• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWA MATAHARI DAN DEWI REMBULAN

Dalam dokumen Dewa-Dewi KELENTENG (Halaman 70-75)

BAB III. DEWATA PENGUASA LANGIT

III. 6. DEWA MATAHARI DAN DEWI REMBULAN

(RI SHEN, YUE SHEN).

Ri Shen (Jit Sin - Hokkian) yaitu D e w a Matahari secara umum disebut Tai Yang Gong (Thay Y a n g K o n g - Hokkian) atau Paduka Surya, d a n Y u e Shen (Gwa< Sin - Hokkian) seringkali disebut Tai Yin Niang (Thay Im Nio - H o k k i a n ) a t a u Ibu Candra.

Pemujaan terhadap bulan, matahari s u d a h ada sejak j a m a n purba dan bukan h a n y a monopoli bangsa T i o n g k o k saja. P e m u j a a n ini termasuk pemujaan kenegaraan di mana p a r a pegawai kerajaan bersujud dan menyediakan sesaji di depan o a p a n r o h Dewa Matahari. Sedang pemujaan terhadap Dewi R e m b u l a n diadakan bertepatan dengan

pesta panen disaat bulan purnamanya, tanggal 15 bulan 8 Imlik. Pada saat ini biasanya orang-orang bersama keluarganya menyalakan Hio dan bersujud kepada Dewi Rembulan di halaman r u m a h mereka. Ri Shen atau D e w a Matahari dikenal j u g a dengan nama Tai Yang Di Jun (disingkat Tai Yang Gong saja), Y u e Shen atau D e w i Rembulan disebut juga Tai Yin Huang Jun (Tai Y i n Niang) atau Y u e Fu Chang E (Chang E dari istana rembulan).

Tai Yang Di J u n yang terkenal dengan n a m a Hou Yi a d a l a h seorang pemanah ulung. Dikisahkan pada m a s a itu adalah t a h u n XII pe-merintah kaisar Yao (2346 SM). B e n c a n a besar sedang menimpa negerinya, kekeringan menghancurkan seluruh lahan pertanian sehingga k e l a p a r a n terjadi dimana-mana. Malapetaka itu disebabkan karena ada sepuluh matahari yang bersama-sama muncul di angkasa. Konon kesepuluh matahari itu adalah putra-putri Dewa tertinggi yang berkuasa di langit bagian timur yaitu Di J u n (Tee Cun — Hokkian). Karena tidak dapat mentolelir lagi ulah putra-putranya dan juga krena doa-doa p e r m o h o n a n yang terus m e n e r u s dilakukan kaisar Yao, Di Jun merasa p e r l u melakukan tindakan u n t u k menghentikan perbuatan mereka. Sang D e w a lalu memanggil s e o r a n g malaikat sakti, yaitu Hou Yi, untuk t u r u n ke dunia, tapi ia berpesan supaya putra-putranya itu diberi pelajaran saja, jangan sampai d i b u n u h . Hou Yi lalu turun ke dunia bersama istrinya, seorang dewi y a n g cantik jelita. Chang E (Siang Go — Hokkian).

Hou Yi lalu menemui kaisar Yao. Melihat keadaan dunia pada waktu itu, Hou Yi sangat marah. Tanpa memperdulikan pesan Di Jun, di-panahnya m a t a h a r i itu satu persatu d a n hanya tinggal satu saja. Melihat H o u Yi tidak menuruti perintahnya, Di Jun menaruh dendam. S e j a k saat itu Hou Yi tidak bisa kembali kelangit lagi untuk menjadi malaikat. Mcskipun demikian H o u Yi masih terus melanjut-kan usahanya menyelamatmelanjut-kan rakyatnya dari malapetaka dengan membasmi bermacam-macam binatang a n e h yang menggangu rakyat. Keberanian d a n kegagahannya, m e n j a d i Hou Yi d i p u j a sebagai pahlawan.

Chang E, istri H o u Yi, karena p e r b u a t a n Hou Yi ini, tidak dapat 69

kembali ke langit untuk m e n j a d i dewi. Dia menjadi kesal sekali. Sejak itu hubungannya dengan H o u Yi m e n j a d i dingin dan renggang. Mereka sering bertengkar. Untuk melepas kesepiannya, Hou Yi sering pergi bercengkerama dengan diiringi beberapa pengiringnya. Pada suatu hari Hou Yi b e r t e m u seorang dewi dari sungai Luo yang bernama Mi Fei. Mi Fei a d a l a h istri He Bo (Malaikat Sungai). He Bo adalah seorang dewa yang tampan, tapi bertabiat buruk karena banyak mempunyai pacar gelap. Mi Fei sangat masgul akan kelakuan suaminya y a n g makin hari makin gila itu. Oleh karena itu ketika ia bertemu H o u Yi yang senasib, mereka segera tertarik satu sama lain. He Bo m a r a h sekali. la kemudian b e r u b a h menjadi naga dan ber-maksud m e n g h a j a r H o u Y i , tetapi Hou Yi memanah m a t a kirinya. Mi Fei, melihat suaminya t e r l u k a akibat perbuatannya, menjadi sangat menyesal. Karenanya lalu memutuskan hubungan dengan Hou Yi. Hubungan H o u Yi dengan istrinya Chang E tetap saja dingin. Suatu hari Hou Yi pergi ke g u n u n g Gun-lun Shan menemui Xi Wang Mu untuk m e m i n t a obat h i d u p abadi. Xi W a n g Mu meluluskan per-mintaannya. Yi sangat gembira, sebab dengan obat tersebut ia se-karang p u n y a kesempatan untuk menjadi malaikat lagi.

Pada suatu hari, selagi H o u Yi tidak ada di rumah, Chang E melihat seberkas sinar putih yang menyorot turun dari sebuah tiang penyangga atap, b e r s a m a a n dengan itu serangkum b a u yang semerbak memenuhi ruangan. D e n g a n tangga, dicarinya sumber cahaya dan bau harum itu, disitulah ia menemukan o b a t hidup abadi yang disimpan Hou Yi. Tanpa pikir panjang ditelannya obat itu, tiba-tiba saja ia merasakan badannya menjadi ringan d a n terapung-apung di angkasa. Malam itu bulan bersinar terang sekali, Chang E t e r b a n g melayang terus ke arah rembulan itu, dan bersembunyi di sana.

Istana r e m b u l a n di luar dugaan Chang E, ternyata sunyi sekali. Di sana hanya ada seekor kelinci yang tak pernah berhenti menumbuk obat di lumpang dan s e b a t a n g pohon k a y u manis. Chang E sangat kesepian disini, tapi ia t a k mungkin t u r u n ke dunia dan bertemu dengan suaminya lagi. Ia mulai menyesal dan mulai mengenang

kebaikan suaminya. Dia tinggal selama-lamanya di bulan dan menjadi lambang Yin atau unsur betina.

H o u Yi, ketika menyadari bahwa obat hidup abadinya telah dicuri istrinya, lalu mengejar ke angkasa. Tapi angin taufan membawanya terhampar di atas sebuah gunung. Di puncak gunung itu terdapat sebuah istana yang dihuni D o n g Wang Gong atau Dong Hua Di Jun "Tak usah kau masgul. Sekarang istrimu telah menjadi dewi di bulan. D a n kamu sendiri karena keberanian dan kegagahanmu pantas untuk menjadi dewa. Untukmu telah disiapkan sebuah istana di matahari untuk menjadi tempat tinggalmu. Dan sejak sekarang Yang dan Yin akan bersatu selama-lamanya", kata Dong Wang Gong. Lalu ia mem-beri sebuah kue dan sebuah jimat yang bisa menyebabkan ia tahan terhadap dinginnya bulan bila datang mengunjung Chang E. Di rem-bulan didapatinya Chang E sedang termenung kesepian. Yi mengata-kan bahwa ia tidak amengata-kan mempersoalmengata-kan masalah pencurian obat, sebab keduanya sekarang sudah menjadi dewa. Di bulan Yi men-dirikan sebuah Istana Guang Han Gong (Istana Kesejukan Abadi) untuk tempat tinggal Chang E.

Sejak itulah Dewa Matahari dan Dewi Rembulan mempunyai wilayah masing-masing.

Kaisar Yao kemudian mengangkat Hou Yi menjadi Zhong Bu Shen, Malaikat yang bertugas menghindarkan penduduk dari bencana alam dan musibah lain. Lama-kelamaan Zhong Bu Shen ini dianggap pe-lindung rumah tangga dan mampu menguasai roh-roh jahat dan me-nolak bala. Gambarnya dipasang di rumah-rumah penduduk. Jadi Yi kecuali dianggap sebagai Tai Yang Gong (Dewa Matahari) juga disebut Zhong Bu Shen. Sedangkan Chang E diseuut sebagai Tai Yin Niang atau Dewi Rembulan.

Di Taiwan pada jaman pemerintahan Zheng Cheng Gong, tanggal 9 bulan 3 Imlik, tanggal meninggalnya kaisar dinasti Ming yang terakhir, selalu diperingati dengan memakai sesaji tiga macam binatang yaitu babi, sapi dan kambing (tiga macam binatang ini disebut tai-lao) untuk upacara sembahyang. Memasuki jaman dinasti Qing, untuk

hormati kaisarnya, rakyat memakai kue dari terigu yang dibentuk seperti sapi, babi dan kambing untuk mengganti tai-lao. Untuk meng-hindari campur tangan pemerintah dinasti Qing, mereka mengatakan memperingati Tai Yang Gong. Sejak itu, hari She-jietnya Tai Yang Gong, dialihkan menjadi tanggal 19 bulan 3 Imlik. Sinar matahari dianggap sebagai lambang Ming (terang) dan panasnya dianggap sebagai lambang Zhu (merah). Dengan memuja Tai Y a n g Gong berarti rakyat tetap mengenang dinasti Ming dengan kaisarnya dari keluarga Zhu.

Sedangkan peringatan Zhong Qiu (Tiong Tjhiu - Hokkian) yang jatuh pada tanggal 15 bulan 8 (Pwee Gwee Cap Go) dianggap sebagai hari lahirnya Tai Yin Niang alias Chang E. Umumnya mereka beisem-bahyang dengan menyediakan sebuah meja kecil di kebun pada saat bulan purnama dengan menyajikan buah-buahan dan bunga segar. Pemujaan terhadap bulan dan matahari ini hanyalah sebagai peng-hormatan terhadap keduanya, jarang diwujudkan dalam bentuk patung atau gambar. Umumnya orang-orang menghadap ke arah kedua benda angkasa itu saat bersembahyang, jarang ada kelenteng yang didirikan untuk mereka. Di Tainan hanya ada sebuah kelenteng saja yang terdapat patung Dewi Rembulan dan Dewa Matahari, yaitu di kelenteng San Guan Tang. Di Indonesia pemujaan terhadap Mata-hari dan Rembulan amatlah sedikit. Dari pengamatan kami pemujaan terhadap D e w i Rembulan dan Dewa Matahari dapat kita jumpai di kelenteng di JI. Gondoman, Yogyakarta.

Kelenteng G i o k Hong Tian di Singapura meletakkan Tai Yang Gong dan Tai Yin Niang di kanan dan kiri altar utama Yu Huang Da Di. Kelenteng Guan Yin Tang, jalan Telok Blangah Drive di kota itu, juga menempatkan pemujaan terhadap Tai Yang Gong dan Tai Yin Niang.

Dalam dokumen Dewa-Dewi KELENTENG (Halaman 70-75)