• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAKSI

M. Luqman Hakim, 08230034. Universitas Muhammadiyah Malang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Pemerintahan. “Politik Anggaran Keuangan Desa (studi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) 2011 Desa Pakijangan, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan)”, Pembimbing I : Drs. Jainuri, M.Si; Pembimbing II : Drs. Achmadur Rifa’I, MAP.

Keberhasilan pengelolaan anggaran keuangan mempengaruhi pengambilan kebijakan dan penentuan pos-pos anggaran kegiatan, karena anggaran sebagai produk kebijakan dan komitmen-komitmen politik pada format penyelenggaraan pemerintahan. Anggaran juga berdampak pada aspek kehidupan masyarakat sebagai produk proses politik didalam penentuan pos anggaran Alokasi Dana Desa (ADD). Melalui anggaran dapat diketahui sejauhmana keseriusan pemerintah desa untuk dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat dapat berjalan dengan baik. Dalam beberapa kasus, salah satunya di Desa Pakijangan , dimana pengelolaan ADD seringkali memunculkan permasalahan sehingga muncul beberapa konflik kepentingan didalam anggaran, yakni kemana pos-pos anggaran akan dibagikan. Hal inilah yang seringkali disebut sebagai Politik Anggaran , dimana politik anggaran menjadikan anggaran sebagai proses politik sebagai arena perebutan sumberdaya publik yang memunculkan berbagai kepentingan yang mempengaruhi sepanjang proses anggaran. Sehingga dalam proses Anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) terjadi kerancuan dalam pengambilan kebijakan pos-pos program antara pemberdayaan masyarakat dan operasional pemerintah desa pada ADD di Desa Pakijangan yang membutuhkan pemahaman dan kesepahaman baik pemerintah desa maupun masyarakat sehingga tidak bertentangan dengan rencana dan program desa kedepan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan malalui observasi dan wawancaara serta dokumentasi. Setelah dilakukan pemeriksaan keabsahannya, data dianalisis dengan cara penyajian data sekaligus dianalisis dan penarikan kesimpulan.

Dari Hasil data yang diperoleh (1). Politik Anggaran dalam pengelolaan ADD di Desa Pakijangan Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan secara umum dilihat dari segi perimbangan kebijakan anggaran ADD berbeda pada setiap desa, hal ini dilihat dari permasalahan-permasalahan skala desa berbeda dengan desa lainnya. Alokasi Dana Desa pada tahap perencanaannya hampir selalu dipilihkan dari atas kebawah dan pelaksanaannya seringkali melalui mekanisme proyek. Meskipun pengusulannya dari tiap pedukuhan, dengan melibatkan RT/RW dan tokoh masyarakat setempat namun pada kenyataannya keputusan sepenuhnya ada di pemerintah daerah dan pemerintah desa, sehingga bukan tidak mungkin proyek yang datang kedesa bukanlah kehendak yang dibutuhkan masyarakat. Selain itu politik anggaran dapat digambarkan melalui mekanisme penyaluran pos-pos anggaran, dimana jika menaati PERMENDAGRI

Nomor 37 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa pada ADD yakni 70% untuk pos pemberdayaan masyarakat dan 30% untuk kuota belanja aparatur pemerintahan desa, namun kondisi yang terjadi di desa pakijangan kuota anggaran untuk pemberdayaan dan operasional pemerintah desa disama ratakan dengan kuota 50 % : 50% pada penyaluran pos anggarannya. Gambaran politik anggaran berikutnya dapat dipahami melalui perencanaan anggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran. Tahap perencanaan dilakukan dengan pelibatan peran serta elemen masyarakat yakni BPD, LPMD dan ketuan RT/RW dan Tokoh Masyarakat setempat yang hadir untuk menyampaikan kebutuhan disetiap pedukuhan dan RT yang nantinya ditampung untuk berikutnya dibahas mana yang massuk pada skala kebutuhan mengingat dana dengan anggaran kebutuhan tidak mampu untuk mencukupi semua kebutuhan. Tahap berikutnya tahap pelaksanaan, dimana kucuran dana ADD turun secara bertahap yakni 2 (dua) kali proses pencairan yakni semester 1 dengan total anggaran 50% dan semester 2 dari total anggaran yang diterima. Tahap terakhir tahap pertanggungjawaban dana ADD dengan membuat format laporan yang terperinci dan jelas melalui kwitansi-kwitansi belanja penggunaannya dan laporan berkala dan laporan akhir. Secara umum proses pengelolaan ADD melalui tahapan-tahap diatas dapat dikatakan cukup baik tetapi belum maksimal mengingat adanya kesenjangan antara porsi anggaran pemberdayaan dan operasional pemerintah desa. (2) Sedangkan Dampak atau hasil dari politik anggaran pengelolaan keuangan desa pada ADD di Desa Pakijangan Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan terlihat dengan adanya dampak positif program Alokasi Dana Desa, khususnya bagi masyarakat terutama pada perbaikan infrastruktur seperti jalan desa, sarana olahraga, sarana kesehatan dan sebagainya. Namun pada proses Alokasi anggarannya masih banyak terjadi kerancuan karena ketidakpahaman aparat desa dalam mengelola dana desa, terlebih terlibatnya sepanjang aktor-aktor kepentingan yakni Kepala Desa dengan Perangkat Desa, BPD dan LSM yang bermain dalam arena politik anggaran yang tujuannya ialah kepentingan didalam anggaran, yakni keberpihakan anggaran pada pos-pos program pemberdayaan yang lebih mampu dirasakan oleh masyarakat, ataupun pembangunan desa, ataukah lebih pada belanja aparatur desa yang justru diperbesar atau disamaratakan anggarannya.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

