• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PEMBANGUNAN DESA

Bagian Kesatu

Perencanaan Pembangunan Desa Paragraf Satu

Musyawarah Desa Pasal 5

(1)Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan Musyawarah Desa yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa.

(2)Musyawarah desa memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

(3)Hasil musyawarah Desa sebagaimana maksud ayat (1) menjadi Rencana Pembangunan Desa yang menjadi dasar bagi penyusunan Rancangan RPJM Desa, Rancangan RKP Desa, dan daftar usulan RKP Desa.

(4)Musyawarah Desa sebagaimana maksud ayat (1) sekurang- kurangnya diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun). (5)Musyawarah Desa paling lambat dilaksanakan bulan Juni.

Paragraf Dua

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa Pasal 6

(1)Musrenbang Desa diselenggarakan setelah Musrenbang Dusun. (2)Musrenbang Dusun diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

untuk menyerap aspirasi pembangunan Desa di lingkup Dusun.

(3)Musrenbang Dusun diikuti oleh Pemerintah Desa, Rukun Tetangga, Rukun Warga, Kepala Dusun, dan unsur masyarakat di tingkat Dusun.

(4)Hasil Musrenbang Dusun menjadi materi pembahasan Musrenbang Desa.

(5)Peraturan lebih lanjut berkaitan Musyawarah Dusun ditetapkan melalui Peraturan Desa.

69 Pasal 7

(1)Musrenbang Desa menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten.

(2)Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa yang meliputi:

a. peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar; b. pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan

lingkungan berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang tersedia;

c. pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;

d. pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan ekonomi; dan

e. peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat Desa berdasarkan kebutuhan masyarakat Desa. (3)Musrenbang Desa sebagaimana maksud pada ayat (1) dalam

rangka penyusunan RPJM Desa paling lambat dilaksanakan 1 (satu) bulan setelah kepala Desa terpilih dilantik.

(4)Musrenbang Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka penyusunan RKP Desa paling lambat dilaksanakan pada bulan Juli.

(5)Ketentuan mengenai tata cara dan peserta Musrenbang Desa diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Paragraf Tiga

Penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa

Pasal 8

(1)Pemerintah Desa membahas dan menetapkan RPJM Desa dan RKP Desa dalam Musrenbang Desa.

(2)Peraturan Desa tentang RPJM Desa dan RKP Desa merupakan dokumen perencanaan Desa.

(3)RPJM Desa dan RKP Desa merupakan pedoman dalam penyusunan APB Desa.

(4)Tata cara penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa diatur melalui Peraturan Bupati.

70 (1)RPJM Desa dan RKP Desa ditetapkan melalui Peraturan Desa. (2)RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah kepala Desa terpilih dilantik.

(3)RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling lambat bulan September.

(4)RPJM Desa dan RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati melalui Camat.

Pasal 10

(1)RPJM Desa mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

(2)RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat visi dan misi Kepala Desa, rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat, dan arah kebijakan pembangunan Desa.

(3)RPJM Desa disusun dengan mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan prioritas pembangunan Kabupaten.

Pasal 11

(1)RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

(2)RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

(3)RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berisi uraian:

a. evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;

b. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa;

c. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola melalui kerja sama antar-Desa dan pihak ketiga; d. rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang

dikelola oleh Desa sebagai kewenangan penugasan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan/atau Pemerintah Daerah Kabupaten; dan

e. pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat Desa dan/atau unsur masyarakat Desa.

(4)RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari Pemerintah

71 Daerah berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan rencana kegiatan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah.

(5)RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa. Pasal 12

Bupati dalam perencanaan pembangunan Desa memiliki kewajiban sebagai berikut:

a. melakukan pendampingan dalam penyusunan RPJM Desa, RKP Desa, dan APB Desa;

b. memeriksa kesesuaian antara RPJM Desa dengan RPJM Daerah;

c. memeriksa kesesuaian antara RKP Desa dengan RPJM Desa; d. memberi penilaian terhadap RPJM Desa dan RKP Desa sesuai

ketentuan teknis berdasar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;

e. memberi koreksi, rekomendasi, dan evaluasi perbaikan terhadap RPJM Desa dan RKP Desa; dan

f. mengevaluasi APB Desa.

