Disusun Oleh : Dani Yuniarta
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Disusun Oleh :
Dani Yuniarta
08230063
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
iv
SURAT PERNYATAAN
Nama : Dani Yuniarta
Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 18 Juni 1990
NIM : 08230063
Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Skripsi saya yang berjudul:
KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPETEN LAMONGAN DALAM KETAHANAN
PANGAN TAHUN 2011 adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan
sumbernya.Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana
berlaku.
Malang, 20 Januari 2013
Yang Menyatakan,
vi KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, bawasanya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya, tak lupa juga sholawat serta salam yang selalu penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Alhamdulillah hirobil’alamin akhirnya penulis telah menyelesaikan karya tulis ini dengan judul “KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM KETHANANN PANGAN (Study Kantor Ketahanan Pangan dengan Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Lamongan)”, sebagai prasarat untuk memperoleh gelar
kelulusan (S1) pada jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dengan sebaik-baiknya.
Rasa beribu-ribu hormat dan terima kasih penulis tujukan kepada Ayahanda tercinta Drs. Sulardi, Ibunda Tercinta Munartik, Kakak tercinta Arbi Widiantara, adik tersayang Angga Rahmawan dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan Support yang tak terbatas dan bantuan lahir batin, kekuatan doa, masukan dan kritikan, serta selalu menantikan keberhasilan penulis sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang.
Ucapan terima kasih ini tidak lupa juga penulis haturkan kepada segenap pihak-pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis, yang bisa mengarahkan penulis, memberikan semangat serta doa hingga sekarang penulis
vii bisa menyelesaikan sebagaimana kewajiban penulis yaitu menuntut ilmu. Rasa terima kasih ini saya ucapkan kepada:
1. Bapak Muhajir Efendi, salaku Rektor Universiyas Muhammadiyah Malang. Semoga usaha Bapak menjadi sumbangsih terbesar bagi terbentuknya kader-kader yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.
2. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan dan Pembimbing I serta Prof. Ishomuddin, M.Si selaku pembimbing II, yang penuh kesabaran memberikan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis, hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Segenap Jajaran Dosen Ilmu Pemrintahan FISIP : Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si, Bpk. Krisno Hadi, Bpk. Asep Nurjaman, Bpk. Solahudin, Bpk. Imam Hidayat, Bpk. Yana, Bpk. Jainuri, Ibu. Hevy, dan lainya. Terima kasih banyak ilmu-ilmu yang bapak-ibu berikan selama perkuliahan. Jasa-jasa bapak-ibu semoga dicatat dalam amal kebaikan.
4. Kantor Ketahanan Pangan Bapak Sigit Yuli, SP
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan Ibu. Hartiwi S. Utami, SP. MM. Terimakasih atas waktu luangnya dan data-datanya.
5. IMM Renaissance FISIP sebagai Keluarga Kedua di Malang. Terimakasih untuk Mas Khikmawanto (amink), Mas Gilang, Mas Ilham (Jawa Post), Mas Dzul (Ateng), Mas Sueb, Mas Hasby, Mas Didit, Mas Fadh, Mbk
Kori’, Mas Handoko (ndok), Mas Salam, Mas Rustam, Mas Agus (
