• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstrak Tumbuhan yang dapat Menurunkan KAU Darah Pada Hewan Percobaan Berdasarkan Variasi Dosis Percobaan Berdasarkan Variasi Dosis

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pencarian Artikel

4.3 Ekstrak Tumbuhan yang dapat Menurunkan KAU Darah Pada Hewan Percobaan Berdasarkan Variasi Dosis Percobaan Berdasarkan Variasi Dosis

Berdasarkan hasil berbagai penelitian eksperimental yang telah dilakukan menggunakan hewan percobaan tikus putih jantan didapatkan 7 ekstrak tumbuhan yang mampu menurunkan KAU darah pada Tikus. Ekstrak tumbuhan tersebut terbagi dalam 5 dosis berbeda yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Ekstrak tumbuhan dengan efek antihiperurisemia pada hewan percobaan tikus putih berdasarkan variasi dosis

Dosis

70 Ekstrak Etanol Daun Kelor

Dosis

Keterangan : K.A.U = Kadar Asam Urat

Selain hewan percobaan tikus, berbagai penelitian eksperimental yang telah dilakukan menggunakan hewan percobaan mencit putih jantan didapatkan 9 ekstrak tumbuhan yang mampu menurunkan kadar asam urat darah pada mencit. Ekstrak tumbuhan tersebut terbagi dalam 7 dosis berbeda yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2 Ekstrak tumbuhan yang dapat menurunkan KAU pada hewan percobaan mencit putih berdasarkan variasi dosis

Dosis

Dosis

Keterangan : K.A.U = Kadar Asam Urat

Dari kedua tabel diatas dapat dilihat bahwa masing-masing ekstrak tumbuhan memberikan hasil yang berbeda dalam menurunkan KAU darah pada hewan percobaan tikus putih dan mencit putih yang digunakan sebagai subjek penelitian. Adanya perbedaan efektivitas ekstrak tumbuhan dalam menurunkan KAU pada masing-masing hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh dosis ekstrak yang diberikan pada setiap penelitian dan berbedanya kandungan yang berpotensi sebagai antihiperurisemia dari masing-masing ekstrak tumbuhan. Dosis yang tertera pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 merupakan dosis efektif yang didapatkan dari

masing-masing hasil percobaan tersebut. Dimana dosis yang paling efektif dari masing-masing ekstrak tumbuhan adalah dosis terendah namun sudah memiliki potensi sebagai antihiperurisemia dan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan obat sintesis allopurinol yang digunakan sebagai kontrol positif.

Perbedaan penginduksi yang digunakan pada masing-masing percobaan akan mempengaruhi peningkatan KAU di dalam darah. Hal ini teradi karena bedanya mekanisme yang terjadi dari masing-masing penginduksi. Potassium oxonate akan menghambat enzim uricase yang akan mengubah asam urat menjadi alantoin sehingga KAU dalam darah meningkat (Mazzali dkk. 2011). Kafein dapat digunakan untuk meningkatkan KAU karena kafein merupakan alkaloid derivat xantin yang memiliki senyawa metil teroksidasi dan membentuk asam urat.

Sedangkan jeroan berupa hati ayam maupun usus ayam dapat meningkatkan KAU melalui metabolisme purin yang dihasilkan akan semakin meningkat. Selain itu, penginduksi yang menggunakan kombinasi tentu akan menghasilkan KAU yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian yang menggunakan penginduksi tunggal.

Pada penelitian yang menggunakan hewan percobaan tikus putih, dosis 70 mg/kg BB Ekstrak Etanol Daun Kelor (EEDK) merupakan dosis terendah dari seluruh ekstrak tumbuhan yang dapat menurunkan KAU darah. Penelitian tersebut dilakukan oleh Putra dkk. (2019), menjelaskan hasil bahwa EEDK dengan dosis 70, 140, dan 280 mg/KgBB mampu menurunkan KAU tikus putih kembali ke kadar normal dengan nilai persen penurunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol positif allopurinol.

EEDK dosis 70 mg/kg BB tidak hanya merupakan dosis terendah namun juga merupakan ekstrak yang memiliki persentase penurunan KAU tertinggi sebesar 65,69% jika dibandingkan dengan dosis dan ekstrak tumbuhan lainnya yang memiliki aktivitas antihiperurisemia pada hewan percobaan tikus putih. Hal ini dapat memperkuat bahwa Ekstrak Etanol Daun Kelor memiliki potensi sebagai antihiperurisemia dan dapat dipertimbangkan untuk dikembangkan menjadi obat tradisional fitofarmaka.

Pada dosis 100 mg/kg BB terdapat dua jenis ekstrak yang dapat menurunkan KAU pada tikus, yaitu: Ekstrak Etil Asetat Tumbuhan Suruhan (EEATS) dan Ekstrak Etanol Daun Binahong (EEDB). Kedua jenis ekstrak ini menunjukkan hasil yang berbeda. Dimana EEATS dosis 100 mg/kg BB memiliki persentase penurunan KAU yang lebih tinggi sebesar 63,56% dibandingkan dengan EEDB 10 mg/kg BB sebesar 37,58%. Penelitian EEATS memiliki rerata KAU seteleh induksi yang lebih tinggi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan dosis penginduksi yang digunakan pada kedua penelitian tersebut. Pada penelitian ekstrak menggunakan daun Binahong yang dilakukan oleh Lidinilla (2014), menggunakan penginduksi asam urat berupa kafein 3 mg/200 g BB. Sedangkan penelitian ekstrak menggunakan tumbuhan Suruhan yang dilakukan oleh Mawati (2017), menggunakan penginduksi kafein 54 mg/200 g BB. Perbedaan dosis penginduksi tersebut mempengaruhi KAU pada hewan percobaan tikus setelah dilakukan penginduksian.