Pasal 13

(1)Bupati dalam rangka melaksanakan kewajiban sebagaimana pasal 11 mendelegasikan kepada Camat, Satuan Kerja Pemerintah Daerah terkait dan atau membentuk tim khusus. (2)Tim khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari unsur

kecamatan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.

(3)Tim khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Peraturan Bupati.

Pasal 14

(1)Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepada Pemerintah Daerah.

(2)Dalam hal tertentu, Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah Provinsi.

(3)Usulan kebutuhan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapatkan persetujuan Bupati.

(4)Dalam hal Bupati memberikan persetujuan, usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Bupati kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah Provinsi. (5)Usulan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat(1)

72 (6)Dalam hal Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan

Pemerintah Daerah menyetujui usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), usulan tersebut dimuat dalam RKP Desa tahun berikutnya.

Pasal 15

(1)RPJM Desa dan/atau RKP Desa dapat diubah dalam hal:

a. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

b. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan/atau PemerintahDaerah. (2)Perubahan RPJM Desa dan/atau RKP Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dibahas dan disepakati dalam Musrenbang Desa dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Bagian Kedua

Pelaksanaan Pembangunan Desa Pasal 16

(1)Pembangunan Desa dilaksanakan sesuai dengan RKP Desa. (2)Pembangunan lokal berskala Desa dilaksanakan sendiri oleh

Desa.

(3)Kepala Desa mengoordinasikan kegiatan pembangunan Desa yang dilaksanakan oleh perangkat Desa dan/atau unsur masyarakat Desa.

(4)Pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengutamakan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di Desa serta mendayagunakan swadaya dan gotong royong masyarakat.

(5)Pelaksana kegiatan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan mempertimbangkan keadilan gender.

Pasal 17

(1)Pelaksana kegiatan pembangunan melaporkan hasil pembangunan Desa.

(2)Laporan pembangunan Desa disampaikan oleh pelaksana kepada Kepala Desa dalam forum yang diselenggarakan khusus oleh Pemerintah Desa.

73 (3)Pemerintah Desa mengikutsertakan Badan Permusyawaratan

Desa, Perangkat Desa, dan unsur masyarakat Desa.

(4)Tata cara penyelenggaraan forum laporan pembangunan desa diatur lebih lanjut melalui Peraturan Desa.

Pasal 18

(1)Pemerintah Daerah menyelenggarakan program sektoral dan program daerah yang masuk ke Desa.

(2)Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk diintegrasikan ke dalam pembangunan Desa..

(3)Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berskala lokal Desa didelegasikan pelaksanaannya kepada Desa melalui penugasan.

(4)Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam Lampiran APB Desa.

(5)Pengintegrasian program sektoral dan program Daerah ke dalam pembangunan Desa dimaksudkan untuk menghindari tumpang tindih program dan anggaran.

Pasal 19

(1)Pengaturan pengadaan barang dan/atau jasa di Desa yang dibiayai oleh APBD Kabupaten bepedoman pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(2)Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa yang pembiayaannya bersumber dari APB Desa tidak termasuk dalam ruang lingkup pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 sebagaimana diubah dalam Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

(3)Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa diatur dengan peraturan Bupati yang mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh LKPP.

Pasal 20

(1)Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa pada prinsipnya dilaksanakan secara swakelola dengan memaksimalkan penggunaan material/bahan dari wilayah setempat, dilaksanakan secara gotong royong dan melibatkan partisipasi masyarakat setempat.

(2)Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa yang tidak bisa dilakukan secara swakelola sebagaimana dimaksud ayat (1)

74 dapat dilakukan oleh penyedia barang dan/atau jasa yang memiliki kemampuan.

(3)Pemerintah Daerah dapat membentuk tim asistensi dalam masa transisi pemberlakukan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa. Tim asistensi sebagaimana dimaksud ayat (3) terdiri dari:

a. Unit Layanan Pengadaan;

b. Satuan Kerja Perangkat Daerah; dan c. unsur lain terkait di Pemerintah Daerah. (4)Tugas dan fungsi tim asistensi adalah:

a. meningkatkan kapasitas SDM; dan

b. melakukanpendampingan pengadaan barang dan/atau jasa di Desa.

