• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akbar, R. 2013. Pengantar Falsafah Sains. Environmental Marketing pada Ekowisata Pesisir. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Akliyah, L. S. dan M. Z. Umar. 2013. Analisis Daya Dukung Kawasan Wisata

Pantai Sebanjar Kabupaten Alor dalam Mendukung Pariwisata yang Berkelanjutan.

Alam, A. S. N. 2009. Kajian Sumberdaya Setu Bababkan untuk Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arikunto, M. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Armos, N. H. 2013. Studi Kesesuaian Lahan Pantai Wisata Boe desa Mappakalompo Kecamatan Galesong Ditinjau Berdasarkan Geofisik. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Bratadiredja, R. R. 2010. Kajian Pengelolaan Sumberdaya Alam Danau Situgunung untuk Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Davies, J. dan C. C. Frederich. 1995. Manfaat Lahan Basah, Potensi Lahan Basah dalam Mendukung dan Memelihara Pembangunan [Terjemahan dari Wetland Benefit: The Potential for Wetlands to Support and Maintain Development]. Nirarita, E. dan Baehaqie, A. (Penerjemah). Asian Wetland Bureau Publication No. 87. Bogor. xiii+52 hlm.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisus. Yogyakarta.

English, S., Wilkinson. dan V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. ASEAN-Australian Marina Science Project. Living Coastal Resources. Australian Institut of Marine Science.

Enggraini, R. 2011. Kajian Sumberdaya Danau untuk Pengembangan Wisata Danau Diatas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Erkus, H.¸ Ozturk. dan A. Eraydin. 2010. Environmental Governance for Sustainable Tourism Development. Collaborative Networks and Organisation Building in The Antalya Tourism Region. Tourism Management. Elsevier.

Inskeep, E. 1991. Tourism Planning: an Integrated and Sustainable Development Approach. Van Nostrand Reinhold. New York.

Irawan, B. P. U., A. Mulyadi. dan Elizal. 2014. Marine Ecotourism Potential of Sironjong Gadang Island Pesisir Selatan Regency of West Sumatra Province. 1(2). ISSN : 2355-6900.

Kumurur, V. A. 2002. Aspek Strategis Pengelolaan Danau Tondano secara Terpadu. Jurnal EKOTON, 2(1):73-80. ISSN : 1412-3487.

Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004. Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti. Jakarta.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. [Terjemahan dari Marine Biology an Ecological Approach]. H. M. Eidman, D. G. Bengen, Malikusworo, H., dan Sukristijono S. (Penerjemah). Gramedia. Jakarta.

Pragawati, B. 2009. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Pantai Binangun, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sari, T. E. Y., dan Usman. 2012. Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah Penangkapan Ikan Perairan Selat Asam Kabupatrn Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 17(1):88-100.

Soemarwoto, O. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. IMAGRAPH. Jakarta.

Sumampouw. 2000. Ekosistem Pantai Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. ISBN: 978-602-17001-1-2.

Tambunan, J. M., S. Anggoro. dan H. Purnaweni. 2013. Kajian Kualitas Lingkungan dan Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung Pesona Kabupaten Bangka.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Yulianda, F. 2004. Pedoman Analisis Penentuan Status Kawasan Konservasi Laut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

56

Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. [Makalah]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yulianda, F. 2010. Konsep Ekowisata Perairan Suatu Pendekatan Ekologis. [Makalah]. Departemen Manajemen Sumberdaya perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2016 di Pantai Pasir Putih Parbaba, Desa Hutabolon, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak antara 2º41ʹ36,78ʺ LU dan 98º41ʹ22,9128ʺ LS (Gambar 2).

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning

System (GPS), kamera, alat tulis, bola duga, stopwatch, secchi disk, dan tali

plastik (Lampiran 1).

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, dan data sekunder dari

16

Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Samosir. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi pengambilan sampel adalah purpossive sampling. Pertimbangan menggunakan metode ini karena

purpossive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan

pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menempati suatu tempat untuk melakukan kegiatan wisata.

a. Stasiun 1

Stasiun 1 terletak di bagian Timur Pantai Pasir Putih Parbaba yang secara geografis terletak pada 2º41ʹ39,16ʺ LU dan 98º41ʹ23,13ʺ LS. Daerah ini merupakan daerah perbatasan Pantai Pasir Putih Parbaba dan terdapat tali pembatas tegak lurus dengan tepi danau. Pengunjung dapat melakukan aktivitas memancing, berperahu dan banana boat. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.

