• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adnyana, I.K. & S.W. Suciyati, 2016. Napak tilas jahe gajah (Zingiber officinale Roscoe var officinalum) dan jahe merah (Zingiber officinale var rubrum).

Jurnal Farmasi Galenika, 3(1), 1-7.

Afifi, C., Sugiarti, L., 2016. Analisis Mikrobiologis Jamu Tujuh Angin dan Sari Asih PT. Jamu Air Mancur Surakarta dengan Metode ALT dan AKK.

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat. Vol. 1. No. 5.

Akinyemi, A.J., Ademiluyi, A.O., Oboh, G., Inhibition of Angiotensin-1-Converting Enzyme Activity by Two Varieties of Ginger (Zingiber officinale) in Rats Fed a High Cholesterol Diet. Journal Of Medicinal Food, 17(3). 321-322.

Andriani, R., 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi, 1(1), 2-4.

Aryanta, 2019. Manfaat Jahe Untuk Kesehatan. E-Jurnal Widya Kesehatan, 1(2), 40.

Azkiya, Z., Ariyani, H., Nugraha, T.S., 2017. Evaluasi Sifat Fisik Krim Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum) sebagai Anti Nyeri (Evaluation of Physical Properties Cream from Red Ginger Extract (Zingiber officinale Rosc var rubrum) As Anti Pain). Journal of Current Pharmaceutica Sciences, 1(1), 13.

Cappuccino, J. G., Sherman, N., 2014. Microbiology : A Laboratory Manual. 10th edition. Pearson Education, Inc., USA.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Peraturan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/187/2017 tentang Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta.

Diniarti, I. dan Iljanto, S., 2017. Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Obat Tradisional (IOT) Tahun 2017. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 6(3), 184-192.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI nomor 12 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

24

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI nomor 35 tahun 2013 tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2019. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI nomor 32 tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional.

Hadijah, S., 2015. Deteksi Cemaran Bakteri pada Jamu Tradisional yang Dijajakan di Kelurahan Banta-Bantaeng, BIOTEK, 3(1), 109.

Handrianto, P., 2016. Uji Antibakteri Ekstrak Jahe Merah Zingiber Officinale Var.

Rubrum Terhadap Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli. 2(1). 3.

Hapsoh, Hasanah, Y. dan Julianti, E., 2010. Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe. USU Press. Medan. 14.

Katzung and Trevor, 2015. Basic & Clinical Pharmacology. Thirteenth Edition.

McGraw-Hill Education, pp. 1166

Kumalasari, A., Panggabean, A.S., Akkas, E., 2017. Pengembangan Metode Rapid Test dalam Penentuan Ash Content dan Calorific Value Batubara di Laboratorium PT Jasa Mutu Indonesia. Jurnal Atomik, 2(1), 126.

Lallo, S., Mirwan, M., Palino, A., Nursamsiar, Hardianti, B., 2018. Aktifitas Ekstrak Jahe Merah Dalam Menurunkan Asam Urat Pada Kelinci Serta Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Bioaktifnya. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 5 (1), 271-278

Larici, A. dan Adawiyah, R., 2017. Inventarisasi Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Desa Lahei Kecamatan Muara Lahei Kabupaten Barito Utara. Jurnal Pendidikan Hayati, 3(2), 42.

Levita, J., Syafitri, D.M., Supu, R.D., Mutakin, Megantara, S., Febrianti, M., Diantini, A., 2018. Pharmacokinetics of 10-gingerol and 6-shogaol in the plasma of healthy subjects treated with red ginger (Zingiber officinale var.

Rubrum) suspension. Biomedical Repots, Vol. 9, 474.

Maimunah, 2018. Identifikasi Jenis Jahe Berdasarkan Warna Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Information System For Educators And Professionals. 2(2). 147.

Nordin, N. I., 2012. Immunomodulatory Effects of Zingiber officinale Roscoe var.

rubrum (Halia Bara) on Inflammatory Responses Relevant to Psoriasis.

Queen Mary University of London, London, 92.

Oboh, G., Akinyemi, A. J., Ademiluyi, A. O., 2012. Antioxidant and Inhibitory Effect of Red Ginger (Zingiber officinale var. Rubra) and White Ginger

25

(Zingiber officinale Roscoe) on Fe2+ Induced Lipid Peroxidation in Rat Brain In Vitro. Experimental and Toxicologic Pathology, Vol. 64, 34-35.

Permata, D. A. Dan Sayuti, K., 2016. Pembuatan Minuman Serbuk Instan Dari Berbagai Bagian Tanaman Meniran (Phyllanthus Niruri). Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, 20(1). 44

Putri, Sudimartini, Dharmayudha, 2020. Standarisasi Cemaran Mikrob Daun Sirsak (Annona muricata L.) sebagai Bahan Baku Sediaan Obat Tradisional.

Indonesia Medicus Veterinus, 9(3), 311.

Radji, M., 2009. Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 64-65, 269.

Rizal, Sumaryati, Suprihana, 2016. Pengaruh Waktu dan Suhu Sterilisasi Terhadap Susu Sapi Rasa Coklat. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “Agrika” , 10(1), 2-3.

Samran, Fatimah, C., 2018. Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian.

Pembuatan Sediaan Temu Lawak dan Minuman Sehat Bentuk Serbuk Instan Kering. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah, Medan, pp.

5.

Santoso, H.B. 2008. Ragam & Khasiat Tanaman Obat. PT Agromedia Pustaka.Yogyakarta.

Sari, R.I., Dewi, S.S., Wilson, W., Total Mikrobia Jamu Serbuk Kemasan Dan Tanpa Kemasan Produk Banjarmasin. Jurnal Media Analisis Kesehatan,11(1), 2.

Saweng, C.F.I.J., Sudimartini, L.M., dan Suartha, I.N., 2020. Uji Cemaran Mikroba pada Daun Mimba (Azadiractha Indica A. Juss) Sebagai Standarisasi Bahan Obat Herbal. Indonesia Medicus Veterinus, 9(2), 272-273.

Setyawan, A.D., Wiryanto, Suranto, Bermawie N., 2014. Variation in isozymic pattern of germplasm from three of ginger (Zingiber officinale) varieties.

Nusantara Bioscience, 6(1), 86.

Sitepu, M., Suniti, N. W., Singarsa, I.D.P., 2019. Uji Efektivitas Ekstrak Beberapa Jenis Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Patogen Phytophthora palmivora Butl. Penyebab Busuk Buah Kakao. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 8(3). 317

Soesetyaningsih, E. dan Azizah, 2020. Berkala Sainstek, 8(3), 76-78.

Sukmawati, P. A., Proborini, M. W., dan Kawuri, R., 2012. Identifikasi Fungi dan Total Bakteri pada Jamu Tradisional Di Pasar Kedonganan Kelurahan Jimbaran Kabupaten Badung Provinsi Bali. Jurnal Biologi, 16(2), 31-35.

26

Tivani, I., Amananti, W., dan Purgiyanti., 2018. Uji Angka Lempeng Total (ALT) pada Jamu Gendong Kunyit Asem di Beberapa Desa Kecamatan Talang Kabupaten Tegal. Pancasakti Science Education Journal, 3(1), 3

Wasito, H., 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. 13-15. 41-43. 51. 70-71.

Wibowo, D.P., Mariani, R., Hasanah, S.U., Aulifa, D.L., 2020. Chemical Constituents, Antibacterial Activity and Mode of Action of Elephant Ginger (Zingiber officinale var. officinale) and Emprit Ginger Rhizome (Zingiber officinale var. amarum) Essential Oils. Pharmacogn J., 12(2), 404.

Yunita, M., Hendrawan, Y., Yulianingsih, R., 2015. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count) dengan Metode Pour Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 3(3). 240-241.

27

LAMPIRAN

28 Lampiran 1. Sampel jamu serbuk jahe merah

Lampiran 2. Sampel jamu serbuk jahe merah dalam wadah

29

Lampiran 3. Uji AKK jamu serbuk jahe merah sampel A

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Gambar 4. AKK jamu serbuk jahe merah sampel A replikasi 1 Keterangan :

A1 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 2)

30

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Gambar 5. AKK jamu serbuk jahe merah sampel A replikasi 2 Keterangan :

A1 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 2)

31

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Gambar 6. AKK jamu serbuk jahe merah sampel A replikasi 3 Keterangan :

A1 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 2)

32

Lampiran 4. Nilai dan perhitungan AKK jamu sebuk jahe merah sampel A

Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni ALT

(koloni/g) disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang/Khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah) (PPOMN, 2006).

Dipilih pengenceran 10−1, perhitungannya yaitu : Replikasi 1 = <1 x 10−1 = < 10 koloni/ g

33

Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) Tabel 3. Perhitungan SD dan CV AKK Sampel A

Replikasi X X̅ X-X̅ (X − X̅)2

1 0

0

0 0

2 0 0 0

3 0 0 0

∑(X − X̅)2 0

n = 3

SD =

∑(X−X̅)2

𝑛−1

= √

0

2

= 0

CV = SD

x 100 % =

0

0

x 100 % = 0 %

34

Lampiran 5. Uji AKK jamu serbuk jahe merah sampel B

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Gambar 7. AKK jamu serbuk jahe merah sampel B replikasi 1 Keterangan :

A1 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 2)

35

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Gambar 8. AKK jamu serbuk jahe merah sampel B replikasi 2 Keterangan :

A1 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 2)

36

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Gambar 9. AKK jamu serbuk jahe merah sampel B replikasi 3 Keterangan :

A1 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 2)

37

Lampiran 6. Nilai dan perhitungan AKK jamu serbuk jahe merah sampel B

Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni AKK

(koloni/g) disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang/Khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah) (PPOMN, 2006).

Dipilih pengenceran 10−1, perhitungannya yaitu : Replikasi 1 = <1 x 10−1 = < 10 koloni/ g

38

Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) Tabel 4. Perhitungan SD dan CV AKK Sampel B

Replikasi X X̅ X-X̅ (X − X̅)2

1 0

0

0 0

2 0 0 0

3 0 0 0

∑(X − X̅)2 0

n = 3

SD =

∑(X−X̅)2

𝑛−1

= √

0

2

=

0

CV = SD

x

100 %

=

0

0

x

100 % = 0 %

39

Lampiran 7. Uji AKK jamu serbuk jahe merah sampel C

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Gambar 10. AKK jamu serbuk jahe merah sampel C replikasi 1 Keterangan :

A1 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 2)

40

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Gambar 11. AKK jamu serbuk jahe merah sampel C replikasi 2 Keterangan :

A1 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 2)

41

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

Gambar 12. AKK jamu serbuk jahe merah sampel C replikasi 3 Keterangan :

A1 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 2)

42

Lampiran 8. Nilai dan perhitungan AKK jamu serbuk jahe merah sampel C

Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni AKK

(koloni/g) disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang/Khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah) (PPOMN, 2006).

Dipilih pengenceran 10−1, perhitungannya yaitu : Replikasi 1 = <1 x 10−1 = < 10 koloni/ g

43

Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) Tabel 5. Perhitungan SD dan CV AKK Sampel C

Replikasi X X̅ X-X̅ (X − X̅)2

1 0

0

0 0

2 0 0 0

3 0 0 0

∑(X − X̅)2 0

n = 3

SD =

∑(X−X̅)2

𝑛−1 =

0

2 = 0

CV = SD

x 100 %

= 0

0

x 100 %

= 0 %

Nilai AKK Sampel Jamu Serbuk Jahe Merah

=

Nilai AKK sampel 1 + nilai AKK sampel 2 + nilai AKK sampel 3 3

=

<10 + <10 + <10 3

=

< 10 koloni/ g

44

Lampiran 9. Uji ALT jamu serbuk jahe merah sampel A

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Gambar 13. ALT jamu serbuk jahe merah sampel A replikasi 1 Keterangan :

A1 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 2) E1 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-5 (cawan 1) E2 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-5 (cawan 2) F1 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-6 (cawan 1) F2 : Sampel jamu A replikasi 1 pengenceran 10-6 (cawan 2)

45

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Gambar 14. ALT jamu serbuk jahe merah sampel A replikasi 2 Keterangan :

A1 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 2) E1 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-5 (cawan 1) E2 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-5 (cawan 2) F1 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-6 (cawan 1) F2 : Sampel jamu A replikasi 2 pengenceran 10-6 (cawan 2)

46

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Gambar 15. ALT jamu serbuk jahe merah sampel A replikasi 3 Keterangan :

A1 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 2) E1 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-5 (cawan 1) E2 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-5 (cawan 2) F1 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-6 (cawan 1) F2 : Sampel jamu A replikasi 3 pengenceran 10-6 (cawan 2)

47

Lampiran 10. Nilai dan perhitungan ALT jamu serbuk jahe merah sampel A

Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni ALT

(koloni/g)

Perhitungan ALT sampel A Replikasi 1 Pengenceran 10-1

⟶29 + 25

2 x 101 = 270 koloni/g Pengenceran 10-2

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-3

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-4

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-5

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

48 Pengenceran 10-6

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

ALT Sampel A Replikasi 1

=

270

1

=

270~ 2,7 x 102 koloni/g

Dipilih pengenceran 10-1 yang merupakan pengenceran dengan jumlah koloni yang berada dalam range 25-250

Perhitungan ALT sampel A Replikasi 2 Pengenceran 10-1

⟶26 + 28

2 x 101 = 270 koloni/g Pengenceran 10-2

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-3

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-4

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-5

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-6

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

ALT Sampel A Replikasi 2

=

2701

=

270~ 2,7 x 102 koloni/g

Dipilih pengenceran 10-1 yang merupakan pengenceran dengan jumlah koloni yang berada dalam range 25-250

49 Perhitungan ALT sampel A Replikasi 3 Pengenceran 10-1

⟶30 + 34

2 x 101 = 320 koloni/g Pengenceran 10-2

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-3

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-4

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-5

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-6

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

ALT Sampel A Replikasi 3

=

3201 = 320~ 3,2 x 102 koloni/g

Dipilih pengenceran 10-1 yang merupakan pengenceran dengan jumlah koloni yang berada dalam range 25-250

Nilai ALT Sampel A = Nilai replikasi 1 + replikasi 2 + replikasi 3 3

=

270 + 270 + 320 3

=

287 ~ 2,9 x 102 koloni/ g

50

Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) Tabel 6. Perhitungan SD dan CV ALT Sampel A

Replikasi X X̅ X-X̅ (X − X̅)2

1 270

287

-17 289

2 270 -17 289

3 320 33 1089

∑(X − X̅)2 1667

n = 3

SD =

∑(X−X̅)2

𝑛−1 =

1667

2 = 28,87 ~ 29

CV = SD

X̅ x 100 % = 29

287x 100 % = 10 %

51

Lampiran 11. Uji ALT jamu serbuk jahe merah sampel B

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Gambar 16. ALT jamu serbuk jahe merah sampel B replikasi 1 Keterangan :

A1 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 2) E1 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-5 (cawan 1) E2 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-5 (cawan 2) F1 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-6 (cawan 1) F2 : Sampel jamu B replikasi 1 pengenceran 10-6 (cawan 2)

52

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Gambar 17. ALT jamu serbuk jahe merah sampel B replikasi 2 Keterangan :

A1 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 2) E1 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-5 (cawan 1) E2 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-5 (cawan 2) F1 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-6 (cawan 1) F2 : Sampel jamu B replikasi 2 pengenceran 10-6 (cawan 2)

53

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Gambar 18. ALT jamu serbuk jahe merah sampel B replikasi 3 Keterangan :

A1 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 2) E1 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-5 (cawan 1) E2 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-5 (cawan 2) F1 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-6 (cawan 1) F2 : Sampel jamu B replikasi 3 pengenceran 10-6 (cawan 2)

54

Lampiran 12. Nilai dan perhitungan ALT jamu serbuk jahe merah sampel B

Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni ALT

(koloni/g)

Perhitungan ALT sampel B Replikasi 1 Pengenceran 10-1

⟶30 + 32

2 x 101 = 310 koloni/g Pengenceran 10-2

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-3

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-4

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-5

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-6

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

55

ALT Sampel B Replikasi 1

=

3101

=

310 ~ 3,1 x 102 koloni/g

Dipilih pengenceran 10-1 yang merupakan pengenceran dengan jumlah koloni yang berada dalam range 25-250

Perhitungan ALT sampel B Replikasi 2 Pengenceran 10-1

⟶27 + 31

2 x 101 = 290 koloni/g Pengenceran 10-2

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-3

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-4

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-5

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-6

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

ALT Sampel B Replikasi 2

=

2901

=

290 ~ 2,9 x 102 koloni/g

Perhitungan ALT sampel B Replikasi 3 Pengenceran 10-1

⟶35 + 23

2 x 101 = 290 koloni/g Pengenceran 10-2

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-3

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250

56 Pengenceran 10-4

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-5

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-6

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

ALT Sampel 3 Replikasi 3

=

290

1

=

290~ 2,9 x 102 koloni/g

Dipilih pengenceran 10-1 yang merupakan pengenceran dengan jumlah koloni yang berada dalam range 25-250

Nilai ALT Sampel B = Nilai replikasi 1 + replikasi 2 + replikasi 3 3

=

310 + 290 + 290 3

=

297 ~ 3,0 x 102koloni/ g

Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) Tabel 7. Perhitungan SD dan CV ALT Sampel B

Replikasi X X̅ X-X̅ (X − X̅)2

57

Lampiran 13. Uji ALT jamu serbuk jahe merah sampel C

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Gambar 19. ALT jamu serbuk jahe merah sampel C replikasi 1 Keterangan :

A1 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-4 (cawan 2) E1 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-5 (cawan 1) E2 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-5 (cawan 2) F1 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-6 (cawan 1) F2 : Sampel jamu C replikasi 1 pengenceran 10-6 (cawan 2)

58

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Gambar 20. ALT jamu serbuk jahe merah sampel C replikasi 2 Keterangan :

A1 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-4 (cawan 2) E1 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-5 (cawan 1) E2 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-5 (cawan 2) F1 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-6 (cawan 1) F2 : Sampel jamu C replikasi 2 pengenceran 10-6 (cawan 2)

59

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Gambar 21. ALT jamu serbuk jahe merah sampel C replikasi 3 Keterangan :

A1 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 1) A2 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-1 (cawan 2) B1 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 1) B2 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-2 (cawan 2) C1 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 1) C2 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-3 (cawan 2) D1 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 1) D2 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-4 (cawan 2) E1 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-5 (cawan 1) E2 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-5 (cawan 2) F1 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-6 (cawan 1) F2 : Sampel jamu C replikasi 3 pengenceran 10-6 (cawan 2)

60

Lampiran 14. Nilai dan perhitungan ALT jamu serbuk jahe merah sampel C

Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni ALT

(koloni/g)

Perhitungan ALT Sampel C Replikasi 1 Pengenceran 10-1

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-2

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-3

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-4

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-5

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-6

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

61

Jika rata-rata jumlah koloni masing-masing cawan petri tidak terletak antara 25-250 koloni, dihitung rata-rata jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mililiter atau gram (PPOMN, 2006).

Dipilih cawan petri pengenceran 10-1 ALT Sampel C Replikasi 1 = 14+10

2 x 101 = 120 ~ 1,2 x 102koloni/g

Perhitungan ALT Sampel C Replikasi 2 Pengenceran 10-1

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-2

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-3

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-4

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-5

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-6

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jika rata-rata jumlah koloni masing-masing cawan petri tidak terletak antara 25-250 koloni, dihitung rata-rata jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mililiter atau gram (PPOMN, 2006).

Dipilih cawan petri pengenceran 10-1 ALT Sampel C Replikasi 2 =16+12

2 x 101 = 140 ~ 1,4 x 102 koloni/g

62 Perhitungan ALT Sampel C Replikasi 3 Pengenceran 10-1

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-2

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-3

⟶ Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang dari range 25-250 Pengenceran 10-4

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-5

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Pengenceran 10-6

⟶ Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jika rata-rata jumlah koloni masing-masing cawan petri tidak terletak antara 25-250 koloni, dihitung rata-rata jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mililiter atau gram (PPOMN, 2006).

Dipilih cawan petri pengenceran 10-1 ALT Sampel C Replikasi 3 = 15+11

2 x 101 = 130 ~ 1,3 x 102 koloni/g

Nilai ALT Sampel C = Nilai replikasi 1 + replikasi 2 + replikasi 3 3

=

120 + 140 + 130 3

=

130 ~ 1,3 x 102 koloni/ g

63

Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) ALT Tabel 8. Perhitungan SD dan CV ALT Sampel C

Replikasi X X̅ X-X̅ (X − X̅)2

1 120

130

-10 100

2 140 10 100

3 130 0 0

∑(X − X̅)2 200

n = 3

SD =

∑(X−X̅)2

𝑛−1 =

200

2 = 10

CV = SD

X̅ x 100 % = 10

130 x 100 % = 7,7 %

Nilai ALT Sampel Jamu Serbuk Jahe Merah

= Nilai ALT sampel 1 + nilai ALT sampel 2 + nilai ALT sampel 3 3

=

287 + 297 + 130 3

=

238 ~ 2,4 x 102 koloni/ g

64

Lampiran 15. Kontrol media dan Kontrol Pengencer

Kontrol Media PCA Kontrol Pengencer PCA + BPW

Kontrol Media PDA Kontrol Pengencer PDA + BPW

65

BIOGRAFI PENULIS

Penulis Skripsi dengan judul “Uji Angka Kapang/Khamir (AKK) Dan Angka Lempeng Total (ALT) pada Jamu Serbuk Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum) yang Dijual di Pasar Beringharjo Yogyakarta” bernama lengkap Agustina Kristiani lahir di Bantul, 30 Agustus 1998, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Fransiscus Widiarsono Wijayanto dan Puji Rahayu. Penulis menempuh pendidikan formal di TK Indriyasana Jetis Yogyakarta (2003-2004), SD Negeri Bangirejo II (2004-2010), SMP Negeri 6 Yogyakarta (2010-2013), dan SMK/SMF “INDONESIA” (2013-2016).

Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi pada tahun 2016.

Selama perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi dan kegiatan mahasiswa.

Organisasi yang diikuti penulis yaitu Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI) Komisariat Universitas Sanata Dharma dengan jabatan Anggota Divisi Organisasi (2016-2017), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Farmasi dengan jabatan Anggota Divisi Kaderisasi dan Kajian Strategis (2017-2018), dan Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI) Wilayah Yogyakarta dengan jabatan Anggota Divisi Departemen Pengkaderisasian dan Pengembangan Organisasi (2017-2018). Kegiatan mahasiswa yang pernah diikuti penulis antara lain anggota DDU Pelepasan Wisuda 2 (2016) dan 1 (2017), ketua Donor Darah (2017), anggota Konsumsi Seminar Nasional JMKI dan Herbal Cosmetic Competition (2017), anggota perlengkapan Forum Diskusi Mahasiswa Farmasi (FORMASI) (2017), anggota Dampok Insadha (2018), steering committee Latihan Kepemimpinan 1 (2018), dan anggota Lomba Future Pharmacy in Action (FACTION) #3 (2018). Kegiatan pengabdian masyarakat yang pernah diikuti penulis yaitu anggota pengobatan gratis WALUBI Borobudur (2019) dan pos kesehatan Fakultas Farmasi USD (2019).

Dokumen terkait