• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD

3. Jaringan Listrik

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD

Rencana Kerja Pembangunan Daerah, merupakan rencana pembangunan yang diaktualisasikan dalam kebijakan dan program tahunan, dengan memanfaatkan seluruh sumber daya pembangunan di daerah, dan tetap memperhatikan konsistensi perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. Untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah, yang diimplementasikan dalam RKPD dilakukan melalui proses evaluasi kinerja pembangunan daerah. Melalui evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan akan dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi masukan bagi proses perencanaan dan penganggaran yang didukung oleh ketersediaan informasi

dan data yang lebih akurat. Dengan demikian, program pembangunan menjadi lebih efisien, efektif, disertai dengan akuntabilitas pelaksanaannya yang jelas.

Oleh karena itu, evaluasi kinerja kebijakan dan program, merupakan bagian penting untuk menilai pencapaian program dan kegiatan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, yang pada gilirannya menjadi bahan masukan bagi penyusunan rencana kebijakan dan program selanjutnya. Dalam hal evaluasi terhadap rencana kerja Tahun 2011, fokus penilaian kinerja kebijakan dan program pembangunan Tahun 2011 adalah pada penilaian capaian target terhadap realisasi rencana pembangunan tahunan daerah yang didukung oleh sumber dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sleman. Adapun hasil evalusi tersebut dituangkan berdasarkan capaian kinerja program dan kegiatan pada urusan wajib dan urusan pilihan.

a. Urusan Wajib Pendidikan

Urusan Pendidikan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Tahun 2011 alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan pendidikan sebesar Rp 156.972.282.230 realisasi Rp 111.452.634.013 atau 71%. Anggaran tersebut dipergunakan untuk membiayai sebanyak 11 program dan 87 kegiatan dengan tingkat capaian kinerja kegiatan rata-rata 103,77%.

Realisasi anggaran yang hanya 71% lebih disebabkan pada pelaksanaan kegiatan DAK yang tidak bisa terserap karena terkendala dengan Juknis yang datangnya di penghujung tahun anggaran, sehingga tidak mungkin dilaksanakan menyebabkan sisa anggaran cukup besar, karena anggaran DAK kurang lebih 50 milyar hanya mampu diserap kurang lebih 8 milyar.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1) Masih terdapatnya pendidik yang belum memenuhi standar kualifikasi S1/DIV yaitu untuk SD 41,01%, SMP 27,01%, SMA/SMK 10,65%. Hal ini disebabkan antara lain guru pada jenjang SD/SMP sebagian besar berpendidikan SPG dan D2 dan sebagian besar masih dalam tahap menyelesaikan pendidikan.

2) Masih terdapat anak-anak yang putus sekolah pada jenjang SD/MI 40 orang, SMP/MTs 32 orang, SMA/SMK/MA 74 orang dikarenakan antara lain faktor ekonomi, orang tua, pernikahan dini dan bekerja.

3) Masih terdapat fasilitas pendidikan TK, SD, SMP, SMA/SMK yang ruang kelasnya rusak berat, SD/MI : 7,7%, SMP/MTs : 27,01% dan SMA/SMK : 10,65%.

b. Urusan Wajib Kesehatan

Pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan kesehatan pada tahun 2011 telah mampu mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Capaian indikator pembangunan kesehatan mampu melebihi capaian propinsi maupun nasional.

SKPD penyelenggara urusan kesehatan adalah Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman dan RSUD Prambanan.

Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan kesehatan sebesar Rp 65.566.459.297 realisasi Rp 58.077.686.073 atau 88,58%. Anggaran tersebut dipergunakan untuk membiayai 31 program dan 78 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan 89,86%

Capaian berbagai program dan kegiatan mampu mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat, antara lain :

1) Usia Harapan Hidup (UHH) yang mencapai 75,76 tahun.

2) IPKM mencapai urutan ke-7 nasional berdasarkan hasil riskesdas tahun 2010.

