• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aliawati. 2003. Teknik analisis kadar amilosa dalam beras. Buletin Teknik Pertanian 8 (2):82-84

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Bahado-Singh PS, Riley CK, Wheatley AO, dan Lowe HI. 2011. Relationship between processing method and the glycemic indices of ten sweet potato cultivars commonly consumed in Jamaica. Journal of Nutr and Metabolism, Vol.2011.

Batki, A.D., Thomason H.L., Holder R., Nayyar P., dan Thorpe G.H.G. 2003. MDA Evaluation report: Bayer Esprit 2 Glucose Meter. MDA 02169. Februari 2003.

Behall KM, Scholfield DJ, dan Canary J. 2000. Effect of starch structure on glucose and insulin response in adult. Am J Clin Nutr., Vol. 47: 428-432 Belitz, H. D. dan W. Grosch. 1999. Food Chemistry. Springer. Berlin.

Fardiaz, D et al. 1984. Penuntun Praktikum Analisa Pangan. Bogor: Fakultas Teknologi Pangan, IPB.

Faridah, D.N. 2005. Kajian Sifat Fungsional Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus Bl) secara In Vivo pada Manusia. Laporan Akhir Penelitian Dosen Muda-IPB. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB

Fellows PJ. 2000. Food Processing Technology: Principles and Practice. 2nd Ed.

United States of America: Woodhead Publishing Limited and CRC Press LLC

Fernandes G, Velangi A, Wolever TMS. 2005. Glycemic index of potatoes commonly consumed in Noerth America. J Am Diet Assoc 105: 557-562. Hardjasasmita. 2010. Ikhtisar Biokimia Dasar D. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hartati NS dan Titik KP. 2003. Analisis Kadar Pati dan Serat. Yogyakarta:

Kanisius.

Karimah I. 2011. Nilai indeks glikemik bubur instan pati singkong dan bubur instan pati resisten singkong [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Kindo. 2011. Indeks Glikemik dan Manfaatnya. http://indodiabetes.com/apa-itu-glikemik-indeks-gi-dan manfaatnya [27 Februari 2012].

Maulana B. 2012. Pengaruh berbagai pengolahan terhadap indeks glikemik ubi jalar (Ipomea batatas) Cilembu [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Miller JCB. 1996. The GI Factor: The GI Solution Hodder and Stoughton. Australia: Hodder Headine Australia Pty Limited.

Mukhis F. 2003. Karakteristik Sifat Fisikokimia Tepung dan Pati Umbi Ganyong

(Canna edulis Kerr.) dan Suweg (Amophophalus campanulatus BI.) serta

sifat penerimaan α-amilase terhadap pati [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mustamir. 2011. Puasa Obat Dahsyat. Jakarta: PT Wahyumedia

Palupi. NS, Zakaria FR dan Prangdimurti E. 2007. Modul e-Learning ENBP, Bogor: Departemen Ilmu & Teknologi Pangan-Fateta-IPB

Parker R. 2003. Introduction to Food Science. Delmar. Thomson Learning. United States of America.

Pitodjo S. 2007. Suweg. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Powell KF, SHA Holt, MillerJCB. 2002. International table of glycemic index and glycemic load values.Am.J.Clin.Nutr.76 (1): 266S-73S

Prijatmoko D. 2007. Indeks glikemik satu jam postprandial bahan makanan pokok jenis nasi, jagung, dan kentang. Cermin Dunia Kedokteran vol 34

no. 6/159 (November 2007)

Ragnhild A.L., Asp N.L, Alexsen M, dan Rben A. 2004. Glicemic Index: relevance for health, dietary recommendation, and nutritional labeling. Scandinavian Journal of Nutrition. 482: 84-94.

Rasdiyanti RFK. 2011. Nilai indeks glikemik produk olahan sukun [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Reinauer H, Home PD, Kanagasabapathy AS, Heuck C. 2002. Laboratory diagnosis and monitoring of diabetes mellitus. Geneva: World Healt Organization.

