• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUA KESALAHPAHAMAN

Dengan berpegang pada pandangan yang obyektif, dalam kesempatan ini saya mewakili Yi Kuan Tao menjernihkan dua kesalahpahaman yang beredar di masyarakat luas terhadap mereka.

Pertama, di luaran beredar berita yang mengatakan bahwa para pengikut Yi Kuan Tao, baik pria, wanita, orang tua ataupun anak-anak, semua ‘bertelanjang bulat tanpa sehelai benangpun’ dalam melakukan upacara kebaktian. Berita ini tidak benar.

Sepanjang pengetahuan saya, sejak jaman dahulu Yi Kuan Tao memiliki banyak sekte. Di Taiwan saja, saat ini terbagi menjadi 18 sekte. Saya pernah mengunjungi dan berkali-kali menghadiri pertemuan di beberapa Fo Dang daerah sekitar Taichung dan Canghua. Pada saat berkumpul, entah untuk Jiu Tao atau ceramah Tao, semua pengikutnya sangat tertib dan sopan, tak pernah melakukan sesuatu yang di luar batas, apalagi bertelanjang bulat seperti kabar negatif yang beredar di masyarakat. Menurut saya, ini hanyalah kabar angin yang sama sekali tak berdasar. Hal ini saya katakan bukan karena sebagai bekas pengikut ajaran sesat Yi Kuan Tao yang takut dipermalukan maka kemudian saya memelintir fakta dengan menyangkal kebenaran berita ini. Mereka tidak melakukan tindakan yang di luar batas, ini adalah fakta yang sebenarnya.

Kenapa terhadapYi Kuan Tao bisa timbul kesalahpahaman macam ini? Menurut analisa saya, mungkin ada hubungannya dengan kewaspadaan Yi Kuan Tao terhadap lingkungan sekitarnya selama melakukan kegiatan ‘Pai Fo Jiu Tao’. Mereka amati dengan cermat setiap orang asing yang diajak oleh anggota lama atau pengunjung yang datang. Bila anda datang sebagai pengamat maka anda tidak mungkin diperkenankan masuk. Bahkan mereka yang datang mendengarkan ceramah dengan diajak oleh pengikut Yi Kuan Tao pun tetap tak terlepas dari pengawasan secara diam-diam (saat melakukan Tien Tao hanya mereka yang akan bergabung baru diperkenankan ikut). Dalam ‘Tata Tertib Mendengarkan Pembabaran Kitab Suci’ tercantum : bila mengajak orang luar maka harus disediakan tempat duduk khusus untuk pengamat, kemudian data pribadi orang tersebut harus dilaporkan secara jelas kepada

Tien Juan Shi atau Dan Cu. Hal ini diperlukan demi pertimbangan keamanan. Harap jangan mengajak orang yang tidak semestinya.

Dalam kegiatan pertemuan Yi Kuan Tao, bila tahu bahwa anda bukan pengikut mereka atau bukan orang yang akan Jiu Tao, bukan saja anda akan ditolak, bahkan kadang kala mereka akan menutup semua pintu dan jendela membiarkan anda mengecap bagaimana rasanya penolakan itu. Dari sini bisa kita ketahui betapa rahasianya organisasi Yi Kuan Tao serta betapa hati-hatinya tindakan mereka.

Fo Dang gadungan Yi Kuan Tao umumnya terletak di lantai atas atau lantai bawah di lingkungan yang agak gelap, serta dengan adanya tindakan misterius menutup pintu menolak tamu yang dilakukan, semuanya ini semakin menimbulkan kecurigaan orang luar terhadap mereka. Sehingga mungkin saja ada oknum tidak bertanggung jawab yang berpikiran negatif lalu sengaja menyebarkan berita yang tidak benar.

