• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III USAHA MEMAKNAI PENDERITAAN MANUSIA MENURUT

2. Beberapa Contoh Penderitaan Manusia

Allah menghargai kebebasan yang diberikan-Nya kepada manusia, dan Allah tidak pernah membatasi itu. Jika manusia menderita, entah karena diri sendiri atau orang lain, itu adalah akibat dari kebebasan yang disalahgunakan oleh manusia sendiri (Budi Kleden, 1998: 185).

Banyak sekali penyebab-penyebab timbulnya penderitaan antara lain: karena ketidakadilan, tekanan, kekerasan atau karena kehilangan sesuatu yang telah dialami sebagai sesuatu yang berarti: kesehatan, harta benda, harga diri, dll. Di bawah ini akan diuraikan beberapa contoh penderitaan manusia, diantaranya dari diri sendiri, oleh orang lain, penyakit menular, dan bencana alam.

a. Penderitaan karena diri sendiri

Penderitaan terjadi bukan hanya karena sebab dari luar seperti tertimpa bencana alam, tetapi juga karena kesalahan sendiri: orang menderita karena perbuatannya atau sebagai akibat tindakannya yang mengecewakan dirinya dan orang lain, atau karena gagal mencapai sesuatu (Budi Kleden, 2006: 20).

Penderitaan yang disebabkan kesalahan diri sendiri biasanya berhubungan dengan dosa. Dosa dapat menjauhkan manusia dari Allah, dan dari sesamanya. Dosa menyebabkan manusia menderita. Jika dilihat dari segi hubungan manusia dengan Allah, dosa dipahami sebagai penolakan terhadap Allah: manusia menyalahgunaan kebebasan dari Allah (KWI, 2007: 101). Secara sadar atau tidak, orang yang berdosa meragukan cintakasih-Nya. Oleh karena itu manusia sering berpaling dari penciptanya kepada ciptaan yang dianggap lebih berharga (Heuken, 199: 10).

Dalam terang wahyu ilahi orang melihat apa itu dosa, terutama dosa asal. Jika manusia tidak mempunyai pengetahuan mengenai Allah, maka dia akan berpikir bahwa dosa terjadi secara otomatis akibat dari struktur masyarakat yang salah (KWI, 2007: 101). Kej 2: 4a-25 dan Kej 3: 1-24 menggambarkan bahwa penderitaan dan kematian ada setelah manusia pertama (adam dan hawa) jatuh dalam dosa (Stanislaus, 2008:53).

Yewangoe memaparkan pemikiran Vengal Chakkarao seorang Teolog Salib dari India. Dia menggunakan perumpamaan tentang anak yang hilang ketika menjelaskan bagaimana dosa masuk ke dalam hidup manusia dan merenggangkan relasi antara manusia dengan Allah, dan antara manusia dengan sesamannya (Yewangoe, 1998: 71).

Dosa tercipta ketika manusia mulai memilih untuk bebas melakukan hal-hal yang tidak dikehendaki Allah. Misalnya meninggalkan hal baik dan mendekati hal- hal duniawi yang bersifat sementara. Pada saat ego merasuk ke dalam jiwa manusia, manusia menjauh dari Allah dan sesama. Manusia terkucilkan karena dosa yang dibuatnya sendiri. Contoh sederhana dari penderitaan yang disebabkan diri sendiri adalah kemalasan, orang yang malas bekerja, berdampak pada

hidupnya yang penuh kekurangan sandang, pangan, dan papan. Itu hanya salah satu contoh dari banyaknya kejadian.

b. Penderitaan yang disebabkan oleh orang lain

Budi Kleden (2006 : 18). memaparkan pemikiran Leibniz dan Immanuel Kant yang menyatakan penderitaan yang disebabkan oleh orang lain dengan istilah

malum morale yang artinya keburukan moral. Yang mana keburukan moral ini

ditimpakan oleh manusia kepada manusia lain, dan biasanya dilakukan oleh orang- orang yang memiliki kuasa. Contoh keburukan moral tersebut adalah ketidakadilan social (KKN), kekerasan, penindasan terhadap kaum lemah, miskin, tertindas, dan difabel. Keburukan moral ini masih ditemukan di Indonesia sampai sekarang.

Contoh lain dari penderitaan yang disebabkan oleh orang lain adalah pelecehan seksual dan kekerasan terhadap kaum perempuan. Kasus ini kerapkali ditemukan baik di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya. Salah satu pengalaman menyedihkan datang dari Tchuna (23 tahun), mahasiswi jurusan Fisioterapi Fakultas kedokteran di India diperkosa secara bergiliran selama satu jam oleh 6 laki-laki di dalam bus, tidak hanya diperkosa tetapi Tchuna, gadis cantik itu juga dihajar hingga babak belur, bahkan sebuah batang besi dimasukkan ke dalam vaginanya hingga ususnya nyaris keluar, dan dalam keadaan kritis dan tak sadarkan diri, dengan tubuh penuh darah dan tanpa busana, ia dilempar begitu saja ke jalanan. Sungguh sangat tidak manusiawi perbuatan yang dilakukan oleh para pemerkosa itu.