Rimbawan dan Siagian A. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Rimbawan et al. 2006. Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara Pemberian Pangan terhadap Respons Glikemik pada Subyek Obes dan Normal (Jurnal Penelitian Ilmiah). Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB Bogor dan Departemen Gizi Fakultas Kedokteran USU Medan, dalam http://www.ejournal.usu.ac.id (Februari 2012).

Snell R. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6. Jakarta: Penerbit EGC

Sutanto. 2007. Menu Sehat. http//www.lucianasutanto.com [12 Januari 2012] Sudarmadji et al. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta:

Penerbit Liberty.

Udani JK, Singh BB, Baret ML, dan Preuss HG. 2009. Lowering glycemic index of white bread using white bean extract. Bio Med. [artikel ilmiah]. Central: Nutrition Journal.

Utami, A.R. 2008 Kajian Indeks Glikemik dan Kapasitas In Vitro Pengikatan Kolesterol dari Umbi Suweg dan Umbi Garut. [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB

Waspadji S. 2003. Indeks Glikemik Berbagai Makanan Indonesia. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

______. 2007. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. Wijayanti, S.N.A. 2010. Nilai indeks glikemik produk olahan jagung manis (Zea

mays sacchararata Sturt) varietas diamond sweet [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

______. 1999. Minyak Goreng dalam Menu Masyarakat. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor.

Wolever TMS et al. 2008. Measuring the glycemic index of foods: Interlaboratory study. Am J Clin Nutr., Vol. 87: 247S-57S.

Wylio. 2011. Indeks Glikemik: Arti dan Manfaatnya. http://majalahkesehatan.com [29 Februari 2012].

Lampiran 1. Cara Pengolahan Suweg Goreng, Suweg Kukus, dan Suweg Rebus

1. Suweg Goreng

Suweg terlebih dahulu dikupas kulitnya. Suweg dipotong-potong dengan bentuk dadu yang berukuran 2x2 cm. Suweg sebanyak 250 gram digoreng setelah minyak panas sebanyak 200 ml dan memiliki suhu ± 70ºC. Setelah matang dan berwarna agak kuning kecoklatan, kemudian suweg ditiriskan. Diagram alir proses pembuatan suweg goreng dapat dilihat di bawah ini.

2. Suweg Kukus

Suweg terlebih dahulu dikupas kulitnya. Suweg dipotong-potong dengan bentuk dadu yang berukuran 2x2 cm. Suweg sebanyak 250 gram dikukus dalam panci pengukus. Suweg dimasukkan setelah air (700 ml) dalam panci pengukus mendidih. Setelah matang kemudian suweg ditiriskan. Diagram alir proses pembuatan suweg kukus dapat dilihat di bawah ini.

3. Suweg Rebus

Suweg terlebih dahulu dikupas kulitnya. Suweg dipotong-potong dengan bentuk dadu yang berukuran 2x2 cm. Suweg sebanyak 250 gram direbus dalam panci. Suweg dimasukkan setelah air (700 ml) dalam panci mendidih. Setelah

Suweg dikupas kulit

Dipotong

Digoreng

Suweg yang sudah matang ditiriskan

Suweg dikupas kulit

Dipotong

Dikukus

matang kemudian suweg ditiriskan. Diagram alir proses pembuatan suweg rebus dapat dilihat di bawah ini.

Suweg dikupas kulit

Dipotong

Direbus

Lampiran 2 Uji Proksimat

a. Analisis Kadar Air dengan Metode Oven Biasa (Fardiaz et al 1984)

Cawan alumunium dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105ºC selama kurang lebih 30 menit sampai diperoleh bobot tetap. Dinginkan dalam desikator sampai dingin (sekitar 30 menit). Bahan ditimbang bersama cawan seberat 2 gram, kemudian keringkan dalam oven pada suhu 100-105ºC selama 3-5 jam sampai diperoleh bobot tetap. Dinginkan dalam desikator sampai dingin (sekitar 30 menit). Diagram alir analisis kadar air dengan metode oven biasa dapat dilihat di bawah ini.

