• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : KEBERHASILAN MEDIASI DAN PENYEBAB

B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kegagalan Mediasi

3. Faktor Budaya Hukum

Tidak kalah penting dengan faktor-faktor yang lain, faktor budaya hukum masyarakat ini juga memiliki pengaruh dan memainkan peranan yang penting dalam proses mediasi. Pluralisme budaya hukum di tengah masyarakat merupakan fenomena yang unik dan potensial dalam kegagalan mediasi di Pengadilan Agama Medan.

Keberhasilan serta kegagalan proses mediasi di Pengadilan Agama Medan juga tergantung pada dukungan sosial masyarakat dan sosialisasi mediasi secara luas dalam masyarakat.

Jumlah terbesar perkara yang diajukan ke Pengadilan Agama adalah perkara perceraian.104

Faktor budaya hukum masyarakat yang diidentifikasi menjadi salah satu penyebab kegagalan mediasi di Pengadilan Agama Medan, adalah:

Perkara perceraian yang diajukan ke Pengadilan Agama pada dasarnya merupakan perkara perceraian yang masalahnya sudah sangat rumit sehingga dapat dikatakan bahwa perkawinan antara pasangan suami dan isteri telah pecah.

a. Kondisi permasalahan rumah tangga yang sudah sangat parah

menjadi penyebab kegagalan proses mediasi di Pengadilan Agama Medan. Dan kegagalan mediasi di Pengadilan Agama Medan juga disebabkan oleh karena sebelum gugatan diajukan ke Pengadilan

104

Wawancara dengan Panitera Pengadilan Agama Medan, H. Hilman Lubis, tanggal 2 April 2012, di Pengadilan Agama Medan.

Agama Medan, konflik tersebut sudah diselesaikan ditingkat keluarga, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Jadi ke pengadilan Agama hanya untuk mendapatkan surat cerai saja, para pihak tidak menginginkan sidang, apalagi Mediasi.105

b. Tidak mudah mengubah pendirian seseorang, terlebih dalam hal

untuk mengakomodasi kepentingan pihak lainnya, karena melakukan perdamaian berarti salah satu pihak atau kedua belah pihak harus rela melepaskan atau mengurangi hak-hak tertentu untuk kepentingan pihak lainnya. 106

c. Ketidakmengertian masyarakat tentang mediasi, waktu mediasi

serta tahapan-tahapan mediasi membuat masyarakat pencari keadilan tidak mendukung adanya mediasi. Hal ini menjadi salah satu penyebab kegagalan mediasi di Pengadilan Agama Medan.

105

Wawancara dengan Mediator Hakim Pengadilan Agama Medan, Harmala Harahap, tanggal 2 April 2012, di Pengadilan Agama Medan.

106

Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan, M. Nuh, tanggal 29 Maret 2012, di Pengadilan Agama Medan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Medan memiliki

kekhususan-kekhususan berupa kreatifitas yang dilaksanakan yang membawa satu warna tersendiri dalam proses Mediasi, yaitu: Adanya iktikad baik serta kegigihan mediator untuk merealisasikan keberhasilan mediasi dan Mediator di Pengadilan Agama Medan, baik yang berasal dari hakim maupun non hakim melaksanakan bukan hanya sebagai mediator sebagai pihak yang netral, tetapi lebih pada penasehatan dengan menggugah dan menyentuh hati para pihak dengan pendekatan Agama.

2. Pemberdayaan Mediasi sebagai alernatif penyelesaian sengketa

di Pengadilan Agama sejauh ini belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Aspek yang dapat yang menjadi penyebab keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama Medan adalah : a). Aspek Mediator, Adanya iktikad baik serta kegigihan mediator untuk merealisasikan keberhasilan mediasi dan Mediator yang bertindak sebagai mediator di Pengadilan