Pada dosis 150 mg/kg BB juga terdapat dua jenis ekstrak yang dapat menurunkan KAU pada tikusnamun memiliki persentase penurunan yang berbeda.

Penelitian Ekstrak Etanol Herba Anting-Anting (EEHAA) yang dilakukan oleh Munthe (2016), didapatkan hasil persentase penurunan yang lebih besar yaitu 53,41% dibandingkan penelitian Ekstrak Etanol Buah Andaliman (EEBA) yang

dilakukan oleh Hutahuruk (2019), diperoleh hasil persentase penurunan sebesar 18,55%. Hal tersebut menunjukkan bahwa EEHAA memberikan penurunan KAU yang lebih besar.

Pada dosis 200 mg/kg BB pada Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (EERT) yang dilakukan oleh Megawati (2019), didapatkan hasil penelitian dan uji statistik yang disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang temulawak demgan dosis 200 mg/kg BB memiliki kemampuan paling optimal dalam menurunkan KAU dibandingkan dengan dosis 50 mg/kg BB dan 100 mg/kg BB dengan persentase penurunan sebesar 43,03 % dan mempunyai efketivitas yang sebanding dengan kontrol positif (allopurinol).

Dosis 600 mg/kg BB pada Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (EERTP) merupakan dosis ekstrak efektif tertinggi yang dapat menurunkan KAU pada tikus putih percobaan. Hasil statistik penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2015), menunjukkan bahwa EERTP dosis 600 mg/kg BB dan kontrol positif allopurinol memiliki penurunan KAU yang tidak berbeda signifikan, tetapi berbeda signifikan dengan dosis EERTP 400 dan 800 mg/kg BB.

Pada penelitian yang menggunakan hewan percobaan mencit putih, juga didapatkan hasil yang bervariasi dari masing-masing ekstrak. Ekstrak tumbuhan dengan dosis ekstrak yang sama, dapat dibandingkan melalui persentase penurunan yang dihasilkan. Ekstrak dengan persentase penurunan paling tinggi berarti menurunkan KAU lebih banyak.

Pada dosis 7,40 mg/kg BB ekstrak etanol daun hijau tumbuhan pucuk merah yang dilakukan oleh Juwita dkk. (2017), didapatkan hasil bahwa aktivitas antihiperurisemia maksimal dari ekstrak bekerja pada dosis 7,40 mg/kg BB dengan

persentase penurunannya 55,04%. Persentase penurunan ini mendekati persentase penurunan allopurinol yaitu 64,29%.

Pada dosis 50 mg/kg BB, terdapat 2 ekstrak tumbuhan yaitu Ekstrak Etanol Daun Mahkota Dewa (EEDMD) dan Ekstrak Etanol Biji Alpukat (EEBA). Dimana EEDMD memiliki persentase penurunan KAU yang lebih besar dibandingakn EEBA, yaitu sebesar 70,75%. Penelitian yang dilakukan tersebut membandingan dengan allopurinol dengan hasil bahwa ekstrak memiiki efek yang sama baiknya dalam menurunkan KAU dan menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna.

Pada dosis 72,8 mg/kg BB Ekstrak Etanol Buah Naga Putih (EEBNP) yang dilakukan oleh Amir (2018), bahwa EEBNP) berbeda nyata dibandingkan dosis 36,4 mg/kgBB dan 18,2 mg/kgBB, tetapi tidak berbeda dengan kontrol positif (allopurinol).

Pada dosis 195 mg/kg BB Ekstrak Etanol Daun Bambu Tali (EEDBT) yang dilakukan oleh Novitasari (2015), melakukan penelitian dengan menguji 3 dosis yaitu: dosis 195, 390 dan 780 mg/kg BB. Hasil pengukuran KAU pada ketiga kelompok dosis ekstrak tersebut didapatkan persentase penurunan tertinggi pada EEDRT dosis 195 mg/kg BB sebesar 46,56% dan berbeda signifikan dengan kontrol negatif.

Pada dosis 250 mg/kg BB terdapat 2 ekstrak tumbuhan yaitu Ekstrak Etanol Tumbuhan Jelatamg (EETJ) dan Ekstrak Etanol Daun Murbei (EEDM). Dimana EEJT memiliki persentase penurunan KAU yang lebih besar dibandingakn EEDM, yaitu sebesar 24,15%. Penelitian yang dilakukan Fadila (2020), disimpulkan bahwa allopurinol dan ekstrak jelatang memberikan pengaruh yang sama dalam menurunkan KAU darah. Sedangkan penelitian EEDM yang dilakukan Baity

(2015), menyimpulkan bahwa EEDM dosis 250 mg/kg memiliki persentase penurunan tertinggi dan berbeda signifikan dengan kontrol negatif.

Pada dosis 400 mg/kg Ekstrak Etanol Daun Pegagan (EEDP) yang dilakukan oleh Pratiwi (2015), memperlihatkan hasil bahwa suspensi EEDP dosis 400 mg/kg BB memiliki perbedaan signifikan terhadap kontrol negatif. Sedangkan kelompok perlakuan dengan suspensi EEDP 400 mg/kg BB dan suspensi EEDP 600 mg/kg BB tidak berbeda signifikan dengan kelompok yang diberikan suspensi allopurinol 10 mg/kg BB.

Dari 16 tumbuhan di atas Senyawa aktif yang diduga berperan dalam menurunkan KAU di dalam darah adalah senyawa flavonoid. Senyawa Flavonoid dilaporkan dapat menghambat kerja enzim xantin oxidase. Enzim xantin oksidase merupakan enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat (Umamaheswari, 2013; Lin dkk., 2002).

4.4 Ekstrak Tumbuhan yang dapat Menurunkan KAU Darah Pada Hewan