Perhitungan:

Keterangan:

B = Berat contoh (gram)

B1 = Berat (sampel + cawan) sebelum dikeringkan B2 = Berat (sampel + cawan) setelah dikeringkan

b. Analisis Kadar Abu (Sulaeman et al 1995)

Bahan ditimbang sebanyak 3 gram dalam cawan, kemudian dibakar di atas api Bunsen sampai tidak berasap. Setelah itu, dimasukkan ke dalam tanur dan pengabuan dilakukan dalam dua tahp, yaitu pengabuan pada suhu 450ºC, kemudian dinaikkan menjadi 550ºC. pengabuan dilakukan sekitar 2-3

% Kadar Air (basis basah) = {(B1-B2)/B} x 100% Cawan alumunium

Dikeringkan dalam oven, suhu 100-105ºC, ±30 menit, sampai bobot tetap

Dinginkan dalam desikator, ±30 menit

Bahan ditimbang bersama cawan seberat 2 g

Dikeringkan dalam oven, suhu 100-105ºC, 3-5 jam, sampai bobot tetap

jam. Dinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh berat tetap. Berikut ini diagram alir analisis kadar abu.

Perhitungan:

c. Analisis Kadar Lemak dengan Metode Ekstraksi Soxhlet (Fardiaz et al

1984)

% Abu = {Berat Abu (g)/Berat Sampel (g)} x 100% Bahan ditimbang 3 g dalam cawan

Dibakar di atas api Bunsen sampai tidak berasap

Dimasukkan ke tanur Pengabuan selama 2-3 jam

Pengabuan suhu 450ºC

Dinaikkan menjadi 550ºC

Dinginkan dalam desikator, ditimbang hingga berat tetap

Labu lemak dikeringkan dalam oven, suhu 105ºC selama 3 jam

Didinginkan dalam desikator, ±15 menit. Ditimbang (A)

5 g sampel (S) ditimbang dalam saringan timbel. Ditutup dengan kertas saring bebas lemak

Pelarut lemak dimasukkan ke dalam labu lemak

Timbel dimasukkan ke dalam ekstraksi soxhlet.

Labu disuling kemabali. Labu lemak diangkat.

Dikeringkan dalam oven suhu 105ºC, sampai berat tetap. Didinginkan dalam desikator selama 20-30 menit. Ditimbang (B)

Kadar lemak ditentukan dengan Metode ekstraksi Soxhlet. Labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ºC selama 3 jam, kemudian didinginkan dalam desikator (15 menit) dan ditimbang (A). sampel (S) sebanyak 5 gram ditimbang dalam saringan timbel dan ditutup dengan kertas saring yang bebas lemak. Pelarut lemak, dimasukkan ke dalam labu lemak dan juga timbel dimasukkan ke dalam ekstraksi Soxhlet. Labu disulingkan kembali dan labu lemak diangkat serta dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC sampai berat tetap. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 20-30 menit dan ditimbang (B).

Perhitungan:

d. Analisis Kadar Protein dengan Metode Kjedhal (Fardiaz et al 1984)

Sampel ditimbang dalam labu kjedhal sebanyak 0.1-0.2 gram. Selain itu ditambahkan juga 0.5 gram selenium mix dan 7 mL asam sulfat pekat. Sampel kemudian didestruksi sampai diperoleh larutan berwarna jernaih kehijauan dan uap SO2 hilang. Kemudian hasil didestruksi ditambahkan aquades dan dimasukkan ke dalam labu destilasi. Destilasi ditampung dalam 20 mL larutan asam borat 3%, lalu dititras8i dengan HCl standar (indikator metal merah). Diagram alir analisis kadar protein dengan metode Kjedhal dapat dilihat di bawah ini.

Perhitungan:

% Lemak = {(B-A)/S} x 100%

% Kadar Protein = (mL titrasi x 14 x N HCl x 6.25)/(mg contoh) Sampel 0.1-0.2 g dalam labu kjedhal

Ditambahkan selenium mix 0.5 g dan 7 ml as. sulfat pekat

Didestruksi sampai diperoleh larutan berwarna kehijauan dan uap SO2 hilang.

