• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Komunikasi dan Strategi Komunikasi

2.1.1.4 Faktor-Faktor Penunjang Komunikasi Efektif

Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan komunikasi yang efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator, yakni kepercayaan pada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source attractiveness). Kedua hal ini berdasarkan posisi komunikan yang akan menerima pesan (Effendy 2003: 43):

a. Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar; jadi komunikator mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai di mana ia memperoleh kepercayaan dari komunikan, dan apa yang akan dinyatakannya.

b. Hasrat seseorang untuk menyamakan dirinya dengan komunikator atau bentuk hubungan lainnya dengan komunikator yang secara emosional memuaskan; jadi komunikator akan sukses dalam komunikasinya, bila ia berhasil memikat perhatian komunikan.

Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Kepercayaan kepada komunikator ( Source Credibility)

Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dapat tidaknya ia dipercaya. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris sehingga kepercyaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan, lebih cenderung komunikan untuk mengubah kepercayaannya kearah yang dikehendaki komunikator. 2. Daya tarik komunikator (Source Attractiveness)

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan. Byrne telah melakukan demonstrasi bahwa komunikan menyenangi komunikator, apabila ia merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya (Effendy 2003: 44).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Tindakan yang sesuai dengan keinginan komunikator ini berhubungan dengan sikap komunikan. Menurut Kimball Young, sikap merupakan suatu presdisposisi mental untuk melakukan suatu tindakan (Dayakisni & Hudaniah, 2003). Pada hakekatnya sikap adalah suatu interalasi dari berbagai komponen, yaitu (Dayakisni & Hudaniah, 2003):

a. Kognitif, komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tetentu tentang objek sikap tersebut.

b. Afektif, yaitu berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang (positif atau negatif). Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

c. Konatif, merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.

Sikap memiliki beberapa fungsi yang berguna, yaitu (Baron & Byrne, 2005:128):

a. Sikap sebagai fungsi pengetahuan (knowledge function) beroperasi sebagai skema, yaitu kerangka kerja mental yang membantu kita untuk menginterpretasi dan memproses berbagai jenis informasi. Selain itu, sikap mempengaruhi persepsi dan pemikiran kita terhadap isu, orang, objek atau kelompok dengan kuat.

b. Sikap sebagai self-expression (ekpresi diri)atau self-identity (identitas diri),

memungkinkan kita untuk mengekspresikan nilai-nilai utama kita atau keyakinan kita.

c. Sikap sebagai sebagai self-esteem membantu kita untuk mempertahankan atau meningkatkan perasaan harga diri.

d. Sikap sebagai pertahanan dari ego (ego defensive function) membantu orang untuk melindungi diri dari informasi yang tidak diinginkan tentang dirinya.

e. Sikap juga berfungsi sebagai motivasi untuk menimbulkan kekaguman atau motivasi impresi (impression motivation function). Dalam fungsi ini, memberikan impresi yang baik terhadap orang lain adalah salah satu caranya adalah dengan mengekspresikan pandangan yang benar.

Ketika sikap berfungsi sebagai motivasi impresi, individu cenderung memberikan argumen yang menguntungkan dirinya, dan semakin kuat fungsi sikap ini, semakin banyak argumen yang mereka berikan.

Dalam prakteknya proses pembelajaran yang terjadi di sebuah kelas dilakukan bertujuan untuk memberika pandangan, pengetahuan dan pengarahan kepada santri/watiuntuk memotivasi agar lebih giat dalam melakukan proses pembelajaran dengan menunjukkannya melalui sebuah peningkatan prestasi belajar. Pengajar atau guruyang berbicara saat proses pembelajaran melakukan pendekatan dengan memberikan pengarahan dan pengetahuan untuk memotivasi belajar agar lebih giat lagi dibandingkan sebelumnya.

Untuk melakukan sebuah pendekatan komunikasi, komunikator memerlukan sebuah strategi komunikasi untuk menarik perhatian dari komunikan.Karena berhasil

tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi.

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan menejemen (management) untuk mencapai suatu tujuan.Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut; strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya (Effendy 2003: 299).

Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting.Strategi komunikasi harus luwes sedemikian rupa sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya serta berhasil menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan. Jadi, seorang komunikator menjadi source credibility disebabkannya adanya “ethous” pada dirinya, yaitu apa yang dikatakan oleh aritoteles. . Ethous terdiri atas pikiran baik, akhlak yang baik dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will).

Pada tahun 1951, Carl Hovland dan Wlater Weiss menyebut ethous ini dengan sebutan credibility (kredibilitas) yang terdiri dari dua unsur :Expertise (keahlian) dan

Trustworthiness (dapat dipercaya). Selain kredibilitas, ada dua faktor lagi yang

mempengaruhi efektivitas sumber, yaitu : atraksi komunikator (source attractiveness) dan kekuasaan (source power). Ketiga faktor ini disebut dengan ethous (Rakhmat, 2012:253).

a. Kredibilitas

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate (komunikan) tentang sifat-sifat komunikator (Rakhmat, 2012:254). Dalam defenisi ini terkandung dua hal, yaitu : kredibilitas adalah persepsi komunikan; jadi tidak inheren dalam diri komunikator dan kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator, yang disebut dengan komponen-komponen kredibilitas.

Kredibilitas berhubungan dengan persepsi sehingga dapat berubah bergantung pada pelaku persepsi (komunikan), topik yang dibahas, dan situasi.Faktor pelaku persepsi

dapat dikarenakan bahwa sebelumya sudah mengenal integritas kepribadian komunikator. Faktor topik berkaitan dengan cara penyampaian, bahasa digunakan, dan organisasi pesan. Sedangkan, faktor situasi adalah jika komunikator menyampaikan pesan ditengah-tengah situasi kelompok yang berstatus rendah atau pada situasi yang dianggap “kotor:

Kredibilitas dibangun oleh beberapa komponen (Rakhmat, 2012:257) :

• Keahlian : kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan.

• Kepercayaan : kesan komunikan tentanng komunikator yang berkaitan dengan wataknya.

• Dinamisme : kesan komunikan terhadap komunikator bila dipandang

bersemangat, bergairah, semangat, aktif, tegas dan berani.

• Sosiabilitas : kesan komunikan tentang komunikator yang riang dan senang bergaul.

• Koorientasi : kesan komunikan terhadap komuniktor yang mewakili nila-nilai komunikan.

• Karisma : kesan komunikan terhadap komunikator yang memiliki sifat yang luar biasa dan dapat mengendalikan pendengarnya.

b. Atraksi

Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasif. Komunikator yang lebih menarik dipandang mata secara fisik akan lebih besar kemungkinannya untuk menjadi komunikator yanng efektif (Rakhmat, 2012:258).

Namun, komunikan juga dapat tertarik kepada komunikator jika adanya beberapa kesamaan antara mereka. Herbert W. Simmons (1976) menerangkan beberapa alasan mengapa komunikator yang dipersepsi memilliki kesamaan dengan komunikan cenderung berkomunikasi lebih efektif, yaitu (Rakhmat, 2012:260):

• Kesamaan dapat mempermudah proses penyandibalikan (decoding), yakni proses menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan.

• Kesamaan dapat membangun premis yang sama. Premis yang sama mempermudah proses deduktif. Ini berarti bila kesamaan disposisional relevan dengan topik persuasi, orang akan terpengaruh oleh komunikator.

• Kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada komunikator. • Kesamaan menumbukan rasa hormat dan percaya pada komunikator. c. Kekuasaan

Menurut teori Kelman, kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan.Ketudukan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan seseorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena memiliki sumber daya yang sangat penting critical resources

(Rakhmat, 2012:261). Menurut Raven (1974) menghasilkan lima jenis kekuasaan setelah dimodifikasikan:

• Kekuasaan koersif (coersive power) • Kekuasaan keahlian (expert power)

• Kekuasaan informasional (informational power) • Kekuasaan rujukan ( referent power)

• Kekuasaan legal (legitimate power)

2.1.2 Teori S-O-R

Pada awalnya model ini dikenal sebagai model Stimulus-Responden (S-R) dan umumnya digunakan pada media massa. Kemudian DeFleur menambahkan Organisme

dalam bagiannya menjadi Stimulus-Organisme-Response (S-O-R).unsure-unsur dasar dalam model ini terdiri dari stimulus yaitu rangsangan atau dorongan berupa pesan, organism yaitu manusia atau seorang penerima pesan (receiver), responden yaitu reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau menjadi juga komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, prilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy, 2003:254).

Prinsip stimulus-response pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu.Model ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu “aksi-reaksi” artinya apabila ada aksi maka timbul rekasi. Proses ini merupakan pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan yang dapat menimbulkan efek untuk mengubah tindakan komunikasi.

Dalam prinsip S-O-R secara gambling dijelaskan tentang sebuah proses belajar dimana efek adalah reaksi khusus yang timbul akibat stimulus tertentu. Artinya bahwa orang-orang dapat memprediksi keterkaitan yang erat antara pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa terhadap reaksi yang akan timbul dalam diri penerima (receiver) akibat pesan tersebut. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Model ini beranjak pada anggapan bahwa organism menghasilkan prilaku tertentu apabila ada kondisi stimulus/rangsangan informasi yang diterima pula (Effendy, 2003:254). Model S-R ini mengasumsikan prilaku individu disebabkan kekuatan stimulus yang datang dari luar dirinya, bukan atas dasar ,motif dan sikap yang dimiliki.

Unsur-unsur dalam teori ini adalah: 1) Pesan (Stimulus, S)

2) Komunikan (Organisme, O) 3) Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate dalam hal ini how to change

the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap

tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof .Dr. Mar’at (Effendy, 2003:253-256), dalam bukunya “sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovlan, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru, ada tiga variabel penting, yaitu:

1) Perhatian 2) Pengertian 3) Penerimaan

Gambar 2.1

Gambar di atas menunjukkan bahwa tindakan bergantung pada proses yang terjadi kepada individu.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Kombinasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan akan mengerti. Kemampuan mengolah dan menerimanya, maka terjadillah kesediaan untuk mengubah sikap.

Dalam penelitian ini unsur-unsur yang akan diteliti adalah:

1) Pesan (Stimulus, S): upaya-upaya yang dilakukan oleh pengajar/guru di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, Medan sebagai komunikatordalam memciptakan motivasi kepada santri/wati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah, Medan.

2) Komunikan (Organisme, O): para santri/wati yang merasakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pengajar/guru di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah, Medan sebagai suatu strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengajar/guru sebagai komunikator.

3) Efek (Response, R): responses ditimbulkan oleh stimulus (pesan) diharapkan dapat membantu para santri/wati untuk meningkatkan motivasi belajar para santri/wati Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah, Medan.

Dalam penelitian ini, teori S-O-R akan digunakan sebagai acuan dasar. Upaya-upaya yang dilakukan pengajar/guru di Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul

Stimulus Organisme: • Perhatian • Pengertian • penerimaan Response (Perubahan Sikap)

Hasanah, Medan sebagai suatu strategi komunikatordalam menciptakan motivasi belajar kepada santri/wati Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah, Medan adalah stimulus yang memberikan rangsangan. Para santri/wati yang merasakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pengajar/guru di Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah, Medan sebagai suatu strategi komunikator adalah Organisme, yaitu yang akan dirangsang, sedangkan responses ditimbulkan oleh stimulus (pesan) diharapkan dapat membantu para santri/wati untuk meningkatkan motivasi belajar agar lebih baik lagi dari sebelumnya.

2.1.3 Motivasi Belajar

Dokumen terkait