• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Teknik Analisis Data

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk para ahli dan guru serta instrumen tes yang diujicobakan kepada siswa kelas III SD Negeri Bhayangkara.

a. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar validasi untuk dua ahli matematika dan tiga guru kelas III SD berjumlah 17 butir pernyataan yang disusun berdasarkan tiga aspek yaitu kesesuaian soal dengan KD, proses pembuatan soal dan penggunaan bahasa. Instrumen kuesioner bertujuan untuk mengetahui kualitas produk tes hasil belajar yang telah didesain. Berikut adalah kisi-kisi kuesioner produk tes hasil belajar.

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Kuesioner Produk Tes Hasil Belajar

No. Indikator Pertanyaan Nomor

Item 1. Kesesuaian

Soal dengan KD

Kesesuaian setiap butir soal dengan SK dan KD. 1 Kesesuaian setiap butir soal dengan indikator. 2 Kesesuaian setiap butir soal dengan materi. 3 2 Proses

Pembuatan Soal

Instruksi soal jelas dan mudah dipahami. 4 Soal disajikan secara sistematis, runtut dan alur logika berpikir sudah sesuai dengan urutan sub materi yang disampaikan.

5

Tingkat kesukaran soal sesuai dengan perkembangan siswa.

Setiap butir soal terdapat satu jawaban yang benar atau yang paling benar.

7 Penyusunan alternatif jawaban soal berdasarkan urutan besarnya angka dan alphabet.

8 Setiap opsi pada pilihan jawaban panjang dan pendeknya jawaban sama atau seragam.

9 Pengecoh dalam alternatif jawaban tidak terlalu tampak.

10 Pilihan jawaban tidak memungkinkan siswa menebak langsung.

11 Waktu yang ditetapkan untuk mengerjakan soal sesuai dengan soal pilihan ganda.

12 Soal yang dibuat relevan dengan kehidupan sehari- hari.

13 Penggunaan

Bahasa

Kalimat pokok dalam butir soal menghindari penggunaan bentuk negatif. Kalimat pokok dalam butir soal menghindari penggunaan bentuk negatif.

14

Penyusunan kalimat soal sudah menggunakan susunan kalimat yang benar dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

15

Kalimat soal menghindari pengulangan kata. 16 Kalimat soal mudah dipahami. 17

b. Tes

Instrumen tes yang diujicoba berupa tes hasil belajar materi mengenal hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat untuk siswa kelas III SD. Jumlah butir dalam masing-masing set A dan set B adalah 40 butir soal.

Tes dilakukan untuk mengetahui kualitas tiap masing-masing butir soal. Tes hasil belajar disusun berdasarkan indikator. Berikut adalah indikator dari soal tes hasil belajar.

Tabel 3. 3 Indikator Soal Tes Hasil Belajar Standar Kompetensi /Kompetensi Dasar Indikator Bentuk Soal Nomor Soal Tipe A dan Tipe B 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah. 2.1 Mengenal hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat.

3.3.1 Membaca tanda waktu dalam bentuk angka.

Mengingat (C1)

Pilihan

Ganda 1 dan 2 3.3.2 Menyebutkan satuan

berat yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat (C1)

3 dan 4

3.3.3 Menunjukkan satuan panjang yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat (C1)

5 dan 6

3.3.4 Menghitung jumlah hari dalam satu bulan. Memahami (C2)

7 dan 8 3.3.5 Menghitung selisih

panjang. Memahami (C2) 9 dan 10

3.3.6 Membandingkan berat

barang. Memahami (C2) 11 dan 12 3.3.7 Menentukan hubungan

antar satuan waktu. Mengaplikasikan (C3)

13, 14 dan 15 3.3.8 Menentukan hubungan

antar satuan panjang. C3

16, 17 dan 18 3.3.9 Menentukan hubungan

antar satuan berat. Mengaplikasikan (C3)

19, 20 dan 21 3.3.10 Memecahkan masalah

yang berhubungan dengan satuan waktu. Menganalisis (C4)

22 dan 23

3.3.11 Memecahkan masalah

satuan panjang. Menganalisis (C4)

3.3.12 Memecahkan masalah yang berhubungan dengan satuan berat. Menganalisis (C4)

26 dan 27

3.3.13 Memprediksi waktu untuk menyelesaikan

permasalahan yang berkaitan dengan satuan waktu.

Mengevaluasi (C5)

28 dan 29

3.3.14 Mengkombinasikan anatar satuan berat untuk menyelesaikan masalah. Mengevaluasi (C5)

30 dan 31

3.3.15 Menggabungkan antar satuan panjang untuk

menyelesaikan suatu

permasalahan. Mengevaluasi (C5)

32 dan 33

3.3.16 Menyimpulkan permasalahan yang berkaitan dengan satuan waktu.

Mencipta (C6)

34, 35 dan 36 3.3.17 Menyimpulkan

permasalahan yang berkaitan dengan satuan panjang. Mencipta (C6)

37 dan 38

3.3.18 Menyimpulkan permasalahan yang berkaitan dengan satuan berat. Mencipta (C6)

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2015: 335) teknik analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

Teknik analisis data yang dilakukan peneliti berdasarkan jenis data yang digunakan, yaitu data kualitatif dan kuantitatif.

1. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan dua guru kelas III SD dan komentar yang diberikan oleh validator yaitu dua ahli matematika dan tiga guru. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti pada instrumen wawancara adalah membuat kesimpulan dari data yang diperoleh peneliti saat melakukan wawancara.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang dinilai oleh dua ahli matematika dan tiga guru kelas serta analisis butir soal. Analisis butir soal menggunakan TAP (Test Analiysis Program) versi 14.7.4 untuk menghitung data analisis butir soal yang meliputi validitas, reliabilitas,

daya pembeda, tingkat kesukaran dan analisis pengecoh. Teknik analisis data kuantitatif dijabarkan sebagai berikut:

a. Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan penilaian tes hasil belajar oleh dua ahli matematika dan tiga guru. Ada dua ahli matematika dan tiga guru kelas III SD. Tes hasil belajar yang telah divalidasi kemudian diklasifikasikan ke dalam skala empat. Berikut adalah klasifikasi hasil penilaian skala empat menurut (Widoyoko, 2015: 69):

Tabel 3. 4 Klasifikasi Hasil Penilaian Skala Empat

Interval Tingkat Pencapaian Kategori

3.25 < M ≤ 4.00 Sangat Baik

2.50 < M ≤ 3.25 Baik

1.75 < M ≤ 2.50 Kurang Baik

1.00 < M ≤ 1.75 Tidak Baik Keterangan:

M = rerata skor pada aspek yang dinilai

Hasil skor yang diperoleh kemudian dijadikan acuan dalam memberikan kesimpulan mengenai kelayakan tes hasil belajar untuk diujicobakan atau tidak. Terdapat 4 pilihan kesimpulan yaitu 1) tidak layak untuk digunakan/uji coba lapangan 2) kurang layak untuk digunakan/uji coba lapangan 3) layak untuk digunakan/uji coba lapangan dengan

perbaikan. Penentuan kriteria kelayakan desain produk mengacu pada tabel 3.4 tentang klasifikasi hasil penilain skala empat. Jika diperoleh skor

1.00 < M ≤ 1.75 termasuk kategori tidak baik artinya desain produk tidak layak untuk digunakan/uji coba lapangan, perolehan skor 1.75 < M ≤ 2.50 termasuk kategori kurang baik artinya desain kurang layak untuk digunakan/uji coba lapangan, perolehan skor 2.50 < M ≤ 3.25 termasuk kategori baik artinya deain produk layak untuk digunakan/uji coba lapangan dengan perbaikan sesuai saran dan perolehan skor 3.25 < M ≤ 4.00 termasuk kategori sangat baik artinya desain produk layak untuk digunakan/ujicoba lapangan tanpa perbaikan.

b. Analisis Butir Soal

Data kuantitatif dari hasil uji coba lapangan berupa analisis butir soal menggunakan teknik analisis data dengan program TAP versi 14.7.4. Analisis butir soal mencakup lima hal yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan pengecoh.

1) Validitas

Tes yang dikatakan valid apabila hasilnya sesuai dengan kriteria. Teknik analisis validitas menggunakan program TAP versi 14.7.4. Analisis validitas soal dapat dilihat pada bagian point bisserial pada TAP. Menurut Sugiyono (2010: 258) item yang dikatakan valid adalah item yang mempunyai rhitung > rtabel dengan atas taraf signifikansi yang digunakan sebesar 5% atau 0,05. Dari hasil analisis

menggunakan aplikasi TAP rhitung adalah r yang diperoleh sama dengan atau lebih besar dari r tabel signifikansi.

Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran teknik korelasi biserial menurut Arikunto (2005: 79). Menghitung validitas menggunakan rumus �pbi.

Keterangan:

�pbi = koefisiensi korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar

(p = y y w y e w e

u e u u w )

q = proporsi siswa yang menjawab salah (q= 1-p)

Berdasarkan taraf signifikansi yang digunakan sebesar 5% atau 0,05 dengan jumlah (N) = 32 siswa adalah 0,349 maka soal dikatakan valid apabila nilai itemnya sama dengan atau lebih dari 0,349. Sedangkan dengan jumlah (N)

pbi = ��−��

dengan atau lebih dari 0,320. Berikut adalah rtabel menurut Arikunto (1989: 312).

Gambar 3. 3 Rtabel

Berikut adalah klasifikasi validitas menurut Jihad & Haris (2012: 180) Tabel 3. 5 Klasifikasi Validitas

No. Rentang Nilai Kategori 1 0,80 < sampai ≤ 1,00 Sangat Tinggi 2 0,60 < sampai ≤ 0,80 Tinggi

3 0,40 < sampai ≤ 0,60 Cukup 4 0,20 < sampai ≤ 0,40 Rendah

Hasil analisis validitas yang dianalisis menggunakan teknik point biserial pada program TAP dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. 4Hasil Validitas pada Program TAP

Pada gambar 3.4 menunjukkan beberapa kolom yaitu item, key, number correct, item difficulty, discrimination indeks, correct in high group, correct in low group, point biserial dan adjusted point-biserial. Kolom item menunjukkan nomor soal, kolom key menunjukkan kunci jawaban soal, kolom number correct menunjukkan jumlah siswa yang menjawab benar dalam setiap soal, item difficulty berisi tentang angka bentuk desimal yang menunjukkan tingkat kesukaran setiap soal, discriminitaion indeks menunjukkan besarnya indeks daya pembeda

berkamampuan tinggi yang menjawab benar setiap soal, correct in low group menunjukkan siswa yang berkemampuan rendah yang menjawab benar setiap soal, point biserial menunjukkan angka untuk menentukan valid atau tidaknya soal tersebut. Point biserial atau kolerasi point biserial yang artinya korelasi product moment yang diterapkan pada data, dimana variabel-variabel yang dikorelasikan sifatnya masing- masing berbeda satu sama lain. Butir tes yang memiliki korelasi tinggi dan positif menunjukkan validitas yang tinggi.

2) Reliabilitas

Menurut Sudjana (1995: 16) reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tes dalam menilai apa yang seharusnya dinilai. Artinya kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode belah dua atau split-half method dengan cara membelah atas item soal ganjil dengan item soal genap. Metode ini dipilih karena tes hasil belajar hanya diujicobakan satu kali. Langkah pertama menggunakan rumus product moment dengan angka kasar sebagai berikut:

� = � −  

√{� −  }{� � −  }

Keterangan:

rxy = koefisiensi korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

X = variabel X Y = variabel Y N = jumlah peserta

Langkah kedua menggunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

r11 = ⁄ ⁄

+ ⁄ ⁄

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan r1⁄2 1⁄2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Klasifikasi Reliabilitas menurut Jihad & Haris (2012: 180)

Tabel 3. 6 Klasifikasi Reliabilitas

No. Rentang Nilai Kategori 1 r ≤ sampai ≤ 0,20 Sangat Rendah 2 0,20 < sampai ≤ 0,40 Rendah 3 0,40 < sampai ≤ 0,70 Cukup 4 0,70 < sampai ≤ 0,90 Tinggi 5 0,90 < sampai ≤ 1,00 Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel di atas peneliti menetapkan item yang lolos jika memiliki nilai reliabilitas yang temasuk dalam tiga kategori yaitu

“cukup” dengan rentang nilai 0,40 < sampai ≤ 0,70, kategori “tinggi” dengan rentang nilai 0,70 < sampai ≤ 0,90 dan kategori “sangat tinggi”

dengan rentang nilai 0,90 < sampai ≤ 1,00.Hasil analisis reliabilitas menggunakan program TAP dapat dilihat pada gambar berikut:

Pada gambar di atas reliabilitas yang digunakan adalah Split Half (Odd/Even) atau pembagian ganjil genap. Pembagian ganjil genap dipilih karena dalam pembagian tingkat kesukaran soal lebih merata, sehingga nilai yang diperoleh antara ganjil dan genap tidak berbeda terlalu jauh. Hasil analisis reliabilitas pada TAP (Test Analysis Program) kemudian dibandingkan dengan tabel klasifikasi reliabilitas untuk menentukan kriteria reliabel atau tidaknya soal yang dianalisis.

3) Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2005: 211) daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi siswa yang berkemampuan rendah.

Angka yang menunjukkan besar daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi (daya beda) berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Indeks diskriminasi (daya beda) tidak mengenal kata negatif. Tanda negatif digunakan jika soal terbalik menunjukkan kualitas siswa. Artinya jika daya beda soal menghasilkan nilai negatif yang tinggi, soal tersebut dianggap mudah oleh siswa yang memiliki kemampuan rendah. Sebaliknya jika soal menghasilkan nilai positif yang tinggi, soal tersebut dianggap sukar oleh siswa yang memiliki

Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi menurut Arikunto (2005: 213), yaitu:

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai indeks kesukaran)

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2005: 218) sebagai

berikut:

D =

-

Tabel 3. 7 Klasifikasi Daya Pembeda

No. Rentang Nilai Kategori 1 0,00 – 0,20 Jelek (poor) 2 0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory) 3 0,40 – 0,70 Baik (good) 4 0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

Berdasarkan tabel di atas peneliti menetapkan item yang lolos jika memiliki nilai daya beda yang temasuk dalam kategori yaitu

“baik” dengan rentang nilai 0,40 < sampai ≤ 0,70 dan kategori “baik

sekali” dengan rentang nilai 0,70 – 1,00.

Hasil analisis daya beda menggunakan program TAP dapat dilihat pada gambar berikut:

Disc. Index menunjukkan besarnya indeks daya pembeda setiap soal pada TAP (Test Analysis Program) yang nilainya berkisar antara 0,00 – 1,00. Semakin tinggi nilai yang diperoleh makan semakin baik daya pembeda soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Hasil analisis Discrimination Index (daya pembeda) pada TAP (Test Analysis Program) kemudian dibandingkan dengan tabel klasifikasi daya pembeda untuk menentukan kriteria daya pembeda soal.

4) Tingkat Kesukaran

Menurut Arikunto (2005: 207) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besar indeks kesukaran antara 0,0 – 1,0. Indeks kesukaran menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bawah soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya jika indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah.

0,0 1,0

Rumus untuk menentukan indeks kesukaran menurut Arikunto (2005: 207), yaitu:

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3. 8 Klasifikasi Indeks Kesukaran

No. Rentang Nilai Kategori 1 0,00 – 0,30 Sukar 2 0,30 – 0,70 Sedang 3 0,70 – 1,00 Mudah

Berdasarkan tabel di atas peneliti menggunakan indeks kesukaran kategori mudah, sedang dan sukar. Pembagian soal untuk kategori mudah-sedang dan sukar dapat menggunakan tiga perbandingan, yaitu 1) 30% mudah , 40% sedang, 30% sukar, 2) 30%

P =

sukar. Peneliti menggunakan perbandingan 30%-40%-30% untuk indeks kesukaran soal.

Hasil analisis tingkat kesukaran menggunakan program TAP dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. 7 Hasil Tingkat Kesukaran pada Program TAP

Item diff berisi tentang angka bentuk desimal yang menunjukkan tingkat kesukaran setiap soal. Item Difficulty pada TAP (Test Analysis Program) kemudian dibandingkan dengan tabel klasifikasi tingkat kesukaran untuk menentukan kriteria tingkat kesukaran.

5) Analisis Pengecoh

Menurut Arikunto (2005: 220) pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh peserta tes berarti pengecoh tersebut jelek, terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah pengecoh yang dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut tes yang kurang memahami konsep.

Pengecoh yang dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% peserta tes. Pengecoh dikatakan berfungsi efektif apabila banyak dipilih oleh peserta tes yang berkemampuan rendah, sebaliknya jika pengecoh banyak dipilih oleh siswa berkemampuan tinggi makan pengecoh tersebut tidak berfungsi sebagai mestinya.

Hasil analisis pengecoh menggunakan program TAP dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. 8 Hasil Pengecoh pada Program TAP

Gambar di atas tediri dari beberapa kolom yaitu kolom item, kolom group dan kolom option 1 - 4. Kolom item berisi nomor soal yang akan dianalisis, kolom group berisi tentang bebapa indikator yang

soal dan beberapa siswa yang memilih jawaban tersebut. High menunjukkan siswa yang berkemampuan tinggi , low menunjukkan siswa yang berkemampuan rendah dan difference adalah siswa yang berkemampuan sedang. Analisis pengecoh pada TAP (Test Analysis Program) menunjukkan jumlah siswa yang memilih option yang disediakan. Analisis pengecoh pada TAP (Test Analysis Program) kemudian dibandingkan dengan kriteria penentuan pengecoh dikatakan berfungsi atau tidak yaitu dipilih paling sedikit 5% atau 2 siswa dari total jumlah peserta tes.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai tes hasil belajar materi mengenal hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat.

Dokumen terkait