Ditambahkan aquades. Dimasukkan dalam labu destilasi

Destilasi ditampung dalam 20 ml as. borat 3%

e. Analisis Kadar Karbohidrat dengan Metode Carbohydrate by Difference

(Winarno 2008)

Lampiran 3 Analisis kadar serat metode enzimatik (Fardiaz et al 1984)

a. Analisis kadar serat pangan total

Blanko :

Blanko untuk serat yang tidak larut dan serat yang larut diperoleh seperti prosedur untuk sampel tetapi tanpa sampel (B1 dan B2)

Perhitungan :

Kadar serat pangan larut Kadar serat pangan tidak larut

Kadar serat pangan = serat pangan larut – serat pangan tidak larut ± 1 gr sampel (A) + 0.1 ml Enzym Thermamyl dipanaskan 80oC 15 menit didinginkan + 25 ml Buffer Phospat pH 6.0 + 1 ml suspensi Pepsin diatur pH menjadi 1.5 dg HCl 4N diatur pH menjadi 6.8 dengan NaOH 4N diinkubasi 37OC selama 1 jam diinkubasi 37 OC selama 1 jam + 1 ml Suspensi Pankreatin diatur pH menjadi 4.5 dengan HCl 4 N 10.47 gr NaH2PO4 anhydrat + 1.80 gr NaH2PO4 anhydrat diencerkan menjadi 1000 ml dengan akuades atau 13.27 gr NaH2PO4 2H2O + 2.21 gr NaH2PO4 2H2O diencerkan menjadi 1000 ml dengan akuades 334.4 ml HCl 37% atau 494.9 ml HCl 25% diencerkan menjadi 1000 ml dengan akuades 1 gr Pepsin + 10 ml akuades pH 1.5 (0.1 gr pepsin / ml) 160 gr NaOH dilarutkan menjadi 1000 ml dengan akuades 1 gr pankreatin + 10 ml akuades (0.1 gr pankreatin/ml)

diekstraksi lemak dengan Soxhlet dihomogenkan dan diliofilisasi

Sampel dihaluskan

Karena sampel ditimbang dalam keadaan tanpa lemak

dan air maka bentuk konversi untuk mencari

berat sampel semula (sbg A) adalah : (Berat sampel x 100) /

(100-(kadar lemak+kadar Air))

b. Analisis kadar serat pangan larut

Filtrat

didinginkan dipanaskan dalam Oven 105OC selama 1 – 3 jam Kertas Saring Whatman

40

disaring dengan bantuan

vakum Timbang (F)

dicuci dengan 50 ml Ethanol 78 % dibilas dengan akuades

didinginkan dipanaskan dalam Oven

105OC

dicuci dengan Aceton

Dimasukan dalam cawan poselen dan diarangkan

ditimbang (G) Didinginkan

dipanaskan dalam Oven 105OC selama 1 – 3 jam

Cawan Porselen

ditimbang (H)

didinginkan diabukan dalam Tanur

550OC

ditimbang (I)

Serat Makanan Larut (%)

(( G - F) - ( I - H ))-Blanko =--- x 100 A

A= Berat sampel

F= Berat kertas saring kosong

G= Berat Kertas saring + residu setelah di oven H= Berat cawan porselen kosong

I= Cawan porselen + abu setelah ditanur Residu dalam kertas

saring

821 ml Ethanol teknis 95% diencerkan sampai 1000 ml dengan akuades ditambah 400-500 ml

Ethanol 95% (teknis) lalu panaskan sampai 60oC

dlm waterbath didiamkan selama 1 jam

c. Analisis kadar serat pangan tidak larut Larutan sampel pH 4.5

didinginkan dipanaskan dalam Oven 105OC selama 1 – 3 jam Kertas Saring Whatman 40

disaring dengan bantuan

vakum ditimbang (B)

dicuci dengan 50 ml Ethanol 78 %

dibilas dengan akuades

didinginkan dipanaskan dalam Oven

105OC

dicuci dengan Aceton

Dimasukan dalam cawan porselen dan diarangkan

ditimbang (C) didinginkan dipanaskan dlm Oven 105OC selama 1 – 3 jam Cawan Porselen ditimbang (D) Didinginkan diabukan dlmTanur 550OC ditimbang (E)