b. Stasiun 2

Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Pasir Putih Parbaba yang secara geografis terletak pada 2º41ʹ36,78ʺ LU dan 98º41ʹ22,9128ʺ LS. Pada daerah ini lebih banyak pengunjung melakukan kegiatan wisata seperti berperahu, sepeda air, banana boat dan duduk santai menikmati pemandangan alam dibandingkan dengan stasiun 1. Kondisi di stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Stasiun 2

c. Stasiun 3

Stasiun 3 terletak di bagian Barat Pantai Pasir Putih Parbaba yang secara geografis terletak pada 2º41ʹ35,33ʺ LU dan 98º41ʹ23,19ʺ LS. Pada daerah ini terdapat pelabuhan atau bersandarnya kapal dan aktivitas wisata yang dilakukan berenang dan berperahu. Kondisi di stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5.

18

Gambar 5. Stasiun 3

Teknik Pengumpulan Data Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, wawancara dan kuisioner. Observasi lapangan yaitu meninjau langsung kondisi lokasi lapangan dengan melakukan pengukuran terhadap kondisi fisik perairan, pengamatan fauna, dan vegetasi yang ada di kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba. Wawancara dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada pengunjung dan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar tempat wisata untuk mengetahui persepsi wisatawan dan masyarakat terhadap kondisi kawasan wisata Pantai Pasir Putih Parbaba. Teknik pengumpulan data dilapangan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi pustaka seperti buku-buku penunjang, jurnal, dan penelitian-penelitian sebelumnya untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data penunjang yang diperlukan dalam penelitian ini.

Penentuan Responden

Metode yang digunakan dalam penentuan responden adalah metode dengan melakukan kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai persepsi masyarakat, sarana dan prasarana, isu dan permasalahan, serta kebijakan dan dampak pengelolaan. Menurut Arikunto (2002), jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 orang maka lebih baik semuanya sebagai sampel dan jika lebih dari 100 orang maka sampel dapat diambil antara 10-15 % sebagai ukuran sampel. Rumus Slovin diacu Sumampouw dkk., (2000) yang digunakan, yaitu:

Keterangan:

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi

e = Margin error yang diperkenankan (10% - 15%)

Analisis Data

Pengukuran Parameter Fisik Perairan a. Kecerahan

Pengukuran kecerahan (meter) ditentukan dengan menggunakan secchi

disk dan dilakukan pada siang hari ketika matahari cerah. Metode yang digunakan

sesuai dengan yang tercantum dalam English dkk., (1994) yaitu secchi disk diturunkan ke perairan sampai pada kedalaman tertentu saat secchi disk tersebut mulai hilang dari pandangan mata (D1), kemudian secchi disk ditarik lagi ke atas sampai mulai terlihat (D2).

Setelah didapatkan nilai D1 dan D2, maka kecerahan perairan dapat dihitung dengan persamaan (Yulianda, 2007):

20

Keterangan :

K : Kecerahan secchi

D1 : Kedalaman perairan saat keping secchi mulai tidak terlihat D2 : Kedalaman perairan saat keping secchi mulai terlihat b. Kecepatan Arus

Kecepatan arus yang diukur adalah kecepatan arus permukaan perairan saja. Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan bola duga bertali yang memiliki skala ukuran panjang 5 meter. Bola duga diletakkan di permukaan perairan, kemudian dicatat waktu tempuh bola duga (t) sampai jarak 5 meter (S) dengan menggunakan stopwatch. Kecepatan arus (V) perairan dapat diketahui dengan menggunakan persamaan umum berikut (Yulianda, 2007) :

Keterangan :

v : Kecepatan arus (m/s) s : Jarak yang ditempuh (m) t : Waktu tempuh (detik) c. Kedalaman

Kedalaman perairan (meter) ditentukan dengan menggunakan tali plastik yang diberikan pemberat. Tali plastik yang telah diberi ukuran dimasukkan tegak lurus permukaan ke dalam perairan hingga pertama kali menyentuh substrat. Pengukuran kedalaman disesuaikan dengan kesesuaian sumberdaya untuk setiap kegiatan wisata. Kemudian skala dicatat sebagai data kedalaman perairan yang dinyatakan dalam meter (m).

d. Warna

Warna dan bau perairan diamati dengan cara visual (langsung) berdasarkan indera penglihatan.

e. Bau

Bau perairan diamati dengan cara visual (langsung) berdasarkan indera penciuman.

Analisis Kesesuaian Wisata

Kegiatan wisata yang telah disediakan atau akan dikembangkan di suatu kawasan mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang disesuaikan antara peruntukannya dengan potensi sumberdaya yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Hal ini dapat dianalisis dengan menggunakan analisis kesesuaian wisata (Yulianda, 2010).

Berdasarkan Yulianda (2007) persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah :

Keterangan :

IKW : Indeks Kesesuaian Wisata

Ni : Nilai parameter ke-i (bobot x skor)

Nmaks : Nilai maksimum dari suatu kategori wisata i : Parameter kesesuaian

22

Analisis kesesuaian wisata danau diperoleh berdasarkan pertimbangan masing-masing parameter yang berbeda dalam kategori wisata tersebut (Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4).

Tabel 1. Parameter Kesesuaian Sumberdaya untuk Berperahu

No. Parameter Bobot Kategori Skor

1. Kedalaman perairan (m) 5 2 ≤ x < 3 3 < x ≤ 5 1 < x ≤ 3;5-10 x ≤ 1 / x > 10 3 2 1 0 2. Kecepatan arus (m/s) 5 0 < x ≤ 0,15 0,15 < x ≤ 0,30 0,30 < x ≤ 0,45 x > 0,45 3 2 1 0

3. Bau 3 Tidak berbau

Sedikit berbau Berbau Sangat berbau 3 2 1 0

4. Warna perairan 1 Hijau jernih

Hijau Hijau kecoklatan Hitam 3 2 1 0 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007), Yulianda (2010)

Tabel 2. Parameter Kesesuaian Sumberdaya untuk Sepeda Air No. Parameter Bobot Kategori

Baik Skor Kategori Cukup Baik Skor Kategori Buruk Skor 1. Warna perairan

5 Hijau jernih 3 Hijau kecoklatan 2 Cokelat kehitaman 1 2. Bau 5 Tidak berbau

3 Sedikit berbau 2 Berbau 1

3. Kedalaman perairan (m) 4 1 ≤ x ≤3 3 3 < x ≤5 2 x < 1; x > 5 1 4. Kecepatan arus (m/s) 3 0 < x ≤ 0,15 3 0,15 < x ≤ 0,30 2 0,30 < x ≤ 0,50 1 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007) diacu oleh Alam (2009)

Tabel 3. Parameter Kesesuaian Sumberdaya untuk Duduk Santai

No. Parameter Bobot Kategori Skor

1. Lebar tepi danau 1

x ≥ 8 4 ≥ x < 8 1 ≤ x < 4 < 1 3 2 1 0 2. Pemandangan 5

Danau, hutan, pegunungan, sungai

2 s.d 3 dari 4 pemandangan Satu dari 4 pemandangan

Tidak ada pemandangan

3 2 1 0

3. Vegetasi yang hidup

di tepi danau 5

Jumlah jenis pohon ≥ 4 Jumlah jenis pohon 2-3

Jumlah jenis pohon 1 Semak belukar 3 2 1 0 4. Hamparan dataran 3 Rumput / pasir Berbatu Tanah liat Lumpur 3 2 1 0 5. Biota berbahaya 3 Tidak ada 1 jenis 1 s.d 3 jenis Lebih dari 3 jenis

3 2 1 0 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007), Yulianda (2010)

Tabel 4. Parameter Kesesuaian Sumberdaya untuk Berenang No. Parameter Bobot Kategori

S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor 1. Kedalaman perairan (m) 5 0 - 3 3 > 3 - 6 2 > 6 - 10 1 2. Material dasar perairan 5 Pasir 3 Pasir berbatu 2 Pasir berlumpur 1 3. Kecepatan arus (m/s) 5 0 - 0,17 3 0,17 – 0,34 2 0,34 – 0,51 1 4. Lebar danau (m) 3 > 15 3 10 - 15 2 3 - < 10 1 5. Kecerahan perairan (m) 3 > 6 - 10 3 > 3 - 6 2 0 - 3 1 6. Biota berbahaya

3 Tidak ada 3 1 jenis 2 1 s.d 3

jenis

1 Sumber: Hasil Modifikasi Yulianda (2007)

Nilai parameter ke-i (Ni) merupakan hasil perkalian antara bobot dan skor dari suatu parameter yang telah diukur. Nilai maksimum dari suatu kategori wisata (Nmaks) merupakan hasil perkalian antara bobot dan skor maksimum dari

24

suatu parameter. Nilai maksimum untuk wisata perahu adalah 42, untuk duduk santai adalah 51, untuk wisata sepeda air adalah 51, untuk wisata berenang adalah 72. Kemudian dihitung tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh dengan menjumlahkan nilai dari seluruh parameter.

Nilai indeks kesesuaian wisata yang diperoleh akan dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat, dan tidak sesuai. Untuk menilai kategori kesesuaian wisata dapat dilihat Tabel 5.

Tabel 5. Kategori Kesesuaian Wisata

No. Kategori Nilai Kesesuaian Wisata

1. Sangat Sesuai (S1) 83 - 100 %

2. Sesuai (S2) 50 - < 83 %

3. Sesuai Bersyarat (S3) 17 - < 50 %

4. Tidak Sesuai (TS) < 17 %

Sumber: Bratadiredja (2010)

Penilaian Kesesuaian Wisata untuk Kategori Banana Boat

Penilaian kesesuaian sumberdaya untuk kegiatan banana boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk

banana boat dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Matriks Kesesuaian Sumberdaya untuk Banana Boat

No. Parameter Kategori Penelitian Bobot Nilai (Skor) 1. Kedalaman (m) S1 : > 8 S2 : > 4-8 S3 : < 4 5 3 2 1 2. Kecepatan arus (m/s) S1 : 0-0,15 S2 : > 0,15-0,40 S3 : > 0,40 3 3 2 1 Sumber : Yulianda (2007) diacu oleh Irawan dkk., (2014)

Penentuan indeks kawasan wisata berdasarkan perhitungan total nilai maksimum dan minimum serta interval skor. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), dan S3 (tidak sesuai) (Tabel 7).

Tabel 7. Kategori Kesesuaian Wisata Banana Boat

No. Kategori Nilai Kesesuain Wisata

1. Sangat Sesuai (S1) 18,7 – 24

2. Sesuai (S2) 13,3 – 18,6

3. Tidak Sesuai (S3) < 13,3

Sumber: Yulianda (2007) diacu oleh Irawan dkk., (2014)

Daya Dukung Kawasan

Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) :

Keterangan :

DDK : Daya Dukung Kawasan

K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu

Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari

Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis daya dukung kawasan dan luas area dalam melakukan suatu kegiatan wisata dihitung untuk mengetahui kemampuan kawasan menampung wisatawan seperti pada Tabel 8.

26

Tabel 8. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt)

No. Jenis Kegiatan K

(Ʃ Pengunjung) Unit Area (Lt)

Keterangan

1. Berperahu 1 500 m2 1 orang setiap 100 m x

5 m panjang danau

2. Sepeda air 2 500 m2 2 orang (1 sepeda air)

untuk mengelilingi danau sebesar 100 m x 5 m

3. Duduk santai 1 5 m 1 orang membutuhkan

ruang sepanjang 5 m

4. Berenang 1 50 m2 1 orang setiap 10 m x 5

m panjang danau 5. Banana boat 1 625 m2 1 orang setiap 62,5 m x

10 m panjang danau Sumber: Modifikasi Yulianda (2007) diacu oleh Alam (2009)

Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Pantai Pasir Putih Parbaba dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda-beda bergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata

No. Kegiatan Waktu yang

dibutuhkan Wp (jam)

Total waktu 1 hari Wt (jam) 1. Berperahu 0,50 8 2. Sepeda air 0,50 8 3. Duduk santai 2 8 4. Berenang 2 4 5. Banana boat 1 8

Sumber: Modifikasi Yulianda (2007) diacu oleh Alam (2009)

Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan

Analisis mengenai persepsi wisatawan digunakan untuk mengetahui tingkat keindahan dan kenyamanan objek wisata di Pantai Pasir Putih Parbaba. Tingkat keindahan dan kenyaman menurut Yulianda (2004), dibagi atas keindahan dan kenyaman lokasi wisata.

Penilaian terhadap keindahan kawasan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan (kuisioner) yang ditujukan kepada masyarakat setempat dan wisatawan. Keindahan yang dinilai adalah keindahan alami, tidak termasuk buatan manusia. Secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus (Yulianda, 2004):

Keterangan:

ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden

Ka : Nilai keindahan alam (%)

Kriteria/ nilai keindahan alam: Ka ≥ 75% : Indah (3)

40 ≤ Ka ≤ 75% : Cukup Indah (2) Ka < 40% : Tidak Indah (1)

Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kenyamanan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2004):

Keterangan :

Ers : Jumlah responden yang mengatakan nyaman Ero : Jumlah seluruh responden

Na : Nilai kenyamanan alam (%)

Kriteria/Nilai Kenyamanan alam (%): Na ≥ 75% : Nyaman (3)

40% ≤ Na ≤ 75% : Cukup Nyaman (2) Na < 40% : Tidak Nyaman (1)

Dokumen terkait