Negeri indonesia juga memiliki lembar-lembar sejarah yang penuh luka siksa terhadap perempuan. Pada tahun 1965, ribuan perempuan, atas tuduhan komunis, diburu, disiksa, diperkosa. Pada tahun 1989 hingga 1999, saat Aceh dinyatakan sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) oleh Orde Baru, ratusan

perempuan turut juga mengalami siksaan dan pelecehan seksual. Di masa orde baru juga, Marsinah mengalami hal serupa seperti yang dialami Tchuna. Pada tanggal 5 Mei 1993, tubuh buruh pabrik arloji di Sidoarjo itu ditemukan tak bernyawa dengan keadaan penuh luka, pergelangan tangan lecet akibat ikatan yang terlalu kencang, serta tulang selangkangan dan vagina hancur. Mayatnya ditemukan di sebuah gubuk pinggir sawah di Nganjuk Jawa Timur. Bedanya Marsinah dirusak kelaminnya karena berdemo menolak PHK sepihak terhadap rekan kerjanya. Hal yang menjadi keprihatinan di negeri ini adalah pelaku utamanya tak tersentuh hukum sampai sekarang (Majalah Tempo XXIII, Oktober 1993: 22-24).

Penindasan pada perempuan tak pernah mati. Berdasarkan catatan Tahunan Komnas Perempuan tahun 2011 menyebutkan ada sekitar 119.107 kasus kekerasan terhadap perempuan, di wilayah domestik maupun publik. Angka ini meningkat 13,32 persen dari tahun sebelumnya. Lalu pada tahun 2012 masyarakat Indonesia juga dikejutkan dengan maraknya kasus perkosaan di angkot Jakarta. Ironisnya beberapa politisi justru menuding perempuan yang notabene korban sebagai biang pemicu birahi karena memakai rok mini. Sungguh komentar yang kurang bijaksana dan sangat mengecewakan. Tetapi tidak ada demo seperti pelecehan pada perempuan seperti kasus Tchuna gadis India. Mungkin kita terlalu pengecut untuk memberikan pembelaan pada perempuan, atau mungkin kita terlalu takut untuk mengambil resiko buruk seperti yang dialami oleh Marsinah si buruh pabrik yang malang.

c. Penderitaan demi orang lain dan demi tugas perutusan

Dalam hal ini, penderitaan Paulus dapat menjadi contoh. Paulus rela menderita demi umatnya ditempat ia mewartakan Kerajaan Allah. Paulus pernah

dipenjara karena telah memberikan kesaksian kepada banyak orang dengan pewartaan-Nya akan Yesus Kristus (Kis 22:1-22). Tidak hanya Paulus, para nabi- nabi seperti musa, Yeremia, Yehezkiel, dll menderita demi orang lain dank arena tugas dan tanggungjawabnya dalam mewartakan Kerajaan Allah.

Tokoh paling besar sepanjang sejarah hidup umat Kristiani yang menderita demi umat manusia adalah Yesus Kristus Putera Allah. Yesus menderita dan wafat karena dosa manusia, dan karena tugas yang diberikan Allah Bapa kepada-Nya. Yesus disalibkan demi dan untuk menebus dosa manusia. Di salib Yesus tetap mempertahankan kesatuan-Nya dengan Allah dan taat kepada tugas yang diberikan kepada-Nya. Dalam suasana penuh haru itu, Yesus memperlihatkan ajaran pokok kehidupan-Nya, yaitu penyerahan total kepada Allah. Sikap Yesus ini member teladan kepada kita bahwa dalam situasi sulit seperti apapun, kita sebaiknya tetap mempercayakan semua perkara hidup kepada Allah secara total (KWI, 1996: 138).

Yesus adalah hamba dan juga Putera Allah yang setia dalam ketaatan tanpa syarat melayani rencana penyelamatan Allah bagi umat manusia (Yoh 10: 18; 4: 34). Seluruh peristiwa yang terjadi dalam hidup Yesus Kristus termasuk di dalamnya: penderitaan, wafat, dan kebangkitan adalah rencana penyelamatan Allah “digenapi” menjadi nyata dan terwujud di tengah-tengah umat manusia (Groenen, 1979: 19).

d. Penderitaan karena penyakit

Orang sakit adalah orang yang tidak kuat mengurus hidupnya sendiri karena fisik atau badannya tidak mampu untuk melakukannya. Dalam keadaan seperti ini perhatian dan bantuan orang lain sungguh sangat membantu si sakit menjalani masa sakinya itu (Heru Ismadi. 1994 : 19). Penyakit kusta misalnya. Penyakit ini sangat menyiksa si penderita, dan seringkali orang yang menderita penyakit ini

diasingkan dari tempat kelahirannya sendiri. Hal ini sangat menyiksa batin dan kedalaman jiwa si penderita. Apakah mereka menginginkan penyakit tersebut? Tentu saja tidak. Tapi mengapa terkadang orang sering melihat orang lain dengan sebelah mata? Di manakah rasa hormat dan cinta kasihnya?

e. Bencana Alam

Budi Kleden (2006 : 18). memaparkan pemikiran Leibniz dan Immanuel Kant yang mengatakan penderitaan akibat bencana sebagai malum physicum yang artinya keburukan alamiah. Keburukan alamiah ini terletak pada kenyataan negative yang sangat merugikan tatanan kehidupan, misalnya seperti peristiwa gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan angin puting beliung.

Kembali kita diingatkan pada peristiwa meletusnya gunung merapi di kota Yogyakarta tahun 2010 lalu. Bencana ini meninggalkan kesedihan bagi para korban. Mereka harus kehilangan para kerabat, sahabat, dan juga harta benda. Peristiwa alam memang tidak dapat diprediksi oleh manusia, sama seperti rencana Allah yang tersembunyi di dalamnya.

Bencana merapi itu kutuk atau rahmat? Mungkinkah ini kutuk dari Allah atau berkat? Pertanyaan ini menjadi bahan refleksi bagi kita untuk menemukan makna dibalik musibah yang terjadi pada manusia.