• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemimpin, Kepemimpinan, dan Kepemimpinan Transformasional

1. Ciri-ciri Pemimpin Transformasional

Pada awalnya, Bass dalam Usman, 2010: 336-337) mengemukakan tiga komponen yang terkandung dalam konsep kepemimpinan transformasional, yaitu (1) idealized influence, (2) intellectual stimulation, dan (3) individualized consideration. Selanjutnya dikembangkan menjadi empat dengan menambahkan satu komponen, yaitu inspirationan motivation. Hasil kajian Bass ini, banyak diikuti ahli-ahli lain, antara lain Avolio, Waldman dan Tammarindo (Hoy & Miskel, 2001).

Komponen atau ciri kepemimpinan transformasional diterapkan dalam langkah atau proses pelaksanaan kepemimpinan transformasional. Masing-masing ciri mengandung beberapa perilaku yang mencerminkan kepemimpinan

transformasional. Berikut ini akan diuraikan empat ciri dan komponen yang menunjukkan dimensi utama kepemimpinan transformasional.

a. Idealized Influence

Idealized Influence mengacu pada perilaku pimpinan yang dapat diteladani oleh bawahan. Pimpinan diakui sebagai model yang menunjukkan nilai-nilai pelayanan dan produk ideal, mendemonstrasikan komitmen dengan standar moral yang tinggi, serta memiliki pengaruh terhadap bawahan. Dengan kata lain, pimpinan bertindak sesuai dengan harapan bawahan, memiliki legitimasi yang didasarkan pada integritas dan kompetensi personal, serta memperoleh kepercayaan dan pengakuan bawahan (Felfe & Schyns, 2002: 4).

Bass & Riggio (2006: 6) menyatakan:

Transformasional leaders behave in ways that allow them to serve as role models for their followers. The leaders are admired, respected, and trusted. Followers identify with the leaders and want to emulate them; leaders are endowed by their followers as having extraordinary capabilities, persistence, and determination. In addition, leaders who have a great deal idealized influence are to take risks and are consistent rather than arbitrary. They can be counted on to do the right thing, demonstrating high standards of ethical and moral conduct.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa para pemimpin transformasional berkelakuan melalui cara-cara yang membuatnya tampil sebagai model bagi pengikutnya. Pemimpin-pemimpin dikagumi, dihormati dan dipercaya sehingga pengikut-pengikutnya merasa dekat dengan pemimpin dan ingin menjadi seperti

pemimpinnya. Para pemimpin ini dipercaya karena memiliki kemampuan yang luar biasa, ketekunan, dan kebulatan tekad. Lebih lanjut, memimpin yang mempunyai idealized influence yang kuat mampu mengambil resiko dan konsisten dari pada bertindak sewenang-wenang. Mereka diperhitungkan dalam melakukan hal-hal yang tepat, memperlihatkan kelakuan moral dan etika berstandar tinggi.

Secara singkat Idealized Influence berkaitan dengan perilaku kharismatik. Bahkan beberapa ahli secara langsung menyebut dengan istilah charisma. Kharisma dapat didefinisikan sebagai proses seorang pemimpin mempengaruhi pengikutnya dengan emosi-emosi yang kuat sehingga merasa kagum dan segan dengan dirinya. Kharisma merupakan komponen yang menimbulkan pengakuan, penghargaan, dan kepercayaan bawahan. Kharisma muncul dari interaksi antara atribut, nilai dan perilaku yang ditunjukkan pimpinan dengan kepercayaan dan persepsi bawahan. Pimpinan menunjukkan perilaku kharismatik melalui cermin etika yang ditampilkan.

Gibson (2009: 209) menegaskan bahwa kepemimpinan karismatik memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bawahan berdasarkan pada supernatural gift (kemampuan yang luar biasa) dan daya tarik untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari orang-orang lain. Para bawahan merasa senang berada bersama dengan pemimpin kharismatik karena mereka

merasa terinspirasi, diterima, dihargai, dan diperhatikan. Pemimpin kharismatik digambarkan dapat memainkan peran penting dalam menciptakan perubahan.

b. Intellectual Stimulation

Intellectual stimulation menunjuk pada perilaku pimpinan dan menstimulasi anggota secara inovatif dan konstruktif. Pimpinan mendorong anggota agar dapat memecahkan masalah secara kreatif, dan menggunakan metode atau cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu. Melalui stimulasi intelektual ini, anggota memiliki metode untuk mencapai misi organisasi secara lebih efektif. Untuk itu pimpinan mendemontrasikan ide-ide baru. Pemecahan masalah secara kreatif, dan membangkitkan kreativitas anggota dalam melaksanakan tugas, dengan menggunakan pendekatan yang rasional dan dapat diterima anggota.

Bass & Riggio (2006: 7) menyatakan:

Transformasional leaders stimulate their followers’ effort to be innovative and creative by questioning assumptions, reframing problems, and approaching old situations in new ways. Creativity is encouraged. There is no public criticism of individual members’ mistakes. New ideas and creative problem solution are solicited from followers, who are include in the process of addressing problems and finding solutions. Followers are encouraged to try new approaches, and their ideas are not critized because they differ from the leaders’ ideas.

Maksud kutipan diatas adalah para pemimpin transformasional menstimulasi upaya-upaya para pengikut menjadi inovatif dan kreatif dengan

mempertanyakan asumsi, membingkai kembali masalah, dan membuat pendekatan pada situasi lama dengan cara baru. Dorongan dalam berkreativitas. Tidak ada kritikan ang dilontarkan di depan umum terkait dengan kekeliruan pengikut. Ide baru dan pemecahan masalah yang kreatif diminta dari pengikut, yang tergabung dalam proses menghadapi masalah dan menemukan solusi. Para pengikut didorong untuk mencoba pendekatan-pendekatan baru, dan ide-ide mereka tidak dikritisi sebab ide pengikut berbeda dengan ide yang dimiliki pemimpin.