wartawan kebanjiran,hehe), Mas Sukri, Mas Bagus, Mas Safrin, Mas Ibnun HM (Calon Anggota Dewan RI), Mas Aprilianto ( Saprol ben Jos),
viii Mas Andy Wahyu, Mas Erwin ( terimakasih atas ilmu prinsipnya mas), Mas Sururin, Mas Abim, Mas Cecep, Mas Andre Lombok, Mas Arsyad, Bang Idrus, Mbk Sandra, Mbk Riska (Makassar), Mbk. Nia, Mbk Cicil, Mas Andre Bima, Mas Qurais, Mas Rofik ( Komandan), Mas Ts. Hendro, Mas Dimas (Bus Community), Bang Romly Rafael, Mas Rustan Hidyaat,
Mbk Dian, Mbk Yayak, Mbk Fella, Mbk Intan, Mbk Dati’ ( makasih ide n
supportx mbk), Mbk Fitri, Mbk Ferdia DLL. Angkatan 08: Eza Rizana, Galang, Rizal, Dyah RA, Aprilia, Ach. Hamdi ( Bang Haji), Ranindya, Helpin, Rizal, Fredy, Suwait, Putri, DLL. Angakatan 09 : Marjuki, Pamulat (Musuh PS), Awan (Cina Jawa), Silung, Anugrah, Danang, Reza (Kulhu ae Lek), Devi, Ira, Yakub, Gusmul, Elsa, Hariz, DLL. Untuk
angkatan 10,11,12 sekses dan semangaattt terus adikku :’) lanjutkan
Pengkaderan
6. Segenap sodara2ku IP 08 : Rizal, Eza, Galang, Helpin, Prima, Dian, Tika, Ayu Twin, kiki, Anjar, AA kurnia, Hary Resnady, Ary Indra, Bagus, Surya, Puji, Bahrun R. Ahimsah, Abd. Malik, Capang, Nikita ( Bule),
Alor, ach. Hamdi, Rio, Jami’ Raya, Luqman Hakim DLL
7. Temen2 KKN Pandanrejo 11: Fredy (Kordes) Dewi, Anggun, Endaah, Ferry, Siklum, Erna, Rita, Rabita (Bu Dokter), Nabila El. Adiy ya Yudha (Koplak), Pandu, Danu S, Avivt DLL
8. Temen Kosan selama di Malang : Mas Hary, Mas Andi ( pat kei), Mas Agus, Yudi, Mas Bisri, Mas Adi, Mas Mifta, Nanda, Nganjuk, Irul, Wima, Mas Lukman, Purnomo, Lington, Anang, arif, Suyanto DLL.
ix 9. Temen Kampus di semua Fakultas Univ. Muhammadiyah Malang.
10.Untuk Mbk. Umi Fadhilah ( AIT Thailand), Mbak. Ida Kasi, Mbak. Tyas, Pak. Budi Santoso, Mbk Miftahul Rohmah Saputri, Mbk. Diah Lismiadara Intan, Mbk Nidaul Chasanah Terima kasih atas Motivasinya
11.Serta pihak-pihak yang terkait dalam segala urusan untuk menyelesaikan tugas skripsi sampai selesai dan maaf sebanyak-banyak karena tidak bisa menyebutkan satu persatu .
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala bantuan yang telah penulis terima. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pada penulis, maka dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga dari apa yang telah penulis buat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, Amien Ya Robal Alamin.
Wasalamualaikum. Wr. Wb.
Malang, 20 Januari 2012
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i LEMBAR PERSETUJUAN ... ii LEMBAR PENGESAHAN ... iii SURAT PERNYATAAN ... iv BERITA ACARA BIMBINGAN ... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... x DAFTAR TABEL ... xiii DAFTAR BAGAN ... xiv ABSTRACT ... xv ABSTRAKSI ... xvi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 11 C. Tujuan Penelitian ... 11 D. Manfaat Penelitian ... 12 E. Definisi Konseptual ... 12 F. Definisi Operasional ... 14 G. Metode Penelitian ... 15 H. Teknik Pengumpulan Data ... 18 I. Teknik Analisi Data ... 20
xi BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