3) Derajad kesehatan masyarakat diatas rata-rata pencapaian nasional. Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1) Masalah tingginya jumlah penderita HIV/AIDS

Dari data register kasus HIV/Aids sejak tahun 2004 sampai akhir 2011 jumlah penderita HIV/AIDS yang berdomisili di Kabupaten Sleman 134 orang dengan 143 HIV dan 142 AIDS jenis kelamin laki-laki 186 orang, perempuan 90 orang. Status penderita yang hidup 246 orang dan 30 orang meninggal. Faktor resiko dari penderita adalah pengguna

narkoba suntik (Penasun) 77 orang (27,89%), heteroseksual 138 kasus (50%), perinatal 6 kasus (2,17%), homoseksual 11 kasus (3,98%), tranfusi 1 kasus (0,36%), tidak diketahui 40 kasus.

Kegiatan penanggulangan HIV/AIDS masih banyak dibiayai dari sumber non APBD yaitu dari Proyek Global Fund seperti pelayanan Voluntary Conselling and Testing (VCT), pengobatan ARF di RS dan penyediaan reagen, kegiatan Prevention Maternal transmited Care Treatment (PMTCT), pendampingan tenaga ahli HIV/AIDS penyediaan sarana promosi dsb.

2) Terjadinya kasus Leptospirosis Tahun 2011 68 kasus dengan kematian 3 orang

3) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi seluruh lapisan masyarakat yang belum optimal sehingga masih ditemukan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh perilaku seperti diare, kanker, dsb. 4) Masih lemahnya pengendalian, monitoring dan evaluasi serta

pengawasan, penggunaan bahan alat habis pakai RSUD Sleman sehingga terjadi pemborosan.

5) Kurang memadainya sarana dan prasarana RSUD Prambanan. 6) Belum idealnya rasio bidan dengan penduduk.

7) Belum mencukupinya rasio dokter dengan penduduk di Puskesmas, Pustu dan RSUD Sleman/Prambanan.

c. Urusan Wajib Pekerjaan Umum

Pelaksanaan program dan kegiatan urusan pekerjaan umum telah mampu meningkatkan kualitas maupun kuantitas prasarana jalan, jembatan, dan irigasi.

SKPD penyelenggara urusan pekerjaan umum adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan dan Dinas Sumber daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan pekerjaan umum sebesar Rp60.424.290.552 realisasi Rp57.229.025.620,07 atau 94,71%. Anggaran tersebut dipergunakan untuk

membiayai 17 program dan 66 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 95,65%.

Capaian berbagai program dan kegiatan mampu mendukung upaya peningkatan infrastruktur daerah, antara lain; prasarana jalan, jembatan, irigasi, pengelolaan air minum, air limbah, gedung pemerintah, dan infrastruktur pedesaan.

Pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan pekerjaan umum sampai dengan tahun 2011, masih menghadapi beberapa permasalahan, yaitu :

1. Laju tingkat kerusakan jalan dan jembatan tidak seimbang dengan ketersediaan dana APBD, terlebih akibat bencana erupsi Merapi. Sebagian jalan di kawasan lokasi bencana erupsi Merapi rusak termasuk yang telah selesai dilakukan rehabbilitasi maupun yang dilalui kendaraan pengangkut pasir. Kendaraan berat yang digunakan untuk normalisasi aliran sungai juga memberi sumbangan terhadap kerusakan jalan ini.

2. Penanganan jalan dipengaruhi oleh ketersediaan aspal oleh pihak ke tiga, sehingga dalam pelaksanaannya mengalami keterlambatan karena menunggu jadwal penyaluran

d. Urusan Wajib Perumahan

SKPD penyelenggara urusan perumahan adalah Bidang Perumahan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan perumahan sebesar Rp5.261.904.350 realisasi Rp5.046.736.000 atau 95,91%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 3 program dan 9 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan 98%.

Capaian program dan kegiatan urusan perumahan yang mampu mendukung penyediaan sarana dan prasarana perumahan antara lain :

1) Penanganan rumah tidak layak huni sebanyak 13.054 unit.

2) Penyempurnaan fasilitas Rusunawa berupa pembangunan ipal 2 unit dan utilitas penunjang lainnya.