Selama menghadiri acara pertemuan Yi Kuan Tao, saya bisa merasakan betapa ketatnya tata tertib Fo Dang gadungan mereka, hal inilah yang menyebabkan pertemuan mereka terasa sangat khusuk. Sebagai contoh, Kitab Mengundang Dewa menyebutkan: “Semua diam dengan khusuk, berbaris dengan rapi, mengenakan pakaian dan mahkota, …” Dari alinea ini dapat terlihat betapa khusuknya upacara mereka. Saat Jiu Tao, sebelumnya kami diwajibkan ‘menenangkan hati, mencuci tangan’, setelah itu merapikan busana. Busana harus dikenakan dengan baik, baju harus terkancing semua kecuali kancing paling atas. Saat kebaktian, pria dan wanita harus duduk terpisah, meskipun saudara ataupun sahabat baik juga harus terpisah. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi kanak-kanak. Berikut beberapa kutipan ‘Tata Tertib Fo Dang’ dan ‘Tata Tertib Pembabaran Kitab Suci’:

1. Saat pelaksanaan Pembukaan, Penutupan, Penyambutan - Pengantaran Tien Juan Shi dan kebaktian peringatan hari jadi Altar Suci, selalu terpisah menjadi dua bagian. Jien [pria] lebih dahulu dan Guen [wanita] setelah itu; saat berdiri posisi pria di kiri sedang wanita di kanan, dilarang mengacaukan tata tertib ini. Saat berjumpa di luar [di luar Fo Dang], tetap harus menghormati tata tertib ini.

2. Bila Jien belum selesai melakukan puja bhakti maka Guen tidak diperkenankan mengikuti. Saat Jien melakukan puja bhakti, Guen juga dilarang mengikuti. Inilah yang dinamakan: ada perbedaan antara pria dan wanita.

3. Selesai kebaktian pembabaran Tao, Jien dan Guen keluar meninggalkan ruangan harus secara terpisah satu demi satu. Sesampai di luar harus tetap tertib, dilarang berbicara sembarangan untuk menghindari pemikiran yang negatif dari pihak luar.

Berdasarkan penjelasan di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa kabar berita yang mengatakan pengikut Yi Kuan Tao bertelanjang bulat adalah tidak benar. Kemungkinan besar berita ini muncul berdasarkan dugaan atau kesalahpahaman pihak luar. Yi Kuan Tao memakai kedok nama Agama Buddha, menempatkan rupang Buddha sebagai obyek penghormatan, melakukan sila dengan ketat, serta kekhusukan kebaktian mereka tak berbeda dengan suasana kebaktian Agama Buddha, inilah beberapa alasan kenapa banyak orang yang tertipu menjadi anggota mereka. Bahkan tak sedikit mahasiswa yang tertipu menganggap Yi Kuan Tao adalah Agama Buddha yang sejati. Oleh karena itu, bila dikatakan Yi Kuan Tao bertelanjang bulat selama melakukan pertemuan, maka saya yakin mereka hanya akan bisa menipu para petani yang buta huruf, takkan mungkin dapat menipu begitu banyak intelektual.

Hal kedua yang ingin saya jernihkan mengenai kesalahpahaman terhadap Yi Kuan Tao adalah berita di surat kabar yang menuliskan : “… pengacau, bajingan, anak-anak, wanita dan semacamnya adalah anggota masyarakat yang mereka incar agar bergabung.” Ada kesalahan dalam ucapan ini.

Dahulu kala sewaktu masih di daratan Tiongkok, bagaimana cara Yi Kuan Tao mencari pengikut, saya tidak begitu jelas. Mungkin saja saat melakukan makar, tanpa disadari ada pengacau dan bajingan yang ikut bergabung. Tetapi masa kini di Taiwan, meski ada juga menarik anak-anak dan wanita, tetapi Yi Kuan Tao tidak satupun menarik pengacau atau bajingan. Orang-orang macam itu tidak percaya dengan agama. Bila di dalam hati mereka mempercayai adanya Dewa dan Buddha maka sedikit banyaknya mereka juga memiliki jiwa welas asih dan rasa cinta kasih. Kalau demikian, mana mungkin mereka menjadi pengacau dan bajingan? Lagi pula, katakanlah para pengacau dan bajingan itu ingin bergabung dengan

Yi Kuan Tao, saya yakin para pengikut Yi Kuan Tao akan menutup pintu menolak kehadiran mereka. Bila datang bergabung saja ditolak, mana mungkin dikatakan Yi Kuan Tao berusaha menarik orang-orang macam ini? Mari kita lihat penjelasan dalam bab berikut.

18. KRITERIA YANG HARUS DIPENUHI UNTUK DAPAT BERGABUNG DENGAN