ABSTRACT

M. Luqman Hakim, 08230034. Muhammadiyah University of Malang. Faculty of Social and Political Sciences, Department of Government. "Financial Budget Politics Village (Village Fund Allocation Management studies (ADD) 2011 Pakijangan Village, District Wonorejo, Pasuruan)", Supervisor I: Drs. Jaenuri, M.Si; Advisor II: Drs. Achmadur Rifa'i, M.AP.

Successful management of the financial budget and policy decisions affect the determination of the activities budget items, because the budget as a product of policy and political commitments on governance format. The budget also affects aspects of people's lives as a product of the political process in determining the allocation of budget items Village Fund (ADD). Through the budget can know the extent of the seriousness of the village government to meet the needs and aspirations of the community can work well. In some cases, one in the village Pakijangan, where the management of ADD often raises issues that arise some conflict of interest within the budget, which is where the budget items to be distributed. This is what is often referred to as the Political Budget, which makes the budget as a budget politics as the arena of the political process that led to the seizure of public resources that affect various interests throughout the budget process. Thus, in the Village Fund Budget Allocation (ADD) a confusion in decision-making posts empowerment program between society and government operations in the village of village on ADD Pakijangan that requires understanding and understanding both the village and the people that do not conflict with the plans and programs of the village ahead .

The study was conducted using a qualitative approach with descriptive methods. Data was collected and wawancaara malalui observation and documentation.After checking its validity, the data were analyzed by means of data presentation as well as analyzed and conclusion.

The data obtained from (1). Budget Politics in the management of ADD in the Village District Pakijangan Wonorejo Pasuruan generally viewed in terms of balancing the budget policies ADD different on each village, it is seen from the village-scale problems is different from other villages. Allocation Fund Village at the planning stage is almost always chosen from the top down and often through the mechanism of the implementation project. Although pengusulannya of each hamlet, with the involvement of RT / RW and local community leaders, but in fact the decision is entirely in local government and village governments, so it is not likely that the project will come kedesa is not required by the community. Besides budget politics can be described by the distribution mechanism budget items, which, if obeyed Permendagri Number 37 Year 2007 concerning financial management guidelines village ADD 70%, for the post of community development and 30% for quota shopping village government officials, but the condition that occurs pakijangan quota village empowerment and operational budget for the village government is almost the same or 50%: 50% in postal

distribution budget. Political representation can be understood through the next fiscal budget planning, execution and budget accountability. The planning stage is done by involving the participation of elements of the community that is BPD, and ketuan LPMD RT / RW and local community leaders in attendance to present the needs of every hamlet and RT that will be accommodated for the next discussion which massuk on a scale given the funding needs with budget requirements can not afford to meet all needs. The next stage of the implementation phase, in which the funding of ADD fall gradually the 2 (two) times the melting process the semester 1 with a total budget of 50% and the 2nd half of the total budget received. The last stage stage ADD accountability of funds by making detailed report format and clear through use shopping receipts and periodic reports and final reports. In general, the process of managing ADD step through the stages above can be quite good but not optimally given the gap between the share of the budget and operational empowerment of village government. (2) While the impact or outcome of budget politics in rural financial management of ADD in the Village District Pakijangan Wonorejo Pasuruan seen by the positive impact of the Village Fund Allocation program, especially for people, especially on the improvement of infrastructure such as local roads, sports facilities, health facilities, etc. . But in the budget allocation process is still a lot of confusing because of lack of village officials in managing village funds, especially the involvement of all actors in the interests of the village chief with The Villages, BPD and NGOs play in the political arena budget whose purpose is interest within the budget, the alignments budget on items that are better able empowerment felt by the community, or rural development, or more to the shopping village officials who actually enlarged or generalized budget.

Pembimbing I Pembimbing II

Dokumen terkait