A. Ketahanan Pangan ... 22 1. Pengertian Ketahanan Pangan ... 22 a. Formulasi Kebijkan ... 25 b. Implementasi Kebijakan ... 26 c. Tahap-Tahap Impl. Kebijakan ... 39 d. Evaluasi Kebijakan ... 40 B. Pemerintah Daerah ... 47 1. Pemerintah Daerah ... 47 2. Unsur Pemerintah Daerah ... 48 3. Urusan Pemerintah Daerah ... 50 4. Fungsi emerintah Daerah ... 51 C. Kantor Ketahanan Pangan Kab. Lamongan ... 53 D. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan ... 53 E. Potensi Pangan Nasional ... 55 BAB III DESKRIPSI WILAYAH ... 58 A. Deskrisi Wilayah ... 58 1. Letak Geografis ... 58 2. Faktor Demografis ... 61 3. Luas Lahan Pertanian ... 64 a. Luas Lahan Menurut Jenisnya ... 64 b. Luas Lahan Menurut Pengairannya ... 67 4. Produksi Pertanian ... 70 a. Komoditas Padi ... 70 b. Komoditas Jagung ... 71 c. Komoditas Kedelai ... 72 d. Komoditas Kacang Tanah ... 73 e. Komoditas Kacang Hijau ... 74 f. Komoditas Ubi Kayu ... 75 g. Komoditas Ubi Jalar ... 76
xii B. Program Kerja Pemerintah ... 77
1. Kantor Ketahan Pangan Kab. Lamongan ... 77 2. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan ... 80 C. Kerja Sama Pemerintah ... 83
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA ... 84
A. Struktur Organisasi ... 84 1. Kantor Ketahanan Pangan Kab. Lamongan ... 85 2. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan ... 90 B. Mekanisme Implementasi Kebijakan Pemerintah
dalam bentuk Program ... 98 1. Sosialisasi ... 98 2. Implementasi ... 106 3. Evaluasi ... 113 C. Saran dan Tanggapan ... 116 D. Kendala-kendala yang dihadai Pemerintah ... 117 BAB V PENUTUP ... 118
A. Kesimpulan ... 118 B. Saran ... 119 DAFTAR PUSTAKA ... 121 LAMPIRAN ... 123
xiii DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Neraca Produksi Beras dalam negeri tahun 1197-2001 ... 4 Tabel 1.2 Sasaran Luas tanam, produktivitas dan produksi pangan ... 9 Tabel 2.1 Luas Panen, Produktivitas, Produksi tanaman Padi se Indonesia ... 57 Tabel 3.1 Jumlah Desa, luas area per kecamatan di Kab. Lamongan ... 62 Tabel 3. 2 Jumlah Penduduk Kab. Lamongan tahun 2010 ... 64 Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kab. Lamongan tahun 2011 ... 64 Tabel 3.4 Komposisi kelompok umur berdasarkan kelamin ... 65 Tabel 3.5 Jumlah Pencari Kerja Penduduk Kab. Lamongan ... 66 Tabel 3.6 Luas lahan sawah menurut jenisnya tahun 2011 (Ha) ... 67 Tabel 3.7 Luas lahan sawah menurut PU tahun 2011 (Ha) ... 69 Tabel 3.8 Luas lahan sawah menurut Tadah Hujan tahun 2011 (Ha) ... 70 Tabel 3.9 Luas lahan panen, poduktivitas, produksi Kom : Padi ... 72 Tabel 3.10 Komoditas Jagung ... 73 Tabel 3.11 Komoditas Kedelai ... 74 Tabel 3.12 Komoditas Kacang Tanah ... 75 Tabel 3.13 Komoditas Kacang Hijau ... 76 Tabel 3.14 Komoditas Ubi Kayu ... 77 Tabel 3.15 Komoditas Ubi Jalar ... 78 Tabel 3.16 Program Kegiatan Kantor Ketahanan Pangan ... 79 Tabel 3.17 Program Kegiatan Dinas Pertanian dan Kehutanan ... 82 Tabel 3.18 Program Kerjasama dengan instansi lain ... 85 Tabel 4.1 Jumlah target capaian Kantor Ketahanan Pangan 2011 ... 90 Tabel 4.2 Jumlah hasil komoditi pangan kab. Lamongan 2010-2011 ... 98 Tabel 4.3 Program Kegiatan Kantor Ketahanan Pangan 2011 ... 108 Tabel 4.4 Program kerja Dinas Pertanian dan Kehutanan 2011 ... 110
xiv DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Pola pemerataan Ketahanan Pangan ... 3 Bagan 1.2 Skema Teknik Analisis Data ... 20 Bagan 2.1 Indikator Keamanan Ketahanan pangan ... 24 Bagan 2.2 Tahapan Kebijakan William Dunn (1990) ... 25 Bagan 4.1 Struktur Birokrasi Kantor Ketahanan Pangan ... 89 Bagan 4.2 Struktur Dinas Pertanian dan Kehutanan ... 95 Bagan 4.3 Mekanisme pengembilan kebijakan ... 101 Bagan 4.4 Arus Pelaporan ... 116
xv DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang : UPT UMM Press.