Residu dalam kertas saring Filtrat Dilanjutkan ke kadar Serat Makanan Larut

821 ml Ethanol teknis 95% diencerkan sampai 1000 ml dg akuades

Lampiran 4 Metode Analisis Derajat Gelatinisasi

Ditimbang masing-masing sampel sebanyak 1 gram. Pada perlakuan pertama, 1 gram sampel ditambahkan dengan aquades 100 mL, kemudian diblender selama 1 menit dan hasilnya dipipet sebanyak 10 mL. pada perlakuan kedua, 1 gram sampel ditambahkan dengan aquades 65 mL, kemudian diblender 1 menit dan ditambahkan 5 mL NaOH 10 M. setelah itu dikocok dengan

labomixer 5 menit dan dipipet 10 mL. masing-masing perlakuan sampel tersebut di-sentrifuge selama 15 menit pada 3500rpm.

Sampel yang telah disentrifuge (supernatan) kemudian dipipet masing-masing sebanyak 0.5 mL. Supernatan pada perlakuan pertama dipipet sebanyak 0.5 mL ditambahkan 0.5 mL HCl 0.5 M dan 9 mL aquades. Sampel tersebut dikocok dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm (A). Supernatan pada perlakuan pertama dipipet sebanyak 0.5 mL ditambahkan 0.5 mL HCl 0.5 M dan 0.1 mL larutan iod serta 8.9 mL aquades. Sampel tersebut dikocok dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm (B).

Supernatan pada perlakuan kedua dipipet sebanyak 0.5 mL ditambahkan 0.5 mL HCl 0.5 M dan 9 mL aquades. Sampel tersebut dikocok dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm (C). Supernatan pada perlakuan kedua dipipet sebanyak 0.5 mL ditambahkan 0.5 mL HCl 0.5 M dan 9 mL aquades. Sampel tersebut dikocok dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm (D). Diagram alir analisis derajat gelatinisasi metode IRRI (1987) dapat dilihat pada Gambar 9.

Keterangan:

A : sebagai blanko pembacaan untuk B C : sebagai blanko pembacaan untuk D Perhitungan:

ditimbang 1 g sampel ditimbang 1 g sampel Ditambah aquades 100 ml diblender 1 menit Ditambah aquades 95 ml diblender 1 menit + 5 ml NaOH 10 M

Dikocok dengan labomixer 5 menit

dipipet 10 ml disentrifuge 15 menit 3500 rpm dipipet 10 ml disentrifuge 15 menit 3500 rpm + supernatan 0.5 ml + supernatan 0.5 ml + supernatan 0.5 ml + supernatan 0.5 ml + 0.5 ml HCl 0.5 M 0.1 ml larutan iod 0.1 N + aquades 8.9 ml

dikocok & dibaca pada λ 625 nm

B + 0.5 ml HCl 0.5

M

+ aquades 9 ml

dikocok & dibaca pada λ 625 nm A + 0.5 ml HCl 0.5 M 0.1 ml larutan iod 0.1 N + aquades 8.9 ml

dikocok & dibaca pada λ 625 nm

D + 0.5 ml HCl 0.5

M

+ aquades 9 ml

dikocok & dibaca pada λ 625 nm

Lampiran 5 Analisis kadar amilosa metode spektrofotometer Sampel dihaluskan ditimbang ± 0.1 gr dalam tabung reaksi + 1 ml Ethanol 95 % + 9 ml NaOH 1 N Persamaan Regresi Y = a + bx X = (Y-a)/b X x faktor pengencer % Amillosa =---x100 berat sampel (mg)

dipanaskan dlm air mendidih selama 10 menit

ditimbang 100 mg Amilosa dimasukkan dlm tb reaksi

dipanaskan dalam air 100OC + 1 ml Ethanol p.a

+ 9 ml NaOH 1 N

dipindahkan ke labu 100 ml

dibilas dan diencerkan sampai tera 0 ml + 2 ml CH3COOH 1N + 3 ml Lar. Iod 1.5 ml+2ml CH3COOH 1N + 3 ml Lar. Iod 1 ml + 2 ml CH3COOH 1N + 3 ml Lar. Iod 0.5ml+2ml CH3COOH 1N +3ml Lar. Iod 0.25ml+2ml CH3COOH 1N +3ml Lar. Iod

ditera sampai 100 ml dengan akuades dikocok dan dibiarkan selama 20 menit

dibaca pada λ 625 nm Kurva standar dipindahkan ke labu ukur 100

ml dan tera dg akuades

dikocok

dipipet 25 ml dalam labu 50 ml

diencerkan sampai tera , dikocok dan diamkan 20 menit

+ 2 ml CH3COOH 1 N + 3 ml larutan Iod

Lampiran 6Informed Consent

Surat Persetujuan Untuk Berpartisipasi Dalam Penelitian

(INFORMED CONSENT)

PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP NILAI INDEKS GLIKEMIK BEBERAPA PANGAN LOKAL SUMBER KARBOHIDRAT

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Setelah memperoleh penjelasan tentang tujuan, manfaat, prosedur, dan kemungkinan risiko, serta jawaban atas pertanyaan saya yang diberikan oleh tim peneliti pada penelitian NILAI INDEKS GLIKEMIK PANGAN OLAHAN BERBASIS SUWEG, GEMBILI, DAN PISANG KEPOK UNTI SAYANG maka saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ...

Jenis Kelamin : ……….

Umur : ………...

Alamat : ...

dengan ini menyatakan dengan penuh kesadaran bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut di atas dan bersedia untuk menjalani pemeriksaan darah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam penelitian NILAI INDEKS GLIKEMIK PANGAN OLAHAN BERBASIS SUWEG, GEMBILI, DAN PISANG KEPOK UNTI SAYANG, dengan catatan semua data mengenai diri saya dirahasiakan. Selanjutnya, bila suatu ketika, dalam masa penelitian, saya merasa dirugikan karena penelitian ini, saya berhak mengundurkan diri dari keterlibatan saya serta membatalkan persetujuan ini, tanpa sanksi apa pun dan dari pihak manapun. Bogor, ………, 2012

Mengetahui, Yang Menyetujui, Penanggungjawab Kegiatan Peserta Kegiatan, DR. Rimbawan (……….)

Lampiran 7 Dokumentasi

Umbi Suweg Suweg mentah

Suweg rebus Suweg kukus

Lampiran 8 Contoh Perhitungan Pangan Uji yang Diberikan

Misal pangan uji adalah suweg kukus

% karbohidrat by difference (bb) = 100% - %(air + abu + lemak + protein) = 100% - %(73.61+ 6.70+ 5.38+ 0.27) = 23.08 %

% karbohidrat tersedia (bb) = %karbohidrat by difference (bb) – serat pangan total (bb) = 23.08 % - 7.66%

= 15.42 %

Jumlah suweg kukus yang diberikan (g) = 100 x 25 % karbohidrat tersedia = 100 x 25

15.42 % = 162 g

Lampiran 9 Uji Ragam Anova

Descriptives

IG

N Mean Std. Deviasi Std. Error

Mean pada selang kepercayaan 95%

Minimum Maksimum Batas Bawah Batas Atas

kukus 10 37.3630 15.01573 4.74839 26.6214 48.1046 18.31 71.61 rebus 10 45.5816 17.65564 5.58320 32.9515 58.2117 15.82 72.65 goreng 10 24.6788 8.01661 2.53507 18.9441 30.4136 9.66 35.34 Total 30 35.8745 16.22154 2.96163 29.8173 41.9317 9.66 72.65 ANOVA IG

Jumlah kuadrat df Mean kuadrat F Sig. Between Groups 2217.871 2 1108.936 5.531 .010 Within Groups 5413.137 27 200.487 Total 7631.008 29 IG Duncan pengolahan N alpha = 0.05 1 2 goreng 10 24.6788 kukus 10 37.3630 37.3630 rebus 10 45.5816 Sig. .055 .205

Dokumen terkait