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa intellectual stimulation menunjuk pada kemampuan pimpinan untuk menstimulasi bawahan agar lebih kreatif dalam berpikir atau memecahkan masalah. Pimpinan memberikan stimulasi, memberikan kesempatan pada anggota untuk partisipasi, serta meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam iklim yang suportif (Schyns, 2002: 5). Dapat dikatakan bahwa intellectual stimulation berkaitan dengan masalah kreativitas. Pimpinan mampu menstimulasi anggota menjadi kreatif dan inovatif. Pimpinan selalu berusaha untuk mengembangkan program-program baru, serta mendorong anggota untuk kreatif mengembangkan program, prosedur, atau cara-cara baru yang lebih baik dalam melaksanakan tugas atau pemecahan masalah. Pimpinan juga bersikap terbuka terhadap anggota dalam melaksanakan perubahan kea rah yang lebih baik (Hoy & Miskel, 2001: 415).

c. Individualized Consideration

Individualized Consideration mengacu pada perilaku pimpinan untuk memberikan pertimbangan dan perhatian terhadap anggota secara individual. Pimpinan mengakui perbedaan individual bawahan, baik dari sisi kebutuhan, potensi maupun karakteristik lainnya. Tiap individu dipertimbangkan, dihargai dan dinilai secara individual. Bawahan dipertimbangkan sebagai individu-individu yang unik. (Brown, & Wheeler, 1996: 3). Pimpinan memenuhi kebutuhan untuk aktualisasi diri, pemenuhan diri dan pengakuan diri terhadap masing-masing anggota. Pimpinan juga memberikan tugas, kewenangan dan saran secara individual terhadap bawahan.

Individualized consideration melibatkan hubungan antara pimpinan dan anggota pada dua dimensi, yaitu dimensi pengembangan dan orientasi individual. Pada orientasi pengembangan, pimpinan merancang tugas yang memungkinkan peningkatan potensi dan motivasi individu, pimpinan mengusahakan saling memahami, saling komunikasi dan menciptakan suasana kekeluargaan antara satu dengan yang lainnya, untuk itu pimpinan merancang tugas sesuai dengan kebutuhan anggota dan organisasi agar lebih berkembang secara optimal.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa individualized consideration mengacu pada perilaku pimpinan yang memberi perhatian khusus kepada

kebutuhan setiap individu untuk tumbuh dan berkembang. Pimpinan menerima perbedaan anggota secara individual, membantu meningkatkan kemampuan setiap anggota, melakukan komunikasi dua arah, melakukan hubungan secara akrab, dan memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota untuk berkembang (Hoy & Miskel, 2001: 416). Beach & Reinharzt (2004: 36) mengemukakan bahwa individualized consideration dapat ditunjukkan dengan memberikan dukungan perhatian, dorongan, dan sumber-sumber yang dibutuhkan sehingga anggota melakukan yang terbaik.

d. Inspirational Motivation

Inspirational Motivation mengacu pada perilaku pimpinan dalam memberikan motivasi yang diilhami oleh nilai-nilai dan cita-cita yang tinggi kepada anggota. Inspirational motivation menekankan pada penanaman visi ke depan. Pimpinan mengidentifikasi ide-ide kedepan dan mendorong anggota untuk mencapai visi dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, inspirational motivation merupakan dimensi yang direfleksikan dengan perilaku yang memberikan makna dan tantangan kerja bagi anggota serta membangkitkan semangat dengan antusias dan optimism tinggi mencapai tujuan organisasi.

Bass & Riggio (2006: 7) menyatakan:

Transformational leaders behave in ways that motivate and inspire those around them by providing meaning and challenge to their followers’ work. Team spirit is aroused. Enthusiasm and optimism are displayed. Leaders get followers involved in envisioning attractive future states; they create clearly

communicated expectations that followers want to meet and also demonstrate commitment to goals and the shared vision.

Maksud kutipan diatas adalah para pemimpin transformasional berkelakuan melalui cara-cara yang memotivasi dan menginspirasi orang-orang sekitarnya dengan memberikan tantangan pada pekerjaan pengikutnya. Semangat tim ditingkatkan. Antusiasme dan optimisme diperlihatkan. Pemimpin ini melibatkan pengikutnya dalam memimpikan kondisi masa depan yang menarik dan menciptakan ekspektasi yang dikomunikasikan secara jelas yang ingin dipenuhi oleh pengikutnya dan juga memperlihatkan komitmen pada tujuan dan visi bersama. Secara lebih sederhana, inspirational motivation menunjuk pada kemampuan pimpinan untuk menanamkan visi dan tujuan organisasi dengan cara yang menarik.

Secara lebih jelas, Bass dan Avolio mengemukakan beberapa perilaku yang menunjukkan faktor inspirational motivation, yaitu melibatkan anggota dalam menetapkan visi organisasi ke depan, menyampaikan harapan yang tinggi kepada anggota dalam mencapai tujuan, meningkatkan optimism, antusiasme, dan komitmen anggota, serta memberikan pengertian dan tantangan kepada anggota dalam mencapai tujuan (Hoy & Miskel, 2001: 415).

Keempat ciri perilaku tersebut merupakan dimensi pokok kepemimpinan transformasional. Perilaku kepemimpinan dilakukan dengan terintegrasi dalam proses pelaksanaan tugas sehari-hari, mulai dari

penyampaian visi, misi, dan tujuan organisasi, peningkatan motivasi dan kemampuan anggota, serta pemberdayaan anggota dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi, dan hal ini dapat diterapkan dalam lembaga-lembaga pendidikan maupun non pendidikan.

Dokumen terkait