Mubyarto.1987. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan.Jakarta: Sinar Harapan
Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian . Jakarta: Ghalia Indonesia.
Saifulllah, 2006. Buku Panduan Metodelogi Penelitian. Malang :Universitas Islam Negeri Malang.
Sulistyaningsih, Tri. 2006. Politik Kebijakan Pangan : Intervensi vs Kepentingan Petani. Dalam Kebijakan Elitis Politik Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Rafika Aditama.
Irfan.Islamy, M.2004. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Edisi 2. Cetakan ke-3. Bumi Aksara: Jakarta hal 10-106.
Supanji, Babad. Dkk 2004. Desentralisasi dan Tuntutan Penataan
Kelembagaan Daerah. Humaniora hlm :50
Internet :
- http://berita-terbaru.com .
- http://bumiganesa.com/import-beras-atau-beras-poltik/html.
- dikutip dari skripsi : Konsep dan Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Dalam meningkatkan Ketahanan Pangan. Karya : Dany Puspitasari, Jurusan Ilmu Pemerintahan-UGM. 2010. Abstraksi.
xvi - dikutip dari Tugas Mata Kuliah.Definisi Kebijakann Publik dan
Klarifikasinnya . Karya Septianto S. Nugroho, Jurusan IP-UGM, 2008. Hlm 2.
- di kutip dari. Tugas Mata Kuliah.dalam Pengertian Ketahan Pangan. Oleh Nuhfil Hanani.
- dikutip dari Politik Ketahan Pangan. Oleh Jonathan Lassa ( http://google/Ketahan Pangan)
- http://sains.kompas./harga.beras.di.lamongan/html.
- http://republika.co.id/berita/html.
- Mahmur, Mulyo. 2010. Strategic Alliance for Achieving MDG’s. Dalam rangka Dies Natalis Unpad ke-53. Bandung
- http://ketahanan_pangan_rumah-tangga_diperdesaan/puslit_kependudukan_LIPI - Wikipedia 2008. Pemerintah Daerah. Di akses pada tanggal 27 Agustus
2012 dari www. Wikipwdia.com
- Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. 2004. Formulir Isian untuk Analisis SWOT untuk Sepeuluh Fungsi Pemerintahan Daerah.
www.scbdp.com
- www.lamongankab.go.id
- Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010. - http://kertyawitaradya.files.wordpress.com/2010/04/model-van-horn. http://kertyawitaradya.wordpress.com/2010/implementasi.kebijakan.publik.m
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cara mengukur maju tidaknya sebuah negara bisa dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang mendominasi negara tersebut, sebut saja Indonesia negara agraria yang mampu sebagai produsen pangan didunia dengan produk utamanya berupa padi. Hal tersebut tidak akan terwujud bilamana tidak ada peran Pemerintah yang menopangnya sebagai instrumen pembuat kebijakan. Namun, hingga saat ini apakah kebijakan perberasan benar-benar mensejahterakan masyarakat petani sebagai subyek pelaksana kebijakan. Dari berbagai kebijakan yang pemerintah keluarkan untuk ketahanan pangan ternyata
banyak menimbulkan berbagai permasalahan yang “mencekik” petani, bahkan
cerita miris pun turut menghiasai perberasan nasional dalam kurun waktu seperempat abad ini. 1) Indonesia tidak mampu lagi melakukan swasembada beras sendiri. 2) Indonesia masuk sebagai 10 besar negara pengimport beras1, miris sekali melihatnya padahal Indonesia merupakan salah satu negara agraria terbesar di dunia. 3) kesejahteraan petani hingga saat ini belum mampu “ terselamatkan”,
itu karena pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang masih merugikan petani mulai harga gabah yang rendah, mahalnya pupuk, oknum yang tidak bertanggungjawab serta belum lagi kondisi alam yang selalu berubah-ubah.