Agama Medan terdiri dari Mediator bersertifikat dan memiliki kemampuan/skill dan penguasaan terhadap teknik mediasi. Dan melaksanakan bukan hanya sebagai mediator tapi lebih pada penasehatan dengan menggugah dan menyentuh hati para pihak dengan pendekatan Agama. b). Aspek Perkara. Tingkat kerumitan perkara yang dihadapi oleh para pihak akan mempengaruhi tingkat keberhasilan mediasi. c). Aspek para pihak. Khusus perkara perceraian, faktor usia para pihak dan usia perkawinan merupakan salah satu aspek yang mendorong keberhasilan mediasi. Aspek sarana. d). Pengadilan Agama Medan menyediakan sarana mediasi yang nyaman dan mendukung upaya perdamaian. Sedangkan faktor yang menjadi penyebab kegagalan mediasi di Pengadilan Agama Medan adalah: a). Faktor Substansi Hukum. Ketidakadaan aturan untuk memaksa kehadiran para pihak untuk melaksanakan mediasi dan Mediasi di Pengadilan sangat dibatasi waktu dan tempat serta ketentuan-ketentuan beracara. b). Faktor Aparatur Hukum. Keterbatasan waktu yang dimiliki para mediator karena dan Para pihak yang diwakili oleh advokat berperkara

membuat para pihak yang bersengketa secara in person

pertemuan secara langsung antara para pihak menghilangkan kesempatan bagi para pihak untuk saling terbuka dalam penyampaian kepentingan tersembunyi para pihak berperkara. Serta tidak adanya pertemuan secara langsung antara para pihak dengan Mediator membuat mediator tidak dapat mengungkap kepentingan tersembunyi para pihak berperkara.. c). Faktor Budaya Hukum. Jumlah terbesar perkara yang diajukan ke Pengadilan Agama adalah perkara perceraian yang telah sebelumnya telah diupayakan damai oleh para pihak secara langsung maupun menggunakan pihak lain yang berasal dari kalangan keluarga kedua belah pihak maupun seseorang yang ditokohkan dan para pihak tidak menginginkan sidang, apalagi Mediasi, Jadi ke Pengadilan Agama hanya untuk mencari surat cerai saja.

B. Saran-saran

1. Mahkamah Agung perlu memaksimalkan fungsi lembaga Mediasi

profesional di luar pengadilan dengan membuat aturan setiap perselisihan/sengketa hendaknya diselesaikan terlebih dahulu pada lembaga Mediasi profesional di luar pengadilan sebelum akhirnya dibawa penyelesaiannya ke pengadilan.

2. Diharapkan Peradilan Agama dapat dijadikan sebagai peradilan keluarga, sehingga Pengadilan Agama memerlukan bentuk mediasi yang ideal yang dituangkan dalam bentuk undang-undang yang dapat dijadikan landasan hukum bagi pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama, khususnya Pengadilan Agama Medan, yaitu mendudukkan mediasi atau specifically mediasi keluarga secara proporsional dalam konteks penyelesaian sengketa keluarga di Indonesia sehingga diharapkan dapat meminimalisir perkara yang menyangkut keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Syahrizal. Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum

Nasional. Jakarta, Kencana, 2009.

Adam , Siti Megadianty dan Takdir Rahmadi, Sengketa dan Penyelesaiannya,

Jakarta, Indonesian Center Environmental Law, 1977.

Allan J. Stitt. (2004). Mediation A Practical Guide. London Routledge Cavendish.

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta,

Grafitti Press, 2006.

Anonimous. (2008). Buku Komentar Peraturan Mahkamah Agung RI No. 01

Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan. Dibuat atas kerjasama MARI, Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Indonesia Institute for Conflikct Transformation (IICT).

Baruch Bush, Robert A dan P. Folger, Josef (2004). The Promise of

MediationTransformative Approach to Conflict. USA, Willey, 2004.

E. van Donzel, B. Lewis, dkk (ed), Encyclopedia of Islam, Leiden, E.J. Brill. Jil. IV, 1990.

Friedman Lawrence M, American Law and Introduction, 2nd Edition, Penerjemah

Wisnu Basuki, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, Jakarta, Pattatanusa,

2001.