4) Fasilitasi dan stimulasi pembangunan masyarakat kurang mampu melalui stimulasi bantuan semen 12.900 zak dan bedah rumah 34 unit rumah.

e. Urusan Wajib Penataan Ruang

SKPD penyelenggara urusan penataan ruang adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan PUP. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan penataan ruang sebesar Rp2.169.396000, realisasi Rp1.726643.169 atau 79,59%. Anggaran ini digunakan untuk membiayai 3 program dengan rata-rata capaian kinerja kegaiatan sebesar 100%.

Capaian program dan kegiatan yang mampu berkontribusi pada meningkatnya penataan ruang yaitu telah ditetapkannya 13 RDTR kecamatan dari 17 kecamatan yang ada. 4 kecamatan yang belum memiliki RDTR adalah Kecamatan Minggir, Tempel, Turi, dan Cangkringan.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1. Ketaatan masyarakat terhadap tata ruang, perizinan serta persyaratan tata bangunan dan lingkungan masih rendah.

2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman belum memiliki kekuatan hukum.

3. Rencana rinci tata ruang belum mencakup seluruh Kabupaten Sleman

f. Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan

Penyusunan berbagai dokumen perencanaan disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat serta menjaga konsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Untuk itu model perencanaan partisipatif terus dipertahankan dan ditingkatkan dengan maksud mengakomodir aspirasi yang berkembang di masyarakat ke dalam berbagai program dan kegiatan tahunan daerah.

Proses perencanaan pembangunan Kabupaten Sleman tahun 2011 dapat dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan siklus perencanaan. Proses perencanaan dilakukan melalui inventarisasi, klasifikasi, sinkronisasi dan seleksi usulan program/kegiatan yang terpadu dalam Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, dan tingkat nasional. Proses ini telah menghasilkan perencanaan yang komprehensif, mengakomodasi berbagai kepentingan dari para pihak, berbagai sektor dan sasaran yang bermuara pada satu tujuan yaitu kesejahteraan masyarakat. Musrenbang tersebut menghasilkan usulan program dan kegiatan yang berasal dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD kabupaten dan masyarakat.

Usulan program dan kegiatan tersebut dirangkum dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). RKPD menjadi acuan dalam penyusunan KUA dan PPAS. Rencana Kerja Pembangunan Daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

SKPD penyelenggara urusan perencanaan pembangunan adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan perencanaan pembangunan sebesar Rp5.374.831.300 realisasi Rp4.896.624.745 atau 91,01%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 12 program dan 43 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100%.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1) Diterbitkannya peraturan baru tentang pedoman perencaan daerah yang berbeda dengan peraturan sebelumnya sehingga perlu penyesuaian-penyesuaian yang cukup memakan waktu dan menyebabkan keterlambatan penetapan dokumen perencanaan daerah.

2) Proses perencanaan teknokratik yang berbasis pada data sekunder dan primer, baik dari hasil monitoring dan evaluasi maupun hasil kajian/telahaan, dianggap masih belum memadai sehingga kekuatan data dan informasi dalam memproyeksikan arah pembangunan berikutnya masih lemah.

g. Urusan Wajib Perhubungan

Prasarana dan sarana perhubungan yang meliputi prasarana dan sarana lalulintas, management transportasi dan terminal merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk menunjang mengoptimalkan aktivitas perekonomian di Kabupaten Sleman.

Hasil-hasil pembangunan di bidang penerangan jalan umum tersebut memberikan dampak positif yang signifikan dalam capaian perkembangan jalan strategis yang terlayani lampu penerangan jalan.

Untuk menjaga agar LPJU tetap berfungsi dengan baik diperlukan pemeliharaan LPJU. SKPD penyelenggara urusan perhubungan adalah Sekretariat, Bidang Lalu Lintas, Bidang Sarana dan Prasarana Lalu Lintas bidang komunikasi dan informasi dan UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perhubungan sebesar Rp.7.190.549.500 realisasi Rp6.381.659.251 atau 87,73%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 9 program dan 38 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 95,02%.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011 masih ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas di jalan raya.

2) Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pemasangan penerangan jalan umum yang legal..

h. Urusan Wajib Lingkungan Hidup

Pemerintah Kabupaten Sleman memberikan perhatian yang serius terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini didasari bahwa kualitas lingkungan yang buruk mempengaruhi mutu generasi sekarang maupun yang akan datang.