1
Sulistyaningsih, Tri. 2006. Politik Kebijakan Pangan : Intervensi vs kepentingan petani.Dalam “ Kebijakan Elitis Politik Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. hlm 56
2 Berbagai kebijakan pemerintah lakukan demi stabilitas pangan nasional, namun peran pemerintah mulai orde lama hingga saat ini masih belum cukup efektif terhadap masyarakat petani. Hal tersebut terlihat dari berbagai persoalan yang terjadi pada zaman dahulu. Dimana komoditas beras yang merupakan komoditas ekonomi ternyata memiliki nilai politik sebagai kendaraan untuk mencapai dukungan politik baik itu dukungan internasional maupun nasional. Namun, pada zaman itu kebijakan pemerintah bisa memberikan sedikit harapan bagi masyarakat Indonesia terbukti pada awal 1970-an Indonesia mampu melakukan Swasembada beras yang itu artinya beras nasional menjamin
kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Hal tersebut hanya “kebahagian” semu yang ternyata itu tidak berlangsung lama dan Indonesia tidak mampu melakukan swasembada beras lagi. Hal ini terjadi karena kebijakan yang diambil pemerintah pada saat itu hanya untuk kepentingan politis saja tanpa memperhatikan kepentingan nasib petani.
Menurut Simatupang (1999), akar permasalahan pada saat itu adalah adanya sistem monopoli pemerintah dalam melakukan formulasi dan implementasi kebijakan. Pemerintah terlalu arogan tanpa menghiraukan aspirasi-aspirasi masyarakat petani dan menimbulkan sikap ignorant2 pada masyarakat yang pada hakekatnya implementasi itu gagal. Pendekatan yang digunakan pada saat itu adalah top-down yang banyak merugikan petani. Seiring dengan tekanan dunia internasionl, Indonesia mau tidak mau harus mngikuti arus liberalisasi yang telah tumbuh dan Indonesia tidak mempunyai nalai tawar di dunia internasional.
2
3 Dalam menciptakan atau meningkatkan ketahanan pangan memerlukan upaya yang sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. Implementasi kebijakan pemerintah daerah dalam meningkatkan ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil kerja suatu sistem ekonomi pangan yang terdiri atas subsistem penyediaan pangan, subsistem distribusi pangan, dan sistem konsumsi pangan yang saling berkesinambungan. Adanya peningkatan pola tanam yang baik menyebabkan produktivitas akan meningkat. proses implementasi program peningkatan ketahanan pangan dilaksanakan melalui perpaduan antara sistem top down dan bottom up.
Bagan : 1.1 Pola Pemerataan Katahanan Pangan.
Sumber: USAID-1999 ( modifikasi ).3
Dari bagan di atas bisa dijelaskan bahwa ketahan pangan dapat tercapai apabila pemerintah tetap menopang produksi sebagai ketersedian pangan yang nantinya di salurkan/distribusikan ke daerah yang membutuhkan pasokan pangan sehingga nantinya tercapai tingkat konsumsi yang merata artinya pola di atas saling berkesinambungan. Selain itu pemerintah juga menjaga kondisi sosial, politik,
3
( di kutip dari skripsi : Konsep dan Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Dalam meningkatkan Ketahanan Pangan. Karya : Dany Puspitasari, Jurusan Ilmu Pemerintahan-UGM. 2010. Abstraksi)
Sistem Ketahan Pangan
4 ekonomi ,budaya dan lain-lain karena hal itu sangat berkaitan erat dengan ketahanan pangan nasional.