Hadikusuma, Hilman, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Bandung,

CV. Mandar Maju, 1992.

Hakimi, D. Dt. Penghulu Pedoman Ninik Mamak Pemangku Adat. Sumatera

Barat, Penerbit Biro Pembinaan Adat dan Syarak, LKAAM Provinsi Sumatra Barat, 1990.

Hamzah, Andi, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta, Sinar Grafika, 2005.

Harahap, M. Yahya, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Jakarta, Sinar Grafika, 2011.

--- Ruang Lingkup permasalahan dan eksekusi Bidang Perdata, Jakarta, Gramedia,1995.

Hartono, Sunaryati, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20,

Bandung, Rineka Cipta, 1994.

Ibnu Katsir. Tafsir al-Quran al-Adhim. Beirutdar El-Fikr, juz II, 1999.

Ibrahim, Jhohny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bandung,

Citra Aditya Bakti, 2007.

Kabul, Imam, Paradigma Pembangunan Hukum di Indonesia, Yogyakarta,

Kurnia Kalam, 2005.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Laurence Boulle, Mediation Principle, process, practice, Sydney, Butterworths, 1996.

Lucy V. Kazt, Enforcing an ADR Clause-Are Good Intention All You Have,

American Bussiness Law Journal, 1988.

Mahendra, A.A. Oka, Menguak Masalah Hukum, Demokrasi dan Pertanahan,

Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1996.

Mamudji, Sri, Materi Pelatihan Sertifikasi Mediator, Jakarta,Indonesian Institute for conflict Tranformation, 2012.

Manan, Bagir. Peran Sosok Hakim Agama sebagai Mediator dan Pemutus

Perkara serta Kegamangan masyarakat terhadap Keberadaan lembaga Peradilan, sambutan Ketua Mahkamah Agung RI. Pada Serah Terima

Ketua Pengadilan Tinggi Agama Medan. (22 Agustus 2003). Tidak

diterbitkan, 2003.

Moleong, Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Bandung,

PT.Remaja, Rosdakarya, 2007.

Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama, Jakarta,

Mahkamah Agung RI Direktotar Jenderal Badan Peradilan Agama, 2010.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang

Petter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Pradnya Paramitha, 2005.

---Teori dan Filsafat Hukum Telaah Kritis atas Teori-teori Hukum.

Jakarta, Grafindo Persada, 1996.

R. Soesilo, RBG/HIR Dengan Penjelasan, Bogor, Politea, 1985.

Rahmadi, Takdir, Mediasi Penyelesaian sengketa melalui pendekatan mufakat, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010.

Riduan, Metode Teknik Menyusun Tesis, Bandung, Bina Cipta, 2004.

Ronal S. Kraybill, Alice Frazer Evans dan Robert A. Evans Peace Skill, Panduan Mediator terampil Membangun Perdamaian. Yogyakarta, Kanisius, 2006.

Saleh, Wantjik, Hukum Acara Perdata RBG/HIR, Jakarta, Ghalia Indonesia,

1990.

Sitepu, Runtung, Keberhasilan Dan Kegagalan Penyelesaian Sengketa

AlternatifStudi Mengenai Masyarakat Perkotaan Batak Karo Di Kabanjahe Dan Brastagi, Disertasi Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2002.

---Pemberdayaan Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di

Indonesia, Disampaikan dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap

dalam bidang Ilmu Hukum Adat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2006.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Grafindo, 2006.

---dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta, Grafitti Press, 1990.

---Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta, Rajawali Press,1999.

Sumartono, Gatot Sumartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka, 2006.

Suparman, Eman, Pilihan Forum Arbitrase dalam Sengketa Komersial untuk

Penegakan Keadilan, Jakarta, Tata Nusa, 2004.

Supranto, J, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta, Pradnya Paramitha, 2003.

Surbakti Ramelan, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992.

Sumartono, Gatot, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka, 2006.

Strauss, Anselmus, dan Juliat Corbin, Basic of Qualitative Research, Grounded

Theory Procedure and Technique, Newbury, Park London, New Delhi

Sage Publication, 1979.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

www.badilag.net., Ruang Mediasi Yang Refresentatif Perlu Disiapkan di

Dokumen terkait