Berbagai program dan kegiatan urusan lingkungan hidup mampu mendukung pencapaian kualitas udara jauh di bawah ambang batas sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 maupun Keputusan Gubernur DIY Nomor 153 Tahun 2002.

Upaya-upaya yang dilakukan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup telah mendapatkan apresiasi dengan diraihnya prestasi tingkat Nasional Kabupaten Sleman tahun 2011 bidang lingkungan hidup yaitu Penerima penghargaan KALPATARU katagori Pembina Lingkungan yang diterima oleh Camat Berbah Drs. Krido Suprayitno,SE,M.Si

SKPD penyelenggara urusan lingkungan hidup adalah Kantor Lingkungan Hidup. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan lingkungan hidup sebesar Rp 7.674.074.500 realisasi Rp 6.763.400.155 atau 88,13%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 10 program dan 43 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 107,29%.

Pemantauan dan pengujian kualitas udara dilakukan bekerjasama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan penyakit Menular (BBTKL-PPM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di 26 titik pantau padat lalu lintas dan fasilitas umum.

Dari hasil pemantauan dan pengujian kualitas udara yang dilakukan sesaat (pengukuran 1 jam), diketahui bahwa dari 8 (delapan) parameter yang diuji yaitu SO2, CO, NO2, O3, HC, PM10, TSP, dan Pb, terdapat satu parameter yaitu hidro karbon (HC) di beberapa titik pemantauan, hasilnya melebihi nilai ambang batas. Parameter yang lain masih berada di bawah nilai ambang batas baku mutu lingkungan yang ditetapkan. Namun hasil tersebut jika dibandingkan dengan hasil pemantauan yang dilakukan pada periode sebelumnya relative cenderung mengalami kenaikan.

Adanya kecenderungan semakin meningnkatnya parameter kualitas udara dimungkinkan oleh karena adanya peningkatan kepadatan arus lalu lintas yag disertai dengan emisi gas buang dari kendaraan bermotor.

Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan sebagai berikut :

1) Hilangnya keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna di kawasan lereng Merapi akibat terkena erupsi, sehingga peresapan air ke dalam tanah akan sangat berkurang.

2) Masih banyak terlihat adanya timbunan sampah liar di beberapa tempat terutama sekitar bantaran sungai.

3) Meningkatnya beberapa parameter udara yaitu hidrokarbon (HC), timah hitam dan sulfur dioksida dibeberapa lokasi pengujian. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah dari kegiatan transportasi.

i. Urusan Wajib Pertanahan

Upaya peningkatan tertib administrasi pertanahan terus dilakukan melalui pendataan, pengukuran, dan pensertifikatan. Ketersediaan data terus diupayakan dengan inventarisasi peta persil tanah kas desa sampai dengan tahun 2011 sebanyak 4.800 bidang tanah, sedangkan untuk ploting tanah kas desa sampai dengan tahun 2011 sebanyak 3.600 bidang tanah. Guna kepastian status tanah kas desa dilakukan sertifikasi tanah kas desa pada tahun 2011 sebanyak 232 bidang tanah, sehingga sampai dengan tahun 2011 tanah kas desa yang bersertifikat sebanyak 7.772 bidang tanah.

SKPD penyelenggara urusan pertanahan adalah Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah dengan alokasi anggaran pada tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan pertanahan sebesar Rp2.801.652.500 realisasi Rp2.753.904.828 atau 98,29%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 7 program dan 27 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 104,13 %.

Permasalahan yang masih dihadapi pada pelaksanaan urusan pertanahan adalah :

1) Pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan dan pemilikan tanah belum optimal.

2) Implementasi Sistem Informasi Perizinan belum optimal.

j. Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan Sipil

Sehubungan masih terdapatnya status kependudukan ganda antar kabupaten/kota di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta masih banyaknya data penduduk yang tidak akurat maka pemerintah mencanangkan pelaksanaan program nasional Kartu Tanda Penduduk Elektronik pada tahun 2011 sebagai tindak lanjut amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan. Adapun maksud dari program nasional tersebut adalah untuk pembentukan akurasi data kependudukan skala nasional serta mewujudkan Nomor Induk Kependudukan tunggal bagi penduduk Indonesia.

Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik dilaksanakan secara bertahap pada tahun 2011 sampai dengan 2012. Pada tahun 2011 dilaksanakan di 197 Kabupaten/Kota, dimana Kabupaten Sleman merupakan salah satu dari ke 197 Kabupaten/Kota tersebut.

Pelaksanaan Program e-KTP di Kabupaten Sleman secara riil dilaksanakan baru bulan September. Hal ini dilakukan karena pengiriman alat dari Pemerintah Pusat terlambat sehingga pelaksanaannya juga mundur. Namun demikian, pelaksanaan kegiatan e-KTP di Kabupaten Sleman lancar, ini ditunjukkan dengan respon masyarakat terhadap pelaksanaan e-KTP sangat positif, ditunjukkan dengan kehadiran masyarakat dalam pengambilan gambar dan sidik jari di kecamatan. Sampai akhir desember 2011 perolehan target dalam pelaksanaan e-KTP sudah mencapai 30% dari jumlah wajib KTP.

Dalam rangka mendukung program e-KTP yang harus dilaksanakan oleh seluruh pemerintah daerah se-Indonesia selambat-lambatnya tahun 2011, Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman menerbitkan Peraturan Bupati Sleman Nomor 80 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil, yang memungkinkan warga pemohon KTP untuk melakukan foto di kecamatan domisili atau membawa pas foto sesuai dengan ketentuan yang ada untuk di scan (di elektonisasi). Kebijakan ini dilakukan dengan tujuan untuk sinkronisasi dengan data SIAK dan untuk memudahkan masyarakat membuat KTP karena tidak ada biaya tambahan untuk pengambilan foto di kecamatan domisili, sehingga diharapkan tertib administrasi kependudukan dapat ditingkatkan secara significant. Pelaksanaan kegiatan e-KTP ini berjalan lancar ditunjukkan dengan respon masyarakat terhadap pelaksanaan e-KTP sangat positif, ditunjukkan dengan kehadiran masyarakat dalam pengambilan gambar dan sidik jari di kecamatan. Sampai

saat ini perolehan target dalam pelaksanaan e-KTP sudah 30% dari jumlah wajib KTP (sampai dengan 30 Desember 2011)

Pada tahun 2011 kenaikan pelayanan kependudukan dan catatan sipil terutama dalam layanan akta catatan sipil sebesar 13,91% dari 23.505 akta, di tahun 2010 menjadi 26.774 akta di tahun 2011. Hal ini dikarenakan adanya perpanjangan dispensasi pengurusan akta kelahiran dari Mendagri yang memberikan dispensasi kepada penduduk yang lahir sebelum 1 Januari 2007 tidak perlu dengan penetapan pengadilan.

Pada layanan administrasi kependudukan khususnya layanan KTP naik sebesar 15,69% dari 205.998 di tahun 2010 menjadi 238.328 di tahun 2011. Kenaikan Layanan KK di tahun 2010 sebesar 8,6% dari 72.851 KK dan menjadi 79.122 di tahun 2011.

SKPD penyelenggara urusan kependudukan dan catatan sipil adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sleman. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan kependudukan dan catatan sipil sebesar Rp 3.778.043.000 dengan realisasi sebesar Rp 3.655.290.217 atau 96,75%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 5 program dan 32 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 98,75%.

Namun dalam pelaksanaannya, ada beberapa kendala yag dihadapi SKPD penyelenggara urusan kependudukan dan catatan sipil, antara lain :

1. Keterbatasan sarana dan prasarana untuk mendukung program e- KTP yang harus dilaksanakan paling lambat tahun 2011.

2. Ruang penyimpanan dokumen kependudukan dan catatan sipil yang tidak memadi. Selama ini dititipkan SKPD lain sehingga seringkali berpindah-pindah.

k. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan

Pemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak. Hal ini dapat dilihat dari telah dilaksanakannya berbagai kegiatan, antara lain workshop internal lembaga pemberi layanan kepada korban kekerasan, workshop penyusunan data kasus kekerasan berbasis gender, penyusunan

model dan tahapan pencegahan kasus kekerasan berbasis gender, workshop penyusunan, sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait dengan kesetaraan dan keadilan gender, diklat peningkatan peran perempuan dalam pengambilan keputusan, serta workshop peningkatan pelayanan untuk kelompok difabel.