Dari data perberasan Indonesia, mulai tahun 2000 intervensi pemerintah semakin menyulitkan para petani terlihat pemerintah mengimpor beras secara besar-besaran dan masuk dalam 10 negara pengimpor beras terbasar di dunia. Hal ini terjadi bukan lantaran karena pasokan dalam negeri berkurang namun ada berbagai pertimbangan ekonomi politik menyebabkan import beras. Fakta yang lebih mengejutkan bahwa Indonesia mengimpor beras pada tahun 1998 sebesar 5,77 juta ton. Hal tersebut menjadi ironi tersendiri bagi Indonesia ternyata pada tahun 1997 Indonesia surplus sebesar 5,63 juta ton4. Untuk lebih jelas lihat tabel 1.1 :
Tabel 1.1 Neraca Produksi Beras dalam negeri tahun 1997-2001
Tahun Penduduk (juta jiwa) Produksi beras (Juta ton) Konsumsi* beras (Juta ton) Kelebihan** (juta ton) Impor (Juta ton) 1997 199 32,10 26,47 5,63 0,41 1998 203 30,54 27,00 3,54 5,77 1999 206 31,12 27,40 3,72 4,18 2000 210 32,35 27,93 4,42 1,51 2001 213 31,28 28,33 2,95 1,40 Rata-rata 206,20 31,48 27,42 4,05 2,65 4
Sulistyaningsih, Tri. 2006. Politik Kebijakan Pangan : Intervensi vs kepentingan petani.Dalam “ Kebijakan Elitis Politik Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. hlm 68
5 Sumber : HKTI dalam RDPU komisi III DRP RI dengan HKTI, 4 Pebruari 2002 dan Kompas 28 Januari 2002.5
* Asumsi : Konsumsi beras 133kg/Kapita/Tahun ** Kelebihan =Produksi – Konsumsi
Bahkan terdapat fakta di tahun 2011, dengan jumlah penduduk 238 juta jiwa dengan tingkat konsumsi beras sebesar 140 kg/kapita/tahun, sedangakan produksi beras di tahun itu mencapai 38 juta ton6.Maka tingkat konsumsi secara keseluruhan mencapai 33,3 juta ton itu artinya masih terjadi surplus sebesar 4,7 juta tons. Sedangkan pemerintah pada tahun 2011 memberikan izin kepada Bulog untuk impor beras sebesar 1,5 juta ton7. ( data diolah sendiri dalam Berita-Terbaru.com)8.
Dari fakta di atas terlihat bahwa pemerintah masih belum serius dalam memperhatikan kepentingan petani Indonesia hingga tahun 2011. Petani yang sesungguhnya pahlawan bangsa dengan jerih payahnya masih bisa memberikan
surplus pangan nasional bukan “terimakasih” yang di berikan oleh pemerintah melainkan “membunuh” secara berlahan-lahan dan parahnya Indonesia menjadi “ sampah” pangan internasional yang menyengsarakan petani Indonesia.
Kelahiran Badan Urusan Logistik (Bulog) tahun 1967 sebagai Badan Pemerintah Non Departement sebagai instruksi kebijakan dalam pengelolan pangan nasional memiliki tugas :
5
Ibid. hlm 70
6
http://bumiganesa.com/import-beras-atau-beras-poltik/html. akses 25-1-12 (Pkl: 22.00wib)
7
http://republika.co.id/berita/html. akses 15-1-12 (23.00 wib)
8
6 1. Penyangga harga dasar yang tinggi untuk merangsang produksi pangan. 2. Perlindungan harga maksimum untuk menjamin harga bagi konsumen. 3. Membuat perbedaan yang layak untuk harga dasar dan harga maksimal
guna merangsang perdagangan.
4. Membuat harga yang wajar antara harga domestik dengan harga internasional.
Untuk mencapai tujuan di atas, paket instrumen kebijakan pertama kali yang lakukan bulog adalah:
1. Menetapkan harga dasar.
2. Pembelian gabah petani waktu panen
3. Memberikan tambhan gaji beras kepada PNS dan TNI/POLRI. 4. Operasi Pasar
5. Melindungi pasar beras domestik dari arus internasional dengan monopoli import hanya boleh di lakukan oleh Bulog.
6. Distribusi beras ke daerah yang lain untuk merangsang perdagangan swasta.
Seiring berjalannya waktu berdirinya Bulog untuk mensejahterakan petani seolah
terasa”hampar” ketika Bulog berubah menjadi Perusahaan Umum yang tentunya
berorientasi pada profit, parahnya lagi Bulog tidak hanya menangani masalah beras tetapi mengakomodasi komoditi yang lain juga seperti Gula, tepung , cabe dan lain-lain. Seolah tidak hanya berhenti disitu saja, Bulog semakin parah dengan adanya korupsi, monopoli komoditi dan profit oriented di tubuh Bulog
7 berujung pada pola kebijakan saat ini yang masih pro liberalisme tanpa mementingkan nasib petani Indonesia.
Hingga tahun ini jumlah penduduk Indonesia hampir mencapai 238 juta jiwa penduduk dan laju pertumbuhan1,7%9.Angka tersebut terbilang cukup besar bila tidak diimbangi dengan peningkatan produksi pangan maka akan terjadi masalah di sektor-sektor yang lain bahkan bisa membahayakan stabilitas nasional apalagi akhir-akhir ini laju produksi nasional terbilang menurun. Untuk itu semua elemen yang ada di negara ini tetap harus berusaha menigkatkan produksi pangan.
Komitmen Indonesia untuk mewujudkan ketahanan pangan tertuang dalam UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 68 tentang ketahanan Panagan. Berkaitan dengan Ketahanan Pangan juga terdapat dalam peratura Presiden No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka menengah yang salah satu tujuannya untuk mewujudkan Ketahanan Pangan baik di tingkat rumah tangga maupun di tingkat nasional 10. Pada 11 Juni 2005 pemerintah mencanangkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Strategi ini bertujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat (petani dan nelayan), meningkatkan daya saing, dan menjaga kelestarian sumberdaya alam.
Sebagaimana oleh Edwards III bahwa tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Dalam hal
9
http://bumiganesa.com/import-beras-atau-beras-poltik/html. akses 25-1-12 (Pkl: 22.00wib)
10
Mahmur, Mulyo. 2010.Strategic Alliance for Achieving MDG’s. Dalam rangka Dies Natalis Unpad ke-53. Bandung
8 ini kebijakan yang efektif nantinya dimulai dari aspirasi dari masyarakat yang kemudian itu nantinya di jadikan acuan dasar untuk proses pembuatan kebijakan atau dengan istilah Bottom-Up, kemudian di implementasikan kebijakan tersebut dalam bentuk Top-Down. Tetapai realita yang terjadi di Indonesia justru metode
Top-Down yang di gunakan pemerintah dalam menangani ketahanan pangan tanpa menyertakan peran aktif petani Indonesia yang akibatnya mereka tersiingkirkan. Sedangkan menurut Hegel (Budiman, 1996), negara mempunyai
power yang dominan, negera dinilai memiliki otoritas yang tinggi untuk mengatur rakyatnya sehingga harus dipatuhi, jika kita melihat teori dari Hegel hal ini sangat cocok di negara kita dimana negara mengusai penuh atas rakyatnya dengan kebijakan-kebijakan yang di keluarkannya tanpa pastisipasi dari masyarakat itu sendiri. Akhirnya terjadilah gejolak dimana-mana atas kebijakan kontroversial tersebut.
Kondisi pertanian di Kabupaten Lamongan sebagian besar penduduknya kurang lebih sekitar 63,71 % bergerak pada sektor pertanian. Dalam arti luas pembangunan di sektor pertanian meliputi pertanian tanaman pangan dan holtikultura yang diarahkan pada terwujudnya perekonomian yang tangguh dan berdaya saing sehingga mampu mewujudkan suatu masyarakat yang sejahtera, melalui pengembangan sumber daya lokal, peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian serta pengembangan agribisnis. Dengan data produksi yang di peroleh dalam tabel 1.2 :
9 Tabel 1.2 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman pangan
Tahun 2010. No Komoditi Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Provitas (Kw / Ha) Produksi (Ton) 1. Padi 135.290 138.638 62,01 857.638 2 Jagung 60.727 60.421 55,46 279.655 3 Kedelai 18.367 21.823 14,56 31.768 4 Kacang tanah 8.733 8.333 13,16 10.967 5 Kacang hijau 7.612 4.988 12,66 6.314 6 Ubi Kayu 2.615 2.611 154,63 40.374 7 Ubi jalar 125 55 112,21 617
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan11.
Dari data di atas terlihat bahwa produksi di Kabupaten Lamongan memiliki produksi cukup tinggi. Namun, kenyataan di lapangan sangat berbeda di mana masyarakat petani Lamongan. Para petani masih jauh dari sejahtera padahal tingkat produksi yang cukup tinggi hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor :