BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Epidemiologi HIV/AIDS
2.6.1 Distribusi dan Frekuensi HIV/AIDS
Distribusi penderita HIV/AIDS menurut umur di Amerika Serikat, Eropa, Afrika dan ASIA tidak berbeda jauh. Kelompok terbesar adalah golongan umur 30-39 tahun, disusul dengan golongan umur 40-49 tahun dan 20-29 tahun (Irianto, 2014).
Sedangkan distribusi penderita menurut jenis kelamin, penderita AIDS di Afrika dan Amerika Serikat/Eropa menunjukkan pebedaan yang jelas
sesuai dengan transmisi penularan yang dominan di negara-negara tersebut. Rasio antara pria dan wanita di Afrika hampir sama (1:1), sedangkan di Amerika Serikat/Eropa bervariansi antara 10 sampai 25 kali lebih banyak penderita laki-laki (Irianto, 2014).
Berdasarkan data dari UNAIDS (2008), lebih dari 7.400 orang didiagnosa terinfeksi HIV per hari pada tahun 2008, dan 97% dari mereka yang terinfeksi tinggal di negara miskin dan berkembang. Terdapat 1.200 orang penderita berusia < 15 tahun, dan juga 3.000 orang berusia 15-24 tahun. Serta 48% dari kasus baru tersebut adalah perempuan (Sonenklar, 2011).
Epidemi penyakit ini telah meningkat dengan menampakkan wajah perempuan. Perempuan yang berumur di atas 16 tahun berkontribuasi hampir 50% dalam populasi dengan infeksi HIV/ penyakit AIDS (di wilayah sub- Sahara Afrika jumlahnya mendekati 60%), juga menunjukkan kecenderungan meningkat pula. Kunci demografi yang lain mengarah pada kelompok umur 15-24 tahun, karena orang-orang dalam kelompok umur ini menyumbangkan hampir 1/3 dari jumlah seluruh penderita terinfeksi HIV (Subowo, 2010).
Menurut Kemenkes RI sampai Desember 2013, kasus AIDS tertinggi berada pada kelompok umur 20-29 tahun. Jika dilihat dari jenis kelamin, kasus pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan yaitu sebesar 15.565 orang, dan faktor risiko penularan yang paling banyak adalah heteroseksual sebanyak 32.719 kasus, diikuti IDU (8.407 kasus), transmisi perinatal (1.438 kasus), homoseksual (1.274 kasus) dan transfusi darah (123 kasus) (Kemenkes, 2014).
Situasi masalah HIV-AIDS Januari-Maret tahun 2014 menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Balitbangkes Kemenkes RI) kasus HIV dari bulan Januari sampai dengan Maret 2014 dilaporkan sebanyak 6.626 kasus yang terinfeksi HIV. Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (72,3%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (15%), dan kelompok umur ≥ 50 tahun (5,8%). Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Sedangkan presentase faktor risiko tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (55,6%), LSL (lelaki seks lelaki) (14,7%), dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (7%) (Balitbangkes RI, 2014).
Untuk kasus AIDS, Balitbangkes RI (2014) melaporkan bahwa persentase tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun (33,4%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun (31,2%) dan kelompok umur 40-49 tahun (21,4%). Rasio AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Dan Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (88%), LSL (lelaki seks lelaki) (5,5%), dan dari ibu positif HIV ke anak (2-6%) dan pengguna jarum suntik tidak steril pada penasun (1,3%) (Balitbangkes RI, 2014).
Dinkes Sumut (2012) menyatakan berdasarkan karakteristik penderita diketahui penderita terbanyak adalah pria sekitar 75% dan wanita yaitu 25%. Sumber penularan terbanyak melalui hubungan heteroseksual 65% dan pengguna jarum suntik (IDU) 26%. Presentase penularan dari ibu ke bayi (perinatal) meningkat dari 0,6% pada tahun 2007 menjadi 1,6% pada tahun
2012. Berdasarkan golongan umur yaitu 84% adalah kelompok usia 20-39 tahun, dan berdasarkan kewarganegaran diketahui 99,2% adalah Warga Negara Indonesia (Dinkes Sumut, 2012).
b. Berdasarkan Waktu
Lembaga Dunia Penganggulangan HIV-AIDS merilis bahwa selama 2008 terjadi peningkatan 19 kali lipat jumlah kasus penyakit yang disertai lenyapnya daya tahan tubuh. KPA mencatat hanya sebanyak 171.998 orang kasus HIV-AIDS di Indonesia per Maret 2008. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan catatan UNAIDS sebanyak 270.000 kasus HIV/AIDS (Subowo, 2010).
Berdasarkan data WHO terdapat 15 juta orang meninggal karena HIV di dunia pada tahun 2013. Ada sekitar 35.000.000 orang hidup dengan HIV sampai dengan akhir tahun 2013 dan 21.000.000 orang di dunia terinfeksi HIV pada tahun 2013 (WHO, 2014).
Di Indonesia sampai 30 Juni 1991 dilaporkan sebanyak 35 orang mengidap HIV, 16 orang menderita AIDS yang pada akhir tahun 1991 orang mengidap AIDS meningkat menjadi 40 orang. Menurut Depkes RI (1993) penderita AIDS sudah mencapai 85 orang. Berdasarkan laporan triwulan Januari-Maret Depkes RI (2009), ada 114 orang terinfeksi HIV dan 854 orang menderita AIDS. Angka kumulatif dari 1 Januari 1987 sampai 30 Maret 2009 terdapat 23.632 orang dengan perincian 6.608 penyandang infeksi HIV dan 16.964 orang penderita AIDS. Setelah tiga tahun berturut-turut (2010-2012) cukup stabil, perkembangan jumlah kasus baru HIV positif di
Indonesia pada tahun 2013 kembali mengalami peningkatan secara signifikan, dengan kenaikan mencapai 35% dibanding tahun 2012 (WHO, 2014).
Menurut Ditjen PP&PL Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014, sejak tahun 2008 – 2012 kasus AIDS di Indonesia mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2013 terjadi penurunan kasus baru AIDS menjadi sebesar 5.608 kasus. Secara kumulatif, kasus AIDS di Indonesia sampai tahun 2013 sebesar 52.348 kasus (Kemenkes RI, 2014). Angka kematian (CFR) HIV/AIDS menurun dari 3,79% pada tahun 2012 menjadi 1,67% pada bulan Maret tahun 2014 (Balibangkes RI, 2014).
Narapidana di Indonesia yang positif HIV terus meningkat jumlahnya. Pada tahun 2000 terdapat 17,5% dari semua narapidana positif HIV dan jumlah ini meningkat menjadi 22% di tahun 2002. Studi lainnya menunjukkan 24,5% narapidana di Jakarta terinfeksi sedangkan di Bali 10,2%. Pada penjara yang sama di Bali 56% dari narapidana pengguna NAPZA suntik juga terinfeksi. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 60% dari tahun 2002 ke tahun 2003 dan 42% di tahun 2004. Walaupun beberapa narapidana telah terinfeksi di luar penjara, terdapat kemungkinan adanya infeksi baru yang terjadi di dalam penjara yang diakibatkan oleh perilaku berisiko tinggi di kalangan narapidana sendiri (KPA, 2007).
Di Sumatera Utara pada tahun 2010 terdapat jumlah kasus baru untuk HIV yaitu 238 kasus dan AIDS sebanyak 564 kasus, dengan prevalensi HIV sebesar 6,21 dan AIDS sebesar 4,17 per 100.000 penduduk. Peningkatan kasus HIV/AIDS terjadi pada tahun 2012, dimana jumlah kasus HIV/AIDS meningkat tajam sebesar 821 kasus baru HIV dan 643 kasus baru AIDS.
Prevalensi HIV pada tahun ini sebesar 6,21 dan AIDS sebesar 4,87 (Dinkes Sumut, 2012). Hal ini berbeda dengan estimasi dari PP&PL RI (2012) yang mengatakan prevalensi HIV di Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah sebesar 0,12 (Dirjen PP & PL, 2012).
c. Berdasarkan Tempat
AIDS merupakan penyakit yang tergolong dalam penyakit defisiensi imun sekunder, yang untuk pertama kalinya dikenal dalam tahun 1980 di Amerika Serikat. Sejak peristiwa itu jumlah penderita terus meningkat dan melanda seluruh negara. Bahkan tidak terbatas di benua Amerika saja melainkan telah meluas pula ke daratan Eropa, Inggris, Asia Selatan, Asia Tengah, Cina, Jepang, dan Hongkong (Subowo, 2010). Berdasarkan data WHO (2014), proporsi kasus HIV tertinggi berada di wilayah Sub-Sahara Afrika yaitu 70% dari seluruh kasus baru di dunia (WHO, 2014).
Walaupun jumlah penderita di Afrika paling buruk, namun jumlah orang terinfeksi oleh HIV meningkat di sebagian besar beberapa wilayah, khususnya Eropa Timur, dan Asia Tengah. Di India dan Cina terjadi peningkatan epidemik dengan prevalensi 1-2 % pada wanita hamil. Namun, walaupun demikian terdapat perbedaan jumlah penderita laki-laki dan perempuan di Amerika Serikat (Subowo, 2010).
Di Indonesia, lebih dari dua per lima provinsi (14 provinsi) di Indonesia memiliki jumlah kasus HIV>440, meliputi seluruh provinsi di Pulau Papua dan Pulau Jawa Bali serta berbagai provinsi di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Jumlah kasus HIV pada kelompok tersebut menyumbang hampir 90% dari seluruh jumlah kasus HIV di Indonesia.
Provinsi dengan jumlah HIV tertinggi adalah DKI Jakarta, Papua dan Jawa Timur (Kemenkes RI, 2014).
Sedangkan, penambahan kasus baru pada tahun 2011 menyebabkan peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS secara keseluruhan di Sumatera Utara. Pada tahun 2012, jumlah kasus HIV/AIDS meningkat tajam dari tahun sebelumnya, dengan rasio peningkatan hampir 6/5 kali lipat kasus HIV dan 7/5 kasus AIDS. Kasus baru HIV/AIDS tertinggi di 5 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2012 secara berturut-turut adalah kota Medan yaitu 506 kasus atau sekitar 34,56%, Kabupaten Karo 347 kasus (23,70%), Kabupaten Deli Serdang sebanyak 172 kasus (11,75%) dan Kota Pematangsiantar sebanyak 85 kasus (5,8%) dari total seluruh penderita baru (Dinkes Sumut, 2012).
2.6.2 Determinan HIV/AIDS