan kolom. Menyajikan dan mengolah data dalam bentuk ini umumnya digunakan untuk data tunggal atau data yang memiliki rentang nilai atau data dengan

74

jumlah yang cukup banyak. Berikut ini adalah contoh penyajian data dalam bentuk tabel.

Tabel nilai matematika siswa SD Satria Mekar.

No Nilai Jumlah Siswa

1 65 5

2 70 9

3 75 14

4 80 10

5 85 5

6 90 7

Total 50

Dari tabel di atas, maka kita dapat mengetahui:

• Ada 5 siswa yang memperoleh nilai 65

• Ada 9 siswa yang memperoleh nilai 70

• Ada 14 siswa yang memperoleh nilai 75

• Ada 10 siswa yang memperoleh nilai 80

• Ada 5 siswa yang memperoleh nilai 85

• Ada 7 siswa yang memperoleh nilai 90

B. Menggunakan Diagram

Diagram atau grafik adalah cara penyajian data berupa gambaran yang bisa mempermudah kita dalam membaca dan menafsirkan datanya. Ada beberapa bentuk diagram, mulai dari diagram batang, diagram garis, dan diagram lingkaran.

75 1. Diagram Batang

Mari kita ubah data tabel diatas ke dalam bentuk diagram batang.

2. Diagram Lingkaran

Untuk menciptakan diagram lingkaran, kita harus mencari persentase besar sudut dari data yang di dapat.

• Nilai 65 = 5/50 x 3600 = 360

• Nilai 70 = 9/50 x 3600 = 64.80

• Nilai 75 = 14/50 x 3600 = 100.80

• Nilai 80 = 10/50 x 3600 = 720

• Nilai 85 = 5/50 x 3600 = 360

• Nilai 90 = 7/50 x 3600 = 50.40

Maka gambar diagramnya akan menjadi seperti ini:

0 2 4 6 8 10 12 14 16

65 70 75 80 85 90

Nilai Matematika Siswa SD Satria Mekar

76 3. Diagram Garis

Hampir sama menyerupai diagram batang hanya saja bentuknya diubah menjadi garis.

10.2 Pengolahan Data

Setelah data disajikan dalam berbagai bentuk yang ada, kita perlu mengolah data tersebut menjadi sebuah informasi yang diinginkan.

Mengolah data adalah kegiatan memproses data ke dalam bentuk-bentuk yang

Nilai Matematika Siswa SD Satria Mekar

65 70 75 80 85 90

0 2 4 6 8 10 12 14 16

65 70 75 80 85 90

Nilai Matematika Siswa SD Satria Mekar

77

lebih berarti. Dengan mengatur data sedemikian rupa, kita akan menghasilkan yang namanya informasi. Informasi adalah data yang telah diolah dan memiliki makna karena telah diberikan konteks serta telah menjadi sebuah gagasan.

Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan dalam mengolah data, diantaranya menghitung nilai data terendah dan tertinggi, menghitung modus, median, dan rata-rata. Untuk mendapatkan hasil tersebut, diperlukan beberapa rumus matematika. Di dalam pengolahan sebuah data ada beberapa hal yang harus kita cari dengan memakai rumus matematika, yaitu:

A. Mean

Mean yaitu nilai rata-rata dari keseluruhan data yang di dapat. Nilai rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nilai kemudian dibagi dengan banyaknya data

Mean =

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐃𝐚𝐭𝐚 𝐁𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐃𝐚𝐭𝐚

Sebagai contoh dari data di atas, maka kita bisa mencari meannya dengan cara menjumlahkan nilai yang ada kemudian dibagi dengan jumlah siswa yang ada seperti dibawah ini:

𝐌𝐞𝐚𝐧 = 𝟔𝟓 + 𝟕𝟎 + 𝟕𝟓 + 𝟖𝟎 + 𝟖𝟓 + 𝟗𝟎

𝟓𝟎 = 𝟒𝟔𝟓

𝟓𝟎 = 𝟗, 𝟑

Jadi, rata-rata nilai Matematika siswa di SD Satria Mekar adalah 9,3

78 B. Modus

Modus merupakan nilai yang paling sering muncul di dalam data tersebut. Bila dilihat dari data nilai matematika siswa SD Satria Mekar 02 sebelumnya, maka nilai yang paling sering muncul yaitu 70 alasannya karena ada 14 siswa yang mendapat nilai 70.

C. Median

Median yaitu nilai tengah. Diperoleh dengan cara mengurutkan nilai-nilai yang ada dari yang terkecil hingga terbesar. Perhatikan contoh rumus median berikut ini:

Misalnya, nilai ulangan harian Bahasa Indonesia kelas III di SD Satria Mekar berturut-turut adalah: 5, 6, 7, 8, 9, 7 ,8, 7, 10, 5. Maka carilah median dari data tersebut!

Jawab:

Untuk mencari median, maka kita harus mengurutkan nilai-nilai tersebut dari yang terkecil hingga terbesar. Menjadi seperti ini: 5, 5, 6, 7, 7, 7, 8, 8, 9, 10 (dimana jumlah datanya ada 10)

Ambil nilai yang ada ditengah-tengah, bila jumlah datanya genap ambil dua nilai yang ada ditengah kemudian dibagi dengan 2. Seperti pada soal diatas, alasannya jumlah datanya genap (10) maka kita ambil dua nilai yang ada di tengah yaitu 7 dan 7. Maka perhitungan mediannya adalah:

𝐌𝐞𝐝𝐢𝐚𝐧 = 𝟕 + 𝟕

𝟐 = 𝟏𝟒

𝟐 = 𝟕

Jadi, median dari data tersebut yaitu 7.

79 LATIHAN SOAL

1. Retha mendapatkan nilai ulangan sebanyak 4 kali yaitu 10, 8, 9, 6.

Supaya nilai rata-ratanya 8,5, maka ulangan kelima, Retha harus mendapat nilai berapa?

2. Hasil ulangan matematika 21 anak kelas III di SD Satria Mekar adalah: 7, 8, 9, 8, 7, 8, 10, 9, 5, 7, 9, 9, 8, 7, 10, 8, 9, 6, 8,7, dan 5.

Apabila data tersebut diurutkan dari yang terkecil hingga terbesar, maka nilai tengah dari data tersebut adalah?

3. Ibu membeli gula 8 kg, jagung 10 kg, beras 15 kg, kedelai 12 kg dan kentang 5 kg. Berapakah berat rata-rata belanjaan Ibu?

4. Tira mengikuti ulangan Bahasa Indonesia sebanyak 4 kali. Hasil dari ulangan tersebut adalah 10, 8, 9, dan 6. Supaya nilai rata-ratanya 8, maka nilai ulangan kelima yang harus didapatkan oleh Tira adalah?

5. Di sebuah pertenakan ayam, jumlah telur yang dihasilkan dalam 15 hari adalah sebagai berikut (dalam butir).

60 62 60 61 61

61 60 60 60 62

62 62 63 60 60

Modus dari banyak telur yang dihasilkan tersebut adalah berapa butir?

6. Hasil panen Ayah selama 5 bulan dalam ton adalah 10, 6, 7, 9, 8.

Rata-rata hasil panen Ayah tiap bulan adalah berapa ton?

7. Hasil panen Ayah selama 5 bulan dalam ton adalah 10, 6, 7, 9, 8.

Berapakah median dari hasil panen Ayah dalam ton?

8. Data hasil ulangan Matematika Vika sebanyak 4 kali yaitu 10, 8, 9, 6.

Nilai rata-rata yang diperoleh Vika adalah?

80

9. Banyak jeruk yang dapat dijual oleh seorang pedagang selama 30 hari tercatat sebagai berikut (dalam kg)

30, 30, 31, 28, 26, 31, 26, 27, 29, 27 27, 28, 26, 29, 28, 29, 29, 26, 31, 25 25, 30, 29, 27, 28, 29, 26, 25, 30, 28

Berapa kilogram rata-rata jeruk yang terjual setiap harinya?

10. Nilai ulangan akhir Inayah adalah 7, 8, 7, 6, dan 8. Jika Inayah ingin mendapat nilai rata-rata 7,5, maka nilai ulangan keenam Inayah harus mendapatkan?

PEMBAHASAN LATIHAN SOAL

1. Rata-rata yang ingin dicapai Retha = 8,5 Nilai yang diperoleh Retha = (10 + 8 + 9 + 6)

Nilai yang harus didapat Retha dinotasikan dengan n

Frekuensi = 4 kali (sudah dilakukan) + 1 (akan dilakukan) = 5 kali

Rata-rata = total seluruh nilai : frekuensi 8,5 = (10 + 8 + 9 + 6 + n) : 5 8,5 = (33 + n) : 5

n = (8,5 x 5) - 33

n = 9,5

Jadi, nilai yang harus didapat Retha adalah 9,5

2. Mengurutkan data dari yang terkecil sampai terbesar, diperoleh data sebagai berikut:

5, 5, 6, 7, 7, 7, 7, 7, 8, 8, 8, 8, 8, 8, 9, 9, 9, 9, 9, 10, 10 Jadi, median atau data tengahnya adalah 8

81

3. Rata-rata = Jumlah data : banyaknya data Rata-rata = (8 + 10 + 15 + 12 + 5) : 5 Rata-rata = 10

Jadi rata-rata berat belanjaan Ibu adalah 10 kg

4. Rata-rata yang ingin dicapai Tira = 8 Nilai yang diperoleh Tira = (10 + 8 + 9 + 6)

Nilai yang harus didapat Tira dinotasikan dengan n

Frekuensi = 4 kali (sudah dilakukan) + 1 (akan dilakukan) = 5 kali Rata-rata = total seluruh nilai : frekuensi

8 = (10 + 8 + 9 + 6 + n) : 5

8 = (33 + n) : 5

n = (8 x 5) - 33

n = 7

Jadi, nilai yang harus didapat Tira adalah 7

5. Banyak telur 60 butir = 7 kali Banyak telur 61 butir = 3 kali Banyak telur 62 butir = 4 kali Banyak telur 63 butir = 1 kali

Jadi, modus untuk banyak telur yang dihasilkan adalah 60 butir

6. Rata-rata = Jumlah data : banyaknya data

Rata-rata = Jumlah hasil panen : banyaknya bulan Rata-rata = (10 + 6 + 7 + 9 + 8) : 5

Rata-rata = 40 : 5 = 8

Jadi rata-rata hasil panen Ayah tiap bulan adalah 8 ton.

82

7. Mengurutkan data dari yang terkecil sampai terbesar, diperoleh data sebagai berikut: 6, 7, 8, 9, 10. Jadi, median atau data tengahnya adalah 8

8. Rata-rata = Jumlah data : banyaknya data Rata-rata = (10 + 8 + 9 + 6) : 4

Rata-rata = 8,25

Jadi rata-rata nilai Vika adalah 8,25

9. Rata-rata = Jumlah data : banyaknya data Rata-rata = Jumlah jeruk : banyaknya hari Rata-rata = 840 : 30

Rata-rata = 28

Jadi rata-rata jeruk yang terjual setiap harinya adalah 28 kg

10. Rata-rata yang ingin dicapai Inayah = 7,5

Nilai yang diperoleh Inayah = (7 + 8 + 7 + 6 + 8) Nilai yang harus didapat Inayah dinotasikan dengan n

Frekuensi = 5 kali (sudah dilakukan) + 1 (akan dilakukan) = 6 kali

Rata-rata = total seluruh nilai : frekuensi 7,5 = (7 + 8 + 7 + 6 + 8+ n) : 6 7,5 = (36 + n) : 6

n = (7,5 x 6) - 36

n = 9

Jadi, nilai yang harus didapat Inayah adalah 9

83

BAB 11 BILANGAN ROMAWI

11.1 Mengenal Bilangan Romawi

sumber: https://saintif.com/angka-romawi/

Tahukah kamu, selain harus mengetahui bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, maupun bilangan pecahan yang telah dipelajari sebelumnya, kita juga harus mempelajari himpunan bilangan lainnya yaitu, bilangan romawi. Bilangan romawi tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita perhatikan contoh berikut ini.

Retha tinggal di Bekasi, tepatnya di Jalan Nuri III nomor 9 Daerah Istimewa Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku

Buwono X

Memasuki abad XXI kita dituntut untuk lebih menguasai teknologi

84

Coba kamu perhatikan kembali huruf-huruf yang dicetak tebal pada contoh-contoh kalimat diatas. III, X, XXI merupakan bilangan-bilangan romawi.

11.2 Membaca Bilangan Romawi

sumber: https://sijai.com/angka-romawi/

11.2.1 Aturan Penjumlahan Bilangan Romawi

Pada sistem bilangan romawi tidak dikenali bilangan 0 (nol). Untuk membaca bilangan romawi, kamu harus hafal dengan benar ketujuh lambang bilangan dasar romawi. Bagaimana aturan-aturan dalam membaca lambang bilangan romawi? Bagaimana menyatakan bilangan romawi ke bilangan asli?

Mari kita pelajari bersama!

Contoh:

II = I+I

85

= 1+1

= 2

Jadi, bilangan romawi II dibaca 2

VIII = V+I+I+I

= 5+1+1+1

= 8

Jadi, bilangan romawi VIII dibaca 8

LXXVI = L+X+X+V+I

= 50+10+10+5+1

= 76

Jadi, bilangan romawi LXXVI dibaca 76

CXXXVII = C+X+X+X+V+I+I

= 100+10+10+10+5+1+1

= 137

Jadi, bilangan romawi CXXXVII dibaca 137

Coba kita perhatikan secara seksama lambang bilangan romawi pada contoh-contoh diatas. Semakin kekanan, nilainya semakin kecil. Tidak ada lambang bilangan dasar yang berjajar lebih dari tiga. Dari contoh-contoh tersebut dapat kita tuliskan aturan pertama dalam membaca lambang bilangan romawi adalah, jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kanan, maka lambang-lambang romawi tersebut dijumlahkan.

Penambahannya paling banyak tiga angka.

86

11.2.2 Aturan Pengurangan Bilangan Romawi

Bagaimana jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di sebelah kiri? Untuk membaca bilangan romawi dapat kita uraikan dalam bentuk pengurangan seperti pada contoh berikut ini.

Contoh:

IV = V-1

= 5-1

= 4

Jadi, bilangan romawi IV dibaca 4 IX = X-I

= 10-1

= 9

Jadi, bilangan romawi IX dibaca 9 XL = L-X

= 50-10

= 40

Jadi, bilangan romawi XL dibaca 40

Dari contoh-contoh tersebut dapat kita tuliskan aturan kedua dalam membaca lambang biangan romawi adalah, jika lambang yang menyatakan bilangan lebih lebih kecil terletak di kiri maka lambang-lambanag romawi tersebut dikurangkan. Pengurangan paling banyak satu angka.

11.2.3 Aturan Gabungan

Dari kedua aturan di atas (penjumlahan dan pemgurangan) dapat digabung sehingga bisa lebih jelas dalam membaca lambang bilangan romawi.

Mari kita perhatikan contoh berikut ini. Contoh:

87 XIV = X + (V-I)

= 10 + (5-1)

= 10 + 4

= 14

Jadi, bilangan romawi XIV dibaca 14

MCMXCIX = M + (M-C) + (C-X) + (X-I)

= 1000+(1000-100)+(100-10)+10-1)

= 1000 + 900 + 90 + 9

= 1999

Jadi, bilangan romawi MCMXCIX dibaca 1999

LATIHAN SOAL

Ubahlah bilangan asli berikut menjadi bilangan romawi!

1. 5 2. 7 3. 9 4. 10 5. 16 6. 18 7. 19 8. 23 9. 28 10. 56

88 PEMBAHASAN LATIHAN SOAL

1. Angka 5 dalam bilangan romawi ditulis V

2. Angka 7 dapat dibuat dalam bentuk penjumlahan yaitu 5 + 2. Dalam romawi penjumlahan ini dapat ditulis = V + II = VII

3. Angka 9 dapat dibuat menjadi dua bentuk yaitu sebagai berikut : Penjumlahan = 5 + 4

Pengurangan = 10 – 1

(INGAT! yang dijumlahkan atau dikurangkan itu adalah bilangan romawi dasar, jadi tidak boleh kita buat 9 itu adalah 6 + 3 atau 11 – 2, karena 6 dan 11 bukan bilangan romawi dasar)

Bentuk romawi penjumlahan dan pengurangan angka 9 adalah sebagai berikut:

Penjumlahan = 5 + 4 = V + IIII = VIIII Pengurangan = 10 – 1 = X – I = IX

Yang kita pilih sebagai lambang romawi angka 9 adalah yang bentuk pengurangan yaitu IX. Bentuk penjumlahan (VIIII) tidak sesuai dengan aturan pertama karena terdapat pengulangan lambang I sebanyak 4 kali. Jadi, lambing romawi 9 adalah IX

4. Angka 10 dalam bilangan romawi ditulis dengan X

5. Angka 16 dalam dapat dinyatakan dalam dua bentuk yaitu:

Penjumlahan = 10 + 6 = X + VI = XVI

Pengurangan = 20 – 4 = XX – IIII = IIIIXX (tidak sesuai dengan aturan no 1)

Jadi lambang romawi angka 16 adalah XVI

89

Catatan: Mengapa 4 ditulis IIII bukan IV. Alasannya kembali lagi pada aturan penjumlahan dan pengurangan bilangan romawi yaitu V dan X hanya boleh dikurangi oleh I saja.

6. Angka 18 dalam bilangan romawi ditulis = XVIII 7. Angka 19 dalam bilangan romawi ditulis = XIX 8. Angka 23 dalam bilangan romawi ditulis = XXIII 9. Angka 28 dalam bilangan romawi ditulis = XXVIII 10. Angka 56 dalam bilangan romawi ditulis = LVI

90

BAB 12 PENGUKURAN SUDUT, WAKTU, PANJANG, DAN

BERAT

12.1 Pengukuran Sudut

Sudut adalah suatu daerah yang terbentuk dari pertemuan dua garis pada satu titik tertentu. Ada dua cara memberi nama sudut yaitu pertama, memberi nama sudut dengan tiga huruf kapital dan titik sudutnya diletakkan di tengah. Sudut (∠) merupakan daerah yang dibatasi oleh dua garis. Misalnya ada garis A dan garis B. Nah, di antara garis A dan B ada daerah yang besarnya disebut sudut.

Di kehidupan sehari-hari, kita bisa melakukan pengukuran sudut.

Contohnya pada jam dinding yang menunjukkan pukul 5 tepat, di mana jarum jam panjang dan jarum jam pendek membentuk sebuah sudut.

12.1.1 Perbandingan Titik Sudut

Jika ada dua sudut (<) seperti <A dan <B maka terdapat beberapa kemungkinan yaitu:

• <A sama dengan <B

• <A lebih kecil dari <B

• <A lebih besar dari <B

Cara melakukan perbandingan yaitu dengan mengetahui sudut dari A dan B lalu membandingkan besaran sudut tersebut.

12.1.2 Pengukuran Sudut dengan Busur

Satuan sudut yaitu derajat (°). Cara untuk mengukurnya dengan menggunakan busur derajat. Busur derajat berbentuk lingkaran yang skalanya

91

mulai dari 0° sampai 180°. Cara mengukur sudut dengan busur derajat yaitu dengan meletakkannya di titik sudut dan dihimpitkan dengan titik pusat sudut derajat.

12.1.3 Hubungan Sudut dengan Arah Mata Angin

Setiap hari pasti kita melihat matahari yang terbit pada pagi hari dan tenggelam pada sore hari. Matahari terbit dari timur dan tenggelam ke arah barat. Kita sudah mengenal arah mata angin mulai dari utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat, barat laut. Kedelapan arah mata angin tersebut memiliki sudut yang besaran sudut diantara dua arah mata angin tersebut yaitu 45°. Contohnya seperti sudut antara timur dan timur laut yaitu 45°. Sudut antara timur dan barat yaitu 180°.

12.1.4 Perputaran pada Jarum Jam

Permukaan jarum jam dibagi menjadi 12 bagian. Setiap bagian besarnya 30°. Pada jarum pendek setiap satu jam berputar sebesar 30°. Pada jarum panjang setiap satu jam berputar sebesar 360°. Jarum panjang berputar sebesar 30° setiap 5 menit.

12.2 Hubungan Antar Satuan Waktu, Panjang, dan Berat

12.2.1 Satuan Waktu (hubungan antara hari, minggu, bulan dan tahun)

Pengukuran waktu dilakukan untuk mengukur berapa lama sesuatu berlangsung. Misalnya, berapa menit waktu yang dibutuhkan siswa untuk sampai ke sekolah, atau berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas. Nama-nama dalam hari dalam satu minggu yaitu senin,

92

selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, dan minggu. Jadi, dalam waktu satu minggu terdapat 7 hari.

Hubungan antar satuan waktu dapat dilihat sebagai berikut:

• 1 minggu = 7 hari

• 1 bulan = 28, 29, 30 atau 31 hari

• 1 tahun = 12 bulan

• 1 tahun = 365 hari

• 1 dasawarsa = 10 tahun

• 1 abad = 100 tahun

• 1 hari = 24 jam

• 1 jam = 60 menit

• 1 menit = 60 detik

• 1 jam = 3600 detik 12.2.2 Satuan Panjang

Tinggi, lebar, dan jarak itu menggunakan pengukuran panjang yang satuannya bisa berupa cm, m, km, dan lainnya. Alat bantunya juga beragam, misalnya penggaris, meteran, atau jangka sorong. Satuan panjang digunakan untuk mengetahui ukuran panjang dari suatu benda. Seperti panjang ruang kelas, tinggi badan, atau jarak.

12.2.3 Satuan Berat

Berat atau massa dipakai untuk mengukur berat sebuah objek.

Contohnya, siswa mengukur berat badan menggunakan alat bantu timbangan.

Satuan pengukuran berat sendiri adalah gram dan kilogram.

93 LATIHAN SOAL

1. Retha mempunyai pita sepanjang 10 dm. Jika pitanya diberikan ke Tira sepanjang 20 cm, maka sisa pita Retha adalah … cm.

2. Berat badan Inayah adalah 59 kg dan berat sebuah balok kayu adalah 120 ons. Selisih berat Inayah dan balok kayu itu adalah … kg.

3. 5 km – 6.000 cm + 200 dm = … m.

4. Vika berusia 2,5 windu dan Retha berusia 24 tahun. Selisih usia mereka adalah … tahun.

5. Ibu membeli 3 buah semangka dan 4 buah melon. Setiap semangka beratnya 2 kg dan setiap melon 15 hg. Jumlah berat semua buah adalah

…. gram.

6. Berapa besar sudut yang dibentuk oleh jarum jam panjang jika bergerak selama 25 menit?

7. Nisa berangkat ke SD Satria Mekar pada pukul 06.20. Nisa sampai di SD Satria Mekar pada pukul 06.45. Berapakah lama perjalanan yang ditempuh Nisa pada saat berangkat hingga sampai ke SD Satria Mekar?

8. Ibu Vika mengajar di SD Satria Mekar dari pukul 07.00 hingga pukul 11.45. Berapa lama Ibu Vika mengajar di sekolah tersebut?

9. Tira mempunyai tongkat sepanjang 125 cm, tongkat Retha sepanjang 14 dm dan Nisa mempunyai tongkat sepanjang 2 m. Maka berapa meterkah panjang semua tongkat jika dijumlahkan?

10. Pada tahun 2022 Inayah telah memanen semua tanamannya di sawah.

Dari panen itu menghasilkan padi seberat 2 ton, jagung 15 kuintal dan kedelai seberat 3.250 kg. Berapa kg jumlah semua panen Inayah pada tahun 2022?

94 PEMBAHASAN LATIHAN SOAL

1. 10 dm – 20 cm = 100 cm – 20 cm = 80 cm

2. 59 kg – 12 kg = 47 kg

3. 5.000 m – 60 m + 20 m = 5.960 m

4. 24 tahun – ( 2,5 x 8 tahun ) = 24 tahun – 20 tahun = 4 tahun

5. = ( 3 x 2 kg ) + ( 4 x 15 hg )

= ( 3 x 2.000 g ) + ( 4 x 1.500 g )

= 6.000 g + 6.000 g

= 12.000 g

6. Pada jarum panjang besar sudut setiap 5 menit berputar selama 30°.

Jadi jika bergerak selama 25 menit.

= 25 menit : 5 menit = 5

= 5 x 30° = 150°

Jadi jawabannya adalah 150°

7. Nisa berangkat pukul 06.20 dan sampai pukul 06.45

= 06.45 – 06.20 = 25

Jadi, lama perjalanan yang ditempuh Nisa yaitu 25 menit

8. 11.45 – 07.00 = 04.45

Jadi Ibu Vika mengajar selama 4 jam lebih 45 menit.

95 9. Diketahui:

Panjang tongkat Tira = 125 cm = 1,25 m Panjang tongkat Retha = 14 dm = 1,4 m Panjang tongkat Nisa = 2 m

Ditanya = Panjang semua tongkat?

Maka, panjang semua tongkat adalah = 125 cm + 14 dm + 2 m

= 1,25 m + 1,4 m + 2 m

= 4, 65 m

10. Diketahui:

Jumlah panen padi = 2 ton = 2.000 kg

Jumlah panen jagung = 15 kuintal = 1.500 kg Jumlah panen kedelai = 3.250 kg

Ditanya = Jumlah seluruh panen tahun 2022?

Maka, jumlah seluruh panen adalah = 2 ton + 15 kuintal + 3.250 kg

= 2.000 kg + 1.500 kg + 3.250 kg

= 6.750 kg

96

BAB 13 MENGHITUNG LUAS DAN VOLUME

13.1 Persegi

Persegi adalah bangun datar segi empat yang keempat sisinya memiliki panjang yang sama. Selain itu, persegi juga memiliki empat sudut siku-siku (90°).

Persegi adalah bangun datar yang mempunyai ciri:

• Sisi sama panjang,

• Sudut sama besar,

• Diagonal sama panjang, berpotongan tegak lurus dan merupakan sumbu simetri lipat

• Simetri lipat

• Simetri putar

• Mempunyai 4 sudut

• Jumlah seluruh sudut 360 derajat

Secara matematis, rumus semua luas bangun datar persegi adalah:

Luas (L) = sisi (s) x sisi (s)

Rumus luas persegi adalah mengalikan panjang sisinya. Untuk lebih jelasnya, simak contoh soal berikut:

1. Jika sebuah cover buku berbentuk persegi memiliki panjang 10 cm. Lalu, berapa luas cover buku tersebut?

Jawab:

• Luas = sisi x sisi

97

• Luas = 10 x 10

• Luas = 100 cm²

Jadi, luas sampul buku di atas adalah 100 cm². Tanda (²) digunakan untuk mengukur luas. Tanda tersebut biasa disebut dengan ‘persegi’.

13.2 Persegi Panjang

Persegi panjang adalah bangun datar yang terdiri dari sisi panjang dan sisi lebar, di mana panjang dan lebarnya tidak sama.

Persegi panjang adalah bangun datar segi empat yang mempunyai ciri:

• pasang sisi sama panjang

• sudut sama besar

• diagonal sama panjang

• 2 simetri lipat

• 2 simetri putar

• Mempunyai 4 sudut

• Jumlah seluruh sudut 360 derajat

Contoh barang yang berbentuk persegi panjang adalah pintu sekolah, papan tulis, dan permukaan meja. Berikut adalah rumus menghitung luas bangun datar persegi panjang:

Luas (L) = sisi (s) x sisi (s)

Rumus luas persegi panjang mengalikan panjang dan lebar. Berikut adalah contoh soal luas persegi panjang:

1. Berapa luas papan tulis jika memiliki sisi panjang 60 cm dan sisi lebarnya adalah 200 cm?

98 Jawab:

• Luas = panjang x lebar

• Luas = 60 x 200

• Luas = 12.000 cm²

Maka, luas persegi panjang tersebut adalah 12.000 cm²

13.3 Segitiga

Segitiga merupakan bangun datar yang dibentuk dengan cara menghubungkan tiga buah titik. Ada beberapa jenis segitiga, yaitu segitiga sama kaki, segitiga sama sisi, segitiga siku-siku, dan segitiga sembarang.

Rumus luas segitiga adalah ½ (alas x tinggi). Untuk lebih jelasnya, simak contoh soal berikut ini:

1. Sebuah segitiga siku-siku memiliki alas sepanjang 14 cm dan tinggi 5 cm. Berapa luas segitiga siku-siku tersebut?

Jawab:

• Luas = ½ (a x t)

• Luas = ½ (14 x 5)

• Luas = ½ x 70

• Luas = 35 cm²

Jadi, luas segitiga siku-siku di atas adalah 35 cm².

99 13.4 Lingkaran

Lingkaran adalah salah satu bangun datar yang tidak memiliki

Lingkaran adalah salah satu bangun datar yang tidak memiliki