SKPD penyelenggara urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebesar Rp725.022.500 realisasi Rp723.493.000 atau 99,79%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 4 program dan 12 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100%.

Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui permasalahan sebagai berikut :

1) Masih terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga khususnya terhadap perempuan dan anak.

2) Masih terjadi bias gender di masyarakat.

l. Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Program dan kegiatan di bidang KB dapat meningkatkan jumlah peserta KB baru sebanyak 2.833 peserta (meningkat 23,96%), sehingga pada tahun 2011 jumlah peserta KB baru mencapai 14.656 peserta. Dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 150.009 pasangan maka tingkat prevalensi peserta KB aktif mencapai 78,95%, menurun 1,04% dari tahun 2010 sebesar 79,99%. Namun pencapaian ini sudah melebihi target SPM nasional yaitu 65%. Anggaran yang berasal dari sumber dana APBN digunakan untuk membiayai 1 program 10 kegiatan dengan nilai anggaran sebesar 414.595.000, adapun realisasi penyerapan anggaran sebesar 414.365.000 (99,94%), dengan pencapaian kinerja sebesar 100%. Sementara keikutsertaan pria dalam KB pada tahun 2011 sebanyak 8.586 peserta (7,25% dari peserta KB aktif). Sedangkan keikutsertaan KB wanita sebanyak 109.838 peserta di tahun 2011.

SKPD penyelenggara urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera adalah Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sebesar Rp1.706.881.750 dengan realisasi Rp1.655.976.482 atau 97,02%. Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 13 program dan 18 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 106,94%.

Namun dari program dan kegiatan yang sudah dilaksanakan masih ditemui permasalahan yaitu jumlah PUS sebanyak 150.009 pasangan, yang mengikuti program KB sebesar 118.424 (78,95%).

m. Urusan Wajib Sosial

Pelaksanaan program dan kegiatan pada urusan sosial diarahkan untuk merealisasikan salah satu prioritas pembangunan yaitu penanggulangan kemiskinan. Selain itu juga diarahkan pada upaya meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial, perlindungan bayi/anak terlantar, korban kekerasan dalam rumah tangga, karang taruna, korban bencana, lansia dan anak sekolah. Upaya yang telah dilakukan adalah dengan pemberian bantuan, subsidi, pembinaan, pendampingan terhadap anak panti asuhan, penyandang cacat, korban bencana, korban kekerasan, dan lansia rawan sosial.

Penyelenggara urusan sosial adalah Bidang Sosial pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial. Alokasi anggaran tahun 2011 untuk penyelenggaraan urusan sosial sebesar Rp5.625.596.500 terealisasi sebesar Rp5.058.035.775 atau sebesar 89,91%.

Anggaran ini dipergunakan untuk membiayai 8 program dan 20 kegiatan dengan rata-rata capaian kinerja kegiatan sebesar 100,42%.

Permasalahan yang masih dihadapi pada urusan sosial adalah: 1. Kabupaten Sleman belum mempunyai panti rehabilitasi.

2. Banyaknya lanjut usia terlantar dan Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi (KBSP) yang berlum tertangani.

n. Urusan Wajib Tenaga Kerja

Program dan kegiatan urusan ketenagakerjaan sampai dengan tahun 2011 mampu mendukung penyerapan tenaga kerja sebanyak 3.480 dari total angkatan kerja sebanyak 524.958 orang. Tingkat penyerapan tenaga kerja ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 90,27% dari sejumlah 473.590 orang tenaga kerja. Jumlah orang yang bekerja juga mengalami kenaikan sebanyak 24.029 orang dari 461.008 orang tahun 2010 menjadi 485.037 orang pada tahun 2011. Persentase angkatan kerja yang tidak bekerja dari 12,31% pada tahun 2010 menjadi 8,23% pada tahun 2011. (Hal ini terjadi karena adanya krisis ekonomi global yang berpengaruh pada