BAB I PENGANTAR
C. Formulasi Sediaan Topikal Antibau Kaki Minyak kulit
Sediaan yang dibuat dalam penelitian ini adalah sediaan krim dan
hidrogel dimana formula acuan yang digunakan adalah formula krim M/A
repellant (Jantan et al, 1998) dan gel repellant (Yuliani, 2005). Pemilihan bentuk
sediaan krim dan gel ini dipengaruhi kelebihan krim dan gel itu sendiri. Gel
memiliki keuntungan kompatibel terhadap berbagai macam obat sedangkan
keuntungan krim M/A adalah mudah menyebar merata dan bekerja langsung pada
lokasi pemakaian. Selain itu, penggunaan bentuk sediaan topikal ini banyak di
pasaran karena kenyamanan dalam pengaplikasian.
Pada formulasi sediaan topikal antibau kaki minyak kulit kayu manis,
dibuat juga basis sediaan topikal antibau kaki untuk masing-masing sediaan
topikal antibau kaki minyak kulit kayu manis. Kontrol basis sediaan topikal
antibau kaki berperan sebagai pembanding kemampuan daya antibakteri dari
sediaan topikal minyak kulit kayu manis terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis atau dapat dikatakan sebagai faktor koreksi pengamatan daya
antibakteri sediaan topikal antibau kaki minyak kulit kayu manis. Adanya faktor
koreksi dari basis sediaan tersebut maka dapat diketahui diameter zona hambat
antibakteri yang dihasilkan hanya berasal dari bahan aktif saja yaitu minyak kulit
Pada formulasi sediaan krim antibau kaki dalam penelitian ini digunakan
emulsifying agent yang terdiri dari cetostearyl alcohol dan sodium lauril sulfat
yang termasuk emulsifying nonionik. Emulsifying yang termasuk golongan
nonionik menstabilkan sistem emulsi dengan menghasilkan lapisan film yang
dapat menurunkan tegangan antar muka kedua fase. Syarat emulsifying agent
adalah molekul – molekulnya memiliki afinitas terhadap cairan. Daya afinitasnya yang parsial atau tidak sama terhadap kedua cairan menyebabkan salah satu ujung
emulgator larut dalam cairan yang satu, sedangkan ujung yang lain membentuk
lapis tipis di sekeliling atau diatas permukaan cairan yang lain. Minyak kulit kayu
manis sebagai fase minyak berada disekeliling fase air dengan bantuan
emulsifying agent.
Minyak kulit kayu manis sebagai bahan aktif berada dalam sistem matrix
gel. Penambahan carbopol 3% b/v sebagai gelling agent pada sistem gel akan
membatasi pergerakan minyak kulit kayu manis sehingga dapat mempengaruhi
pelepasan bahan aktif. Gel yang dibuat temasuk dalam klasifikasi hidrogel.
Menurut Zatz dan Kushla (1996), hidrogel adalah sediaan semisolid yang
mengandung material polimer yang mempunyai kemampuan untuk mengembang
dalam air tanpa larut dan bisa menyimpan air dalam strukturnya. Carbopol larut
sangat baik dalam air dan alkohol. Etanol 96% akan membantu melarutkan
minyak kulit kayu manis sehingga dapat terlarut dalam air. Etanol bersifar semi
polar dimana memiliki sifat gugus hidroksil yang polar dan sifat gugus karbon
yang non polar (Rowe et al.,2009). Gugus karbon akan berikatan dengan minyak
polar akan terikat. Ketika campuran etanol dan minyak kulit kayu manis
tercampur dengan air yang bersifat polar maka senyawa polar dalam minyak atsiri
akan berikatan dengan air yang akan masuk ke dalam sistem matrix gel.
Carbopol mempunyai struktur senyawa kimia dimana setiap ujung-ujung
pada rantai mempunyai gugus RCOOH yang bersifat asam (Rowe et al.,2009).
Penambahan basa penetral TEA yang akan mengionisasi carbopol dan
menyebabkan obat yang terlarut dalam air dapat masuk dan terjebak dalam
struktur namun dapat melepas kembali dengan mudah. Pemilihan sediaan hidrogel
ini adalah kompatibilitasnya yang relatif baik dengan jaringan biologis karena
tidak meninggalkan rasa berminyak serta tidak lengket saat pengaplikasian tetapi
kering membentuk suatu lapisan tipis yang dapat dicuci dengan air.
D. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal Antibau Kaki Minyak kulit kayu manis
Sifat fisik merupakan salah satu bagian evaluasi formulasi dimana
meliputi uji pH, uji viskositas dan daya sebar. Penetapan pH sediaan topikal
antibau kaki minyak kulit kayu manis juga penting untuk diperhatikan agar tidak
mengiritasi kulit, sehingga pH sediaan topikal antibau kaki minyak kulit kayu
manis dibuat pada rentang pH kulit yaitu 4,5 – 6,5. Dari hasil pengukuran pH sediaan topikal antibau kaki minyak kulit kayu manis (Lampiran 7), diketahui
bahwa sediaan topikal gel antibau kaki minyak kulit kayu manis (pH 6) berada
dalam rentang pH kulit, sehingga dapat meminimalkan resiko iritatif pada kulit.
Namun, pH sediaan topikal krim M/A antibau kaki berada pada pH 7 yang
tidak akan menimbulkan iritasi kulit sehingga dapat dikatakan pH 7 masih dapat
diterima oleh kulit.
Pengukuran daya sebar dan viskositas dari sediaan topikal pada
penelitian dilakukan setelah 72 jam dan 2 minggu pembuatan sediaan. Dilakukan
pengamatan 72 jam bertujuan memberi waktu bagi sediaan topikal dalam
membentuk sistemnya dengan sempurna, dan diasumsikan pada waktu itu, energi
geser yang ada akibat pencampuran telah hilang. Sedangkan pengamatan 2
minggu dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan sifat fisik yang
terjadi selama penyimpanan tersebut. Penambahan uji viskositas setelah
penyimpanan lebih dari 1 bulan untuk melihat kestabilan sediaan topikal dengan
melihat pergeseran viskositas.
Viskositas merupakan suatu tahanan dari sediaan untuk mengalir.
Semakin besar viskositas, maka semakin besar pula tahanannya untuk mengalir
(semakin kental) (Martin et al, 1993). Viskositas dapat mempengaruhi
pengaplikasian sediaan pada kulit, pelepasan zat aktif, dan pengeluaran sediaan
dari wadah. Bila sediaan krim M/A terlalu kental akan menyebabkan kesulitan
saat pengaplikasian pada kulit secara merata dan pergerakan droplet-droplet
semakin kecil sehingga fase minyak (minyak kulit kayu manis) akan tertahan dan
sulit dilepaskan. Begitu pula dengan sediaan gel, minyak yang terjebak dalam
matrik akan sulit dilepaskan karena terlalu rapatnya ikatan matrix gel. Namun,
apabila terlalu encer pengaplikasian pada kulit juga akan sulit dilakukan, karena
Daya sebar merupakan salah satu karakteristik penting dalam formulasi
dan bertanggung jawab terhadap kemudahan pengaplikasian pada kulit serta
penerimaan konsumen terhadap sediaan. Pengujian daya sebar dilakukan
berdasarkan rerata diameter terpanjang dari beberapa sisi. Daya sebar
berhubungan dengan viskositas dalam menjamin kemudahan pengaplikasian dan
pemerataan sediaan saat pengaplikasian pada kulit sehingga senyawa aktif yang
terkandung dalam sediaan topikal dapat terpenetrasi dengan baik. Hasil
pengukuran uji sifat fisik sediaan topikal antibau kaki minyak kulit kayu manis
adalah sebagai berikut (Lampiran 9):
Tabel VIII. Rerata pengukuran sifat fisik sediaan topikal antibau kaki
Jenis Sediaan Viskositas (dPa.s) Daya Sebar (cm)
Krim Antibau Kaki
3 hari 226,67 ± 25,17 4,97 ± 0,28
14 hari 216,67 ± 28,87 4,05 ± 0,41
> 1 bulan 213,33±23,09 Gel Antibau Kaki
3 hari 150,0 ± 0,0 4,72 ± 0,33
14 hari 143,33 ± 5,77 4,33 ± 0,30
> 1 bulan 96,67 ± 5,77
Dari data di atas, viskositas sediaan topikal antibau kaki minyak kulit
kayu manis relatif tinggi. Pemilihan rentang viskositas ini mempertimbangkan
untuk kemudahan dan kenyamanan pengaplikasian sediaan ke tempat aplikasi,
pada krim M/A dan pada gel secara berturut – turut yaitu sebesar 4,4118% dan 4,445 %. Pada pergeseran viskositas selama penyimpanan lebih dari 1 bulan pada
krim M/A dan gel berturut – turut yaitu 5,883 % dan 53,333 %. Pada sediaan krim M/A baik pada penyimpanan 2 minggu maupun lebih dari 1 bulan masih stabil
sedangkan pada sediaan gel penyimpanan 2 minggu masih stabil namun pada
penyimpanan lebih dari 1 bulan tidak stabil. Sediaan topikal dianggap
stabilitasnya masih baik jika pergeseran viskositasnya <15% (Zatz dan Kushla,
1996).
Selama penyimpanan lebih dari sebulan sediaan topikal antibau kaki krim
minyak kulit kayu manis masih stabil dilihat dari pergeseran viskositasnya
sedangkan gel minyak kulit kayu manis menunjukkan adanya ketidakstabilan
dimana dibuktikan dengan pergeseran viskositas pada penyimpanan lebih dari 1
bulan yang sangat besar dan adanya sedikit minyak kulit kayu manis yang keluar
Berikut adalah hasil sediaan topikal antibau kaki krim M/A (Lampiran 5)
dan sediaan topikal antibau kaki gel (Lampiran 6)
Setelah Pembuatan Setelah Penyimpanan >1 bulan
Gambar 10.Sediaan topikal antibau kaki minyak kulit kayu manis. Krim antibau kaki minyak kulit kayu manis (A) dan Gel antibau kaki minyak kulit
kayu manis (B).
Pengolahan data secara statistik untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan viskositas maupun daya sebar dari jenis sediaan topikal antibau kaki
minyak kulit kayu manis. Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan,
didapatkan penyebaran distribusi data sifat fisik yaitu daya sebar memiliki
A
B
Minyak kulit kayu manis keluar
distribusi normal sedangkan viskositas memiliki data tidak normal. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai p<0,05 yang diperoleh (Lampiran 10)
Tabel IX. Hasil Perhitungan Distribusi Data Sifat Fisik Sediaan Topikal Antibau Kaki (Shapiro-Wilk test) berdasarkan nilai P
Jenis Sediaan
Viskositas Daya Sebar
3 hari 14 hari > 1 bulan 3 hari 14 hari
Krim antibau kaki 0,78 6,30.10-8 6,30.10-8 0,51 0,64
Gel antibau kaki NA 1,03.10-7 4,44.10-8 0,14 0,46
Keterangan: distribusi data normal (P>0,05); tidak normal (P<0,05)
Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa, untuk viskositas
distribusi tidak normal pada sediaan topikal antibau kaki, yang ditunjukkan dari
nilai p<0,05 pada hari ke-3 gel antibau kaki, penyimpanan ke-14 dan lebih dari 1
bulan sedangkan distribusi normal ditunjukkan pada hari ke-3 krim antibau kaki.
Daya sebar sediaan baik krim antibau kaki maupun gel antibau kaki menunjukkan
distribusi data yang normal (P>0,05).
Tabel X. Data Distribusi Sifat Fisik berdasarkan nilai P Viskositas (Wilcoxon sum rank test)
Daya Sebar (Welch Two Sample t-test)
3 hari 14 hari >1bulan 3 hari 14 hari
Krim antibau kaki : gel antibau kaki
0,0369 0,0431 0,0431 0,3799 0,4063
Dengan demikian, melalui nilai P (tabel X) pengujian sifat fisik sediaan
topikal antibau kaki minyak kulit kayu manis dapat diketahui bahwa viskositas
(hari ke-3, ke-14 dan >1 bulan) krim antibau kaki minyak kulit kayu manis ada
perbedaan dengan gel antibau kaki minyak kulit kayu manis (P<0,05) selama
penyimpanan. Secara statistik, daya sebar kedua sediaan menunjukkan tidak
adanya perbedaan (P>0,05).
E. Uji Daya Antibakteri Sediaan Topikal Antibau Kaki Minyak kulit kayu manis dengan Metode Difusi Sumuran
Pengujian daya antibakteri sediaan topikal antibakteri minyak kulit kayu
manis terhadap Staphylococcus epidemidis bertujuan mengetahui kemampuan
sediaan topikal antibau kaki minyak kulit kayu manis dalam menghambat atau
membunuh Staphylococcus epidermidis, yang merupakan salah satu bakteri
pendukung timbulnya bau kaki, dibandingkan dengan kontrol basis sediaan
topikal antibau kaki.
Minyak kulit kayu manis yang tidak diformulasikan ke dalam bentuk
sediaan topikal antibau kaki dapat langsung berdifusi dan berinteraksi langsung
dengan bakteri uji yang akan menghambat atau membunuh Staphylococcus
epidermidis. Minyak kulit kayu manis yang diformulasikan ke dalam bentuk
sediaan topikal kecepatan difusinya akan lebih lambat. Hal ini disebabkan adanya
afinitas dari bahan aktif dengan basis sediaan topikal yang mempengaruhi
pelepasan bahan aktif sehingga bahan aktif berinteraksi dengan bakteri uji, bahan
Pengujian daya antibakteri sediaan topikal antibau kaki minyak kulit
kayu manis menggunakan metode sumuran karena metode ini lebih efektif untuk
menguji sampel yang berbentuk semisolid daripada menggunakan paper disc
yang akan menyebabkan difusi tidak sempurna.
Gambar 11. Uji daya
antibakteri sediaan topikal
antibau kaki minyak kulit kayu
manis terhadap Staphylococcus
epidermidis
Keterangan Gambar: Gel Clyndamicyn phospate 1,2% (Clyn), Basis Gel (BG), minyak kulit kayu manis konsentrasi 15% (15%), etanol 96%(etOH 96%), Gel minyak kulit kayu manis (Gel), Krim M/A minyak kulit kayu manis (Krim),dan basis krim (BK).
Pada pengujian daya hambat sediaan topikal antibau kaki minyak kulit
kayu manis terdapat 