• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 32

4.5 Strategi Perempuan Pesisir dalam Mengatasi Kemiskinan

4.5.1.1 Diversifikasi Pekerjaan

Diversifikasi pekerjaan merupakan pengkombinasian pekerjaan (pekerjaan sambilan), dimana seorang isteri nelayan selain bekerja menjadi ibu rumah tangga, isteri nelayan juga bisa bekerja di bidang lain. Beragam pekerjaan yang para isteri kerjakan asalkan mereka mampu mengerjakannya. Seorang isteri nelayan tidak hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja, kebanyakan istri-istri nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli membantu suaminya mencari uang dengan bekerja sebagai buruh, berjualan, dan lainnya. Oleh karena kondisi ekonomi keluarga sangat berkekurangan sehingga perempuan pesisir di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan melakukan pekerjaan lebih dari satu untuk menambah penghasilan setiap harinya. Adapun pengkombinasian pekerjaan tersebut, yaitu :

1. Bekerja di Sektor Perikanan

Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh istri nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli lebih banyak bekerja sebagai buruh di sektor perikanan. Bekerja sebagai buruh usaha perikanan memang pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh istri nelayan, namun penghasilan yang diperoleh paling kecil dibandingkan pekerjaan lain.

a. Buruh Harian Lepas

Pemilik kapal besar biasanya mempekerjakan para perempuan pesisir untuk menyortir, mengopek, menjemur hasil laut yang mereka tangkap. Menyortir adalah kegiatan memilih jenis-jenis ikan sesuai ukuran, jenis, dan tampilan kesegarannya. Mengopek adalah kegiatan

mengupas kerang atau udang yang akan dijual maupun dijadikan bahan makanan. Menjemur adalah kegiatan dimana ikan-ikan yang telah dibersihkan diletakan dibawah sinar matahari. Hal ini merupakan salah satu proses membuat ikan asin. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Farida pada saat dilapangan :

“ Inilah aku kerja sama orang, kerja milih-milih ikan teri. Ikan teri kecil-kecil ini dipisahkan dari ikan tapis. Aku kerja dari jam lapan pagi sampelah jam lapan malam kadang pun sampe jam sembilan malam. Ini namanya kerja harlep, jadi buruh harian lepas. Kerjanya harian, dibayarnya pun harian, kalo ada banyak ikan sampe seharian aku kerja dapat kulah Rp. 100.000/hari. Tapi kalo cuman ada dikit ikan, kerja Cuma dari sore ya dapat kulah Rp.30.000/hari. Kebanyakan nganggur pun aku, gak ada ikan yang mau dikerjakan”.

Pekerjaan menjadi buruh harian lepas dilakukan oleh Ibu Farida untuk membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Hanya dengan mengharapkan penghasilan dari suami saja tentu tidaklah cukup menurut Ibu Farida. Oleh karena itulah Ibu Farida juga ikut membantu suaminya bekerja untuk mendapatkan uang. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Farida pada saat dilapangan :

“ gajiku jadi harlep ini bisa untuk belanja, keperluan anak sekolah, ongkosnya, jajannya lagi, kan jadi bisa membantu suami. Kalo Cuma suami ajanya yang diharapkan ya kurang mencukupi, jadi kalo kita bekerja kan udah enak, ada uang suami ada juga uang dariku”.

Selain Ibu Farida, hal yang sependapat juga dirasakan oleh Ibu Satia yang bekerja menjadi buruh kopek udang lipan. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Satia pada saat dilapangan :

“ya aku kerja untuk bantu suami, gajiku untuk ke dapur, jajan anak sekolah. jadi buruh kopek udang lipan ini, ibu bekerja dari jam lapan sampai habis semua. Ya lihat bahan juga, kalau ada banyak

bahan pulangnya sampe sore kali tapi kalau bahannya dikit tengah hari udah pulang. Gajinya pun tak menentu, kalau banyak bahan digaji Rp. 35.000, tapi kalau bahan dikit ya Cuma dapat Rp. 8.000-15.000 lah, kalau sama sekali gak ada bahan Cuma dapat Rp. 2.000 pun. Ya lumayanlah daripada gak kerja Cuma mengharap dari bapak, manalah cukup. Kalau bapak gak kerja, kan ada gajiku, kalau bapak gak kerja aku pun gak kerja, cemana mau hidup”.

Walaupun penghasilan yang di dapat dari bekerja sebagai buruh harian lepas tidak begitu besar, namun penghasilan tersebut dirasakan para istri nelayan dapat mengurangi beban keluarga. Penghasilan tersebut dapat menambah ekonomi keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Saniyem :

“ dari berjualan inilah dek, lumayan untuk jajan-jajan anak. Bapak melaut kan gak jelas gajinya. Kadang-kadang pun lebih besar gaji yang ibu dapat dari berjualan kek gini. Lumayanlah, bisa jajan anak, ongkosnya lagi, kadang kalau habis semua, bisa juga ibu nabung. Bapak jadinya kan terbantu, hasil bapak bisalah untuk belanja di dapur. Ibu bantu biaya sekolah anak-anak, kan jadi tercukupi semua”. b. Agen ( pedagang perantara ) ikan

Menjadi agen ikan nelayan, harus senantiasa siap di tempat pendaratan ikan sesuai dengan jadwal tiba melaut para nelayan. oleh karena itu, jika nelayan mendaratkan hasil tangkapan pada pagi hari, maka agen akan bersiap-siap di pagi hari begitu juga jika pendaratan ikan oleh nelayan tiba dari melaut pada malam hari.

Agen ikan memperkerjakan perempuan-perempuan persisir untuk membersihkan hasil laut yang ia dapat. Hasil laut ini bisa di dapat dari tangkapan suami di laut atau bisa dengan membeli hasil tangkapan orang lain. Ketika bahan hasil laut sudah ada, agen akan memanggil orang-orang untuk dipekerjakan membersihkan dan menjemur ikan.

Ikan-ikan inilah akan dijual oleh agen setelah dibersihkan oleh para pekerja yang ia pekerjakan. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Nurhayati pada saat dilapangan :

“ aku kerja supaya nolong dia di rumah, kadang dia melaut kadang enggak, jadi kalau dia ada dapat ikan, ku asinin, jemur sendiri trus dijual. Kan lumayan untuk nambah-nambah belanja di rumah. aku suka kerja, ngambilin udang lipan orang trus suruh orang kerja, ngupahi sama orang. Aku juga ikut ngerjainya biar gak terlalu banyak ngupahi orang”.

c. Mengolah dan Menjual Hasil Tangkapan Suami

Para nelayan pergi mencari ikan di laut selama beberapa hari dan memperoleh ikan yang di bawa ke rumah. Ikan-ikah hasil tangkapan nelayan inilah akan diolah oleh para isteri nelayan. Ikan-ikan ini biasanya diolah menjadi ikan asin, menjadi makanan yang berbahan dasar ikan, dan lainnya. Mengolah ikan hasil tangkapan suami menjadi ikan asin dimaksudkan untuk meningkatkan harga jual ikan tersebut, selain itu juga untuk mengantisipasi pada saat permintaan ikan segar rendah, disebabkan sedang musim ikan, sehingga penjualan sulit untuk dilakukan. Ada juga isteri nelayan yang menjual hasil tangkapan suaminya di tempat pejualan ikan dan sebagian dikonsumsi sendiri oleh keluarga. Istri yang berdagang ikan hasil tangkapan suami mereka, kegiatan ini akan berlangsung pada waktu yang sama dengan istri-istri nelayan lainnya, karena bergantung pada masa tiba melaut para nelayan. Hal ini mengakibatkan adanya persaingan antara para istri nelayan dalam menjual ikan hasil tangkapan suami mereka.

Hasil yang didapat oleh para isteri nelayan dari menjual ikan hingga mengolahnya akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Sari pada saat dilapangan :

“ Kalau bapak pulang bawa ikan, biasanya ibu olah ikan itu jadi ikan asin. Pulanglah bapak, langsung ibu bersihkanlah ikan-ikan itu, ibu jemur, ibu asinkanlah. Siap udah jadi ikan asin, ya ibu jual ikan asin itu. Uangnya untuk belanja rumah tangga, anak sekolah, kadang kalau hasilnya lumayan, mau juga ibu nabung”.

2. Bekerja di Sektor Perdagangan

Selain pekerjaan yang berada disektor perikanan, perempuan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan juga ada yang bekerja di sektor perdagangan, yaitu :

a. Membuka warung

Perempuan penduduk di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli khususnya para ibu rumah tangga membantu suami dalam menambah penghasilan untuk keperluan rumah tangga yaitu dengan berjualan. Disepanjang jalan di lingkungan VII terdapat rumah-rumah yang berjualan di teras rumahnya. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Saniyem yang berjualan makanan seperti mie, bubur, sate kerang, gorengan, dan lainnya pada saat dilapangan :