Pasal 21

(1)Pekerjaan swakelola oleh Pemerintah Desa merupakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh Pemerintah Desa sebagai penanggung jawab anggaran.

(2)Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau memanfaatkankemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuai dengan tugas pokok Pemerintah desa; b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan

partisipasi langsung masyarakatsetempat;

c. pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminatioleh Penyedia Barang/Jasa; d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/

ditentukan terlebih dahulu,sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan menimbulkanketidakpastian dan risiko yang besar;

e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan;

f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat khusus untukpengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh PenyediaBarang/Jasa;

g. pekerjaan Industri Kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri; (3)Prosedur Swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban pekerjaan.

(4)Pengadaan Barang/Jasa di Desa melalui Swakelola dapat dilakukan oleh:

75 a. Penanggung Jawab Anggaran;

b. Instansi Pemerintah lain Pelaksana Swakelola; dan/atau c. Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.

(5)Pengguna Anggaran menetapkan jenis pekerjaan serta pihak yang akan melaksanakan PengadaanBarang/Jasa secara Swakelola.

(6)Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa yang bisa dilaksanakan secara swakelola senilai di bawah nilai swakelola kabupaten.

(7)Tata cara pelaksanaan pekerjaan Pemerintah Desa melalui swakelola mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga

Pemantauan Dan Pengawasan Pembangunan Desa Pasal 22

(1) Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa melakukan upaya pemberdayaan masyarakat Desa.

(2) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa.

(3) Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa.

(4) Hasil pengawasan dan pemantauan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menjadi dasar pembahasan musyawarah Desa dalam rangka pelaksanaan pembangunan Desa.

Pasal 23

(1) Pemantauan pembangunan Desa oleh masyarakat Desa dilakukan pada tahapan perencanaan pembangunan Desa dan tahapan pelaksanaan pembangunan Desa.

(2) Pemantauan tahapan perencanaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dilakukan dengan cara menilai penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa.

(3) Pemantauan tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dilakukan dengan cara menilai antara lain:

a. pengadaan barang dan/atau jasa; b. pengadaan bahan/material;

76 d. pengelolaan administrasi keuangan;

e. pengiriman bahan/material; f. pembayaran upah; dan

g. kualitas hasil kegiatan pembangunan Desa.

(4) Hasil pemantauan pembangunan Desa sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam format hasilpemantauan pembangunan Desa.

Pasal 24

(1) Bupati melakukan pemantauan dan pengawasan perencanaan danpelaksanaan pembangunan Desa dengan cara:

a. memantau dan mengawasi jadwal perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Desa;

b. menerima, mempelajari dan memberikan umpan balik terhadap laporan realisasi pelaksanaan APB Desa;

c. mengevaluasi perkembangan dan kemajuan kegiatan pembangunan Desa; dan

d. memberikan pembimbingan teknis kepada pemerintah Desa.

(2) Dalam hal terjadi keterlambatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai akibat ketidakmampuan dan/atau kelalaian Pemerintah Desa, Bupati melakukan:

a. menerbitkan surat peringatan kepada Kepala Desa;

b. membina dan mendampingi Pemerintah Desa dalam hal mempercepat perencanaan pembangunan Desa untuk memastikan APB Desa ditetapkan 31 Desember tahun berjalan; dan

c. membina dan mendampingi Pemerintah Desa dalam hal mempercepat pelaksanaan pembangunan Desa untuk memastikan penyerapan APB Desa sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 25

(1) Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa.

(2) Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa.

(3) Masyarakat Desa melaporkan hasil pemantauan dan berbagai keluhan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa kepada Pemerintah Desa dan BPD.

(4) Pemerintah Desa wajib menginformasikan perencanaan dan pelaksanaan RPJM Desa, RKP Desa, dan APB Desa kepada

77 masyarakat Desa melalui layanan informasi kepada umum dan melaporkannya dalam Musyawarah Desa paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.

(5) Masyarakat Desa berpartisipasi dalam Musyawarah Desa untuk menanggapi laporan pelaksanaan Pembangunan Desa.

Dokumen terkait