• Tuba ovarium abses(TOA):
Definisi :
Tubo-ovarian abscess adalah akumulasi suatu keadaan penyakit inflamasi akut pelvis di mana kondisi tersebut dikarakteristikkan dengan adanya massa pada dinding pelvis yang mengalami inflamasi.
Faktor Resiko :
Sepertiga sampai setengah pasien mempunyai riwayat PID yang
merupakan infeksi dari polymicrobial bakteri aerobic dan anaerobic.
Gejala Klinis :
Di jumpai adanya nyeri abdomen yang dapat menjadi nyeri yang hebat, nyeri pada bagian pelvis, dapat terjadi demam tinggi yang di sertai dengan menggigil, dan leukositosis.
Pemeriksaan penunjang :
2,3
USG yang terbaik di lakukan USGtransvaginal dan di jumpai gambaran
yang homogen,kistik,dengan dinding yang tipis,dengan batas yang tegas.
Komplikasi :
Infertility, kehamilan ektopik, chronic pelvic pain, pelvic thrombophlebitis dan ovarian vein thrombosis.
Penatalaksaan :
Biasanya respon terhadap terapi antibiotika, di indikasikan untuk di lakukan pembedahan atau drainase. Hypothesis sementara
mengatakan bahwa ukuran dari TOA berhubungan dengan lamanya
pembedahan dan drainase.22Secara umum, perawatan terhadap TOA
adalah tindakan bilateral oophorectomy dan hysterectomy.
Manajemen secara medikamentosa dengan pemberian antibiotika
broad spectrum secara umum direkomendasi untuk manajemen pada
TOA yang belum pecah. Pada tahun 2006 The Center For Disease
Control and Prevention Sexually Transmittede Disease Treatments Guidelines merekomendasikan pemberian antibiotika kurang dari 24Jam secara intra vena. Tidak terdapat spesifik antibiotika
yang direkomendasikan. Namun CDC menyarankan bahwa klindamisin
atau metronidazole digunakan dengan doksisiklin selama 14 hari
perawatan untuk merecoveredbakteri gram negative anaerobs.
Tindakan pembedahan direkomedasikan apabila terdapat kegagalan terhadap respon antibiotika dalam 48 jam sampai 72 jam.22
• Kehamilan Ektopik (KE) :
Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di tempat yangtidak semestinya. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%), meskipun begitukehamilan ektopik juga dapat terjadi di ovarium(indung telur), rongga abdomen (perut), atau serviks (leher rahim).
Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Hal yang menyebabkan besarnya angka kematianibu akibat kehamilan ektopik.
23
Faktor risiko kehamilan ektopik adalah : 1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
3. Kerusakan dari saluran tuba seperti : Penyakit radang panggul, infeksi TBC, Infeksi Clamidia,Gonorhoe,Endometriosis.
Tanda dan Gejala :
Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam awalnya kemudian perlahan-lahanmenyebar ke seluruh perut. Nyeri bertambah hebat bila bergerakPerdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak seperti menstruasi)
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang
2. Pemeriksaan panggul untuk mengkonfirmasi ukuran rahim dalam masa kehamilan dan merasakan perutyang keras.
3. Pemeriksaan darah untuk mengecek hormon ß-hCG.
Pemeriksaan ini diulangi 2 hari kemudian. Padakehamilan muda, level hormon ini meningkat sebanyak 2 kali setiap 2 hari. Kadar hormon yang rendahmenunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
4. Pemeriksaan Ultrosonografi (USG) Dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain
Penatalaksanaan :
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini
• Leiomyoma :
Leiomyoma / mioma uteri adalah neoplasma otot polos jinak yang muncul dari lapisan myometrium uterus. Mioma uteri terdiri dari kolagen-kolagen yang membentuk konsistensi fibroid. Kebanyakan mioma ini berbentuk bulat atau bundar, warnanya putih seperti buah pear, padat, dan bagian terluarnya dibungkus oleh lapisan jaringan ikat tipis, sehingga batasnya tegas dengan jaringan myometrium di sekitarnya.
Patogenesis :
Mioma uteri sebenarnya berasal dari sebuah sel miosit progenitor tunggal. Mutasi primer yang menginisiasi pembentukan tumor masih belum diketahui, namun 40% dari mioma uteri ini teridentifikasi mengalami defek kariotipe, seperti di kromosom. Selain itu, mioma uteri adalah tumor yang sensitif terhadap estrogen dan progesteron. Oleh sebab itu, ia tumbuh selama tahun-tahun reproduksi, dan setelah menopause tumor ini mengecil dan insidennya juga lebih rendah.
Faktor Risiko :
1. Menarche dini: meningkatnya lama paparan estrogen
2. Obesitas: meningkatnya konversi androgen menjadi estrogen 3. Ras afrika-amerika: genetik
4. Riwayat keluarga
Faktor yang menurunkan risiko
1. Post menopause: terjadinya hipoestrogenisme
2. Kehamilan: adanya jeda paparan estrogen dan adanya remodeling uterus selama involusi post partum
3. Obat kontrasepsi oral kombinasi: paparan estrogen dilawan oleh progesteron
4. Merokok: mengurangi kadar estrogen dalam darah
Klasifikasi :
1. Leiomyoma subserosa: berasal dari perbatasan miosit dengan serosa uterus, dan pertumbuhannya mengarah ke luar kavum uteri dan uterus itu sendiri. Jika tumor ini hanya menempel
dengan myometrium progenitornya lewat sebuah tangkai
maka disebut pedunculated leiomyomas. Jika tumor ini
menempelkan dirinya ke dekat struktur pelvis terdekat lainnya
maka disebut Parastic leiomyoma.
2. Leiomyoma intramural: adalah mioma yang tumbuh di tengah dinding uterus/ di lapisan ototnya.
3. Leiomyoma submukosa: mioma yang dekat dengan endometrium dan tumbuh mengarah dan menonjol di kavum uteri.
Gejala Klinis:
1. Perdarahan: merupakan keluhan tersering dan biasanya muncul
sebagai menorrhagia/ hipermenorhea (perdarahan uterus
yang berlebihan terjadi pada interval teratur, masa menstruasinya dalam batas normal).
2. Nyeri pelvis dan dismenorea. Uterus yang membesar dapat
menyebabkan sensasi tekanan, meningkatnya frekuensi berkemih, inkontinensia urin dan konstipasi. Selain itu mioma
menimbulkanobstruksi dan hidronefrosis, namun jarang.
Keluhan lain dapat berupa dispareuniaatau nyeri pelvik diluar
siklus menstruasi.
3. Infertilitas: meskipun belum jelas mekanismenya, mioma uteri
berhubungan dengan infertilitas, sekitar 2-3% kasus infertilitas disebabkan oleh mioma uteri. Diantaranya tumor dapat
menyumbat ostium tuba dan mengganggu kontraksi uterus
normal untuk mendorong sperma agar bertemu dengan ovum.
Selain itu, mioma uteri berhubungan dengan inflamasi
endometrium dan perubahan vaskuler yang dapat mengganggu
implantasi.
4. Gejala lain: <0,5% mioma uteri dapat menyebabkan
myomatous erythrocytosis syndrome. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya produksi eritropoietin oleh ginjal, atau oleh tumor itu sendiri.
Diagnosis :
Mioma uteri sering dideteksi dari pemeriksaan pelvis dengan temuan adanya pembesaran uterus, permukaan yang tidak rata atau keduanya.
Pemeriksaan Penunjang :
1. USG (ultrasonografi) –> gambaran bervariasi, dapat hypo
hingga hyperechoic,tergantung rasio otot polos dan jaringan
ikatnya dan apabila adanya degenerasi. Kalsifikasi dan
degenerasi kistik lebih hiperechoic, sedangkan kistik atau
2. SIS (Saline-infusion sonography), hysteorscopy dan
hysterosalpingography (HSG) untuk melihat kavum endometrium jika ditemukan keluhan menoragia,
dismenoreaatau infertilitas yang dicurigai karena tumor.
3. Doppler imaging untuk membedakan mioma uteri dengan polip endometrium atau adenomiosis.
4. MRI (magnetic resonance imaging) –> lebih akurat untuk melihat ukuran, jumlah dan lokasinya.
Penatalaksanaan :
Observasi : untuk kasus asimptomatik
Terapi dengan obat: anti inflamasi non steorid (NSAID), obat kombinasi
kontrasepsi oral (COC), dan agonis GnRH. GnRH agonis biasanya
juga digunakan untuk obat preoperatif sebelum pembedahan untuk mengecilkan ukuran tumor.
Terapi pembedahan: meliputi histerektomi, miomektomi dan miolisis. 1. Histerektomi: pengangkatan uterus, adalah tatalaksana definitif dan
pembedahan tersering dari mioma uteri.
2. Miomektomi: reseksi tumor, adalah pilihan untuk wanita dengan gejala namun ingin memiliki anak, atau untuk mereka yang menolak histerektomi. Miomektomi dapat dilakukan via laparoskopi, histeroskopi atau via insisi laparotomi. Miomektomi biasanya memperbaiki keluhan nyeri, infertilitas dan perdarahan. Namun, risiko rekurensi mioma uteri lebih tinggi, rata-rata 40-50%.
3. Miolisis, yakni menginduksi nekrosis dan penyusutan mioma uteri dengan kauter mono atau bipolar, laser vaporization atau krioterapi. 24,25.
• Neoplasia Tuba Fallopi :
Tumor tuba adalah kanker yang tumbuh dengan cepat dan tidak terkendali pada daerah tuba dan merusak jaringan sekitarnya. Tumor tuba fallopi adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem reproduksi wanita yaitu pada tuba fallopi, ini sangat jarang terjadi kalaupun ada biasanya merupakan penyebaran dari organ lain (misalnya ovarium/indung telur).Tumor tuba fallopi paling banyak ditemukan pada wanita pasca menopause, tetapi bisa juga ditemukan pada wanita yang lebih muda.Yang paling sering ditemukan adalah tumor Adneksa.
Etiologi
Penyebab tumor adneksa tidak diketahui secara pasti tetapi diduga karena infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, peradangan ini menyebar ke ovarium dan tuba fallopi yang menyebabkan berbagai gangguan dan terjadi pertumbuhan jaringan yang abnormal.
Patofisiologi
Karsinoma tuba fallopi primer termasuk jarang, merupakan tumor ganas primer saluan genetalia perempuan yang jumlahnya paling sedikit, yaitu 0,5% hingga 1% dari semua keganasan ginekologi. Ditemukan 1 banding 1000 kasus operasi ginekologi abdominal, dapat dijumpai pada semua umur (dari 19-80), dengan rata – rata puncaknya
pada usia 52 tahun. Kebanyakan tumor ganas yang timbul dalam tuba fallopi adalah penyebaran dari kanker ovarium atau uterus. Sehingga terdapat kriteria untuk menetapkan tumor apapun sebagai tumor primer dari tuba fallopi. Kanker harus terletak dalam tuba, dan uterus serta ovarium harus terbebas dari karsinoma.
Klasifikasi
Tumor ganas primer tuba fallopi yang paling sering adalah
adenokarsinoma. Tumor – tumor lain dapat berupa sarcoma seperti
leiomiosarkoma, kondrosarkoma, tumor mesodermal campuran,
limfoma, dan kariokarsinoma. Semua jenis kanker ganas dalam tuba fallopi ini sangat jarang. Tumor ganas tuba fallopi bermetastasis dengan pembuluh limfe menuju kelenjar regional dan menyebar dengan cara bermigrasi ke dalam pelvis atau rongga abdomen, atau mungkin berpenetrasi ke serosa dan sel – sel melepaskan diri langsung ke dalah pelvis atau rongga abdomen.
Gejala Klinis
1. perdarahan abnormal vagina, 2. menstruasi yang tidak teratur, 3. nyeri.
Kanker tuba falopii paling banyak ditemukan pada wanita pasca menopause,tetapi bisa juga ditemukan pada wanita yang lebih muda.Pada awalnya penyakit tidak menimbulkan gejala. Mula-mula keluhan samar-samar seperti : perasaan lelah, makan sedikit,
terasa cepat kenyang dan sering kembung, kemudian timbul demam dan rasa nyeri pada uterus bagian kiri dan kanan. Diikuti
dengan gejala perdarahan pervagina mungkin juga disertai pengeluaran getah vagina yang bercampur dengan darah.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan pelvik
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat perubahan pada vulva, vagina dan serviks dengan palpasi organ dalam khususnya ovarium dan permukaan uterus.
b. Test papanicolau
Merupakan pemeriksaan sistologis yang memungkinkan untuk mendeteksi adanya sel yang abnormal dan mendeteksi keganasan tumor pada tahap awal.
c. Ultra sound / USG
Digunakan untuk menentukan lokasi massa tumor d. Endoskopi
Untuk melihat lapisan dan jaringan disekitarnya secara langsung : a) Colposcopy : visualisasi vagina dan serviks dibawahkekuatan
magnet yang rendah.
b) Culdoscopy : pemasukan culdoskop melalui vagina bagianbelakang untuk melihat tuba fallopi dan ovarium.
c) Hysterescopy :pemasukan hyterescopy melalui servik untukmelihat bagian dalam uterus.
d) Biopsi : untuk mengetahui jenis dan keganasan sel.
Diagnosa
Untuk memastikan apakah tuba falopi tersumbat bisa menggunakan
hysterosalpingography. Pada prosedur ini, sinar X dilakukan setelah
radiopaque di disuntikkan melalui servik. Pewarna tersebut menyebar secara cepat ke dalam rongga rahim dan tuba falopi. Prosedur ini dilakukan dengan singkat setelah periode menstruasi seorang wanita berakhir. Prosedur ini bisa mendeteksi gangguan struktur yang bisa menyumbat tuba falopi. Meskipun begitu, sekitar 15% kasus,
hysterosalpingography mengindikasi bahwa tuba falopi tersumbat
padahal tidak- disebut hasil positif palsu. Setelah
hysterosalpingography dengan hasil normal, kesuburan tampak sedikit meningkat, kemungkinan karena prosedur tersebut sementara
waktu memperlebar pembuluh (dilate) atau menjernihkannya.
Prosedur lain (disebut sonohysterography) kadangkala digunakan
untuk memastikan apakah tuba falopi tersumbat. Cairan garam (saline) disuntikkan ke dalam interior rahim melalui servik selama ultrasonografi sehingga ruang dalam tersebut digelembungkan dan kelainan bisa terlihat. Jika cairan mengalir ke dalam tuba falopi, pembuluh tersebut tidak tersumbat. Prosedur ini cepat dan tidak
memerlukan anestesi. Hal ini dipertimbangkan lebih aman
dibandingkan hysterosalpingography karena hal ini tidak
membutuhkan radiasi atau suntikan pewarna. Meskipun begitu, hal ini tidak akurat.Jika kelainan di dalam rahim terdeteksi, di lakukan
hyteroscope, yang dimasukkan ke dalam servik ke dalam rahim. Jika
hyteroscopekemungkinan digunakan untuk mengeluarkan atau mengangkat jaringan tidak normal, meningkatkan kesempatan bahwa wanita tersebut menjadi hamil. Atau pun dapat di lakukan laparoskopi.
Pengobatan 25
Pengobatan yang utama untuk kanker tuba adalah pembedahan untuk mengangkat kedua saluran, kedua indung telur, dan rahim disertai pengangkatan kelenjar getah bening perut dan panggul. Pada kanker stadium lanjut, setelah pembedahan mungkin perlu dilakukan kemoterapi atau terapi penyinaran.24,25
• Abses Appendiks.
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Appendiks terletak di ileocaecum,
Etiologi :
Penyumbatan lumen apendiks disebabkan oleh hyperplasia folikel
limfoid, fekalit, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya,cacing usus atau neoplasma.
Patofisiologi :
Pada dasarnya appendicitis akut adalah suatu proses penyumbatan yang mengakibatkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Setelah mukosa terkena kemudian serosa juga terinvasi sehingga akan
merangsang peritoneum parietale maka timbul nyeri somatic yang
khas yaitu di sisi kanan bawah (titik Mc Burney). Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks sehingga melokalisasi daerah infalmasi yaitu dengan mengelompok dan memebentuk suatu
infiltrate apendiks dan disebut proses walling off. Peradangan
apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Manifestasi klinik
Gambaran klinis appendicitis akut 1. Tanda awal
Nyeri mulai di epigastrium atau region umbilicus disertai mual dan anorexia.Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,50C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.
2. Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc Burney, nyeri tekan, nyeri lepas, defans muskuler
3. Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung, nyeri kanan bawah
pada tekanan kiri (Rovsing’s Sign), nyeri kanan bawah bila
tekanandi sebelah kiri dilepaskan (Blumberg’s Sign), nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak, seperti nafas dalam,berjalan, batuk atau mengedan.
Pemeriksaan :
A. Pemeriksaan Fisik 1.Inspeksi
- Tidak ditemukan gambaran spesifik.
- Kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.
- Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada masaa
atauabses periapendikuler.
- Tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan
2.Palpasi
- Nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan lepas.
- Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum
parietale.
- Pada apendisitis retrosekal atau retroilealdiperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.
3. Perkusi
- Terdapat nyeri ketok, pekak hati (jika terjadi peritonitis,pekak hati ini hilang karena bocoran usus,maka udara bocor) 4. Auskultasi
- Sering normal
- Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata pada keadaan lanjut - Bising usus tidak ada (karena peritonitis)
5. Rectal Toucher
- Tonusmusculus sfingter anibaik - Ampula kolaps
- Nyeri tekan pada daerah jam 09.00-12.00
- Terdapat massa yang menekan rectum(jika ada abses).
- Pada apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan maka Kuncidiagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur.
6. Uji Psoas
Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel di m. poas mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.
7. Uji Obturator
Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang
panggul kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.
Pemeriksaan Penunjang :
1.Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
- Leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi.
- Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat
b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendicitis.
2. Radiologis dan pencitraan a. Foto polos abdomen
Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi (misalnya peritonitis) tampak:
- Scoliosis ke kanan
- Psoas shadow tak tampak
- Bayangan gas usus kananbawah tak tampak
- Garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak
b. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai
adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan
diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, apendisitis dan sebagainya.
c.Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colonmelalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding. Foto barium enema yang dilakukan perlahan pada appendicitis akut
memperlihatkan tidak adanya pengisian apendiks dan efek massa pada tepi medial serta inferiordari seccum; pengisian lengkap dari apendiks menyingkirkan appendicitis.
d. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bilaterjadi abses.
e. Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic
yang dimasukkan dalam abdomen, appendiks dapat
divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendiks maka pada saat itu
juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendiks. Diagnosis Banding : 1. Gastroenteritis akut 2. Kehamilan Ektopik 3. Adenitis Mesenterium Penatalaksanaan : 1. Sebelum operasi a. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laktasif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (lekosit dan hitung jenis) diulang secara periodik. Foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
b. Antibiotik.
Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau
apendisitisperforate. Penundaan tindakan bedah sambil memberikanantibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi.
2. Operasi
1.Appendiktomi cito (appendicitis akut, abses, dan perforasi) 2.Appendiktomi elektif(appendisitis kronis)
3.Konservatif kemudian operasi elektif (appendisitis infiltrat)
Operasi Appendisitis akut disebut : A. Chaud
Operasi Appendisitis kronis disebut : A. Froid
3. Pascaoperasi
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya pendarahan di dalam, syok, hipertermia, atau
gangguan pernafasan. Angkat sondelambung bila pasien telah
sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
Baringkan pasien dalam posisi semi Fowler. Pasien dikatakan
baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Komplikasi :
Komplikasi yang mungkin timbul adalah peritonitis, abses subfrenikus, infiltrat dan fokal sepsis intraabdominal lain.26
• Penyakit crohn.
Definisi :
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah peradangan menahun pada dinding usus. Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah
dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus.
penyebab :
Penyebab penyakit Crohn sampai saat ini belum diketahui.
Penelitian memusatkan perhatian pada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu:
- Kelainan fungsi sistim pertahanan tubuh - Infeksi
- Makanan.
Gejala dan tanda :
Gejala awal yang paling sering ditemukan adalah diare menahun, nyeri kram perut, demam, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan.Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan atau rasa penuh pada perut bagian bawah, lebih sering di sisi kanan.
Komplikasi :
Yang sering terjadi dari peradangan ini adalah penyumbatan usus, saluran
penghubung yang abnormal (fistula) dan kantong berisi nanah (abses).
Fistula bisa menghubungkan dua bagian usus yang berbeda. Fistula juga bisa menghubungkan usus dengan kandung kemih atau usus dengan permukaan kulit, terutama kulit di sekitar anus. Adanya lobang pada usus halus (perforasi usus halus) merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Jika mengenai usus besar, sering terjadi perdarahan rektum. Setelah beberapa tahun, resiko menderita kanker usus besar meningkat. Sekitar
sepertiga penderita penyakit Crohn memiliki masalah di sekitar anus, terutama fistula dan lecet (fissura) pada lapisan selaput lendir anus.
Penyalit Crohn dihubungkan dengan kelainan tertentu pada bagian tubuh lainnya, seperti batu empedu, kelainan penyerapan zat gizi dan penumpukan amiloid (amiloidosis).
Bila penyakit Crohn menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran pencernaan, penderita juga bisa mengalami :
- peradangan sendi (artritis)
- peradangan bagian putih mata (episkleritis) - luka terbuka di mulut (stomatitis aftosa)
- nodul kulit yang meradang pada tangan dan kaki (eritema nodosum)