“ibu jualan gini ya lumayanlah untuk jajan-jajan anak. Kalau untuk dapur dari bapaknyalah. Tapi kalau bapaknya pere melaut ya hasil jualan ini dimasukan ke dapur. Kan melaut ini gak tentu rejekinya, kadang-kadang ada kadang-kadang gak ada. Kan lumayan juga rejeki jualan gini, dapat juga aku kalo habis semua kadang dapat dua ratus sampe dua ratus lima puluh. Bisalah ku tabung entah sepuluh, dua puluh ribu setiap hari, bisalah ku sekolahkan anak ku”.

b. Berjualan risol ke warung-warung

Seorang ibu rumah tangga yang hanya memiliki sedikit modal untuk berjualan, mencoba untuk berjualan risol yang dititipkannya ke warung-warung yang menjual makanan. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Nila yang berjualan risol pada saat dilapangan : “ usaha gorengan ajanya ibu bikin risol ditarok-tarok di kede-kede, di sekolah, di orang-orang yang jual sarapan. Pagi antar risol, siang sore pun antar risol, kan buatnya di rumah ibu, bisa liat-liat anak juga dirumah jadi bapak pun ngijinkan jualan gini. kan lumayan dapat keuntungan lima puluh sampe enam puluh ribu. Bisa untuk bantu sekolah anak-anak ini bisa jajan-jajan anak sekolah”.

3. Bekerja di Sektor Jasa

Selain pekerjaan yang berada disektor perikanan dan perdagangan, perempuan pesisir di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli juga ada yang bekerja di sektor jasa, yaitu :

1. Pembantu Rumah Tangga

Isteri nelayan di Lingkungan VII Kelurahan Bagan Deli mengatasi kemiskinan pada keluarganya dengan bekerja menjadi pembantu rumah tangga. Isteri nelayan sudah sangat terbiasa dengan pekerjaan domestik dimana mereka melakukan sendiri pekerjaan-pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian, menyetrika, menyapu, mengepel, dan sebagainya. Oleh sebab itu, isteri nelayan sudah tidak asing lagi dalam bekerja menjadi pembantu rumah tangga. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ibu Tuti yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga di Lingkungan lain di Kelurahan Bagan Deli. Ia bekerja mencuci dan menyetrika pakaian dengan mendapat upah Rp. 500.000/bulan. Dengan gaji yang tetap setiap bulannya membuat Ibu

Tuti mampu mengatasi permasalahan ekonomi pada keluarganya. Setiap bulannya, Ibu Tuti bisa mengikuti jula-jula yang ia ikuti bersama para tetangganya. Setelah mendapat giliran jula-jula, Ibu Tuti mampu merenovasi rumahnya, membayar uang kuliah anaknya, dan membeli perabotan rumah tangga. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Tuti pada saat dilapangan :

“ jadi tukang cuci dan gosok baju gini, ibu digaji Rp. 500.000 per bulan. Penghasilan bapak untuk keperluan rumah tangga, ada juga anak ibu yang udah kerja, dialah yang bantu-bantu ibu juga. Dari gaji ibu ini bisalah ibu bagusin rumah ibu yang rusak, bisa ibu beli lemari, tipi, kadang ibu bantu juga anak ibu yang kuliah, dia kuliah sambil kerja, gajinya untuk biaya kuliahnya, ya dari cuci pakaian kalau ada lebih ibu kasih juga uang ibu untuk bayar uang kuliah ”.

2. Guru

Ibu Awi adalah seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran agama Kristen di Sekolah Dasar HKBP Pajak Baru. Menjadi seorang guru, Ibu Awi mengaku mendapat penghasilan yang lumayan sekitar Rp 1.200.000/bulan. Dengan mendapatkan penghasilan tersebut, Ibu Awi mempergunakannya untuk keperluan rumah tangganya. Dengan penghasilan tersebut, ia dapat menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta. Untuk menambah penghasilan, Ibu Awi juga membuka les private di rumahnya sendiri. Mendapat uang tambahan dari membuka les private, Ibu Awi mampu membeli perhiasan emas. Hal ini didukung saat wawancara dengan Ibu Awi pada saat dilapangan :

“ gaji ibu Rp. 1.200.000 per bulan, gaji inilah untuk biayai sekolah anak-anak ibu. Anak-anak ibu sekolahnya di swasta. Ibu juga buka les di rumah ibu malam-malam. Uangnya bisa ibu beli emas, kan kalo beli emas ini, bisa juga ibu jual kalau ibu lagi kepepet. Jaman sekarang kalau isteri gak pande cari duit manalah bisa hidup, dari pagi ibu

ngajar, malamnya pun ibu ngajar, biar banyak dapat duit, bisalah ku sekolahkan anak-anakku tinggi-tinggi ”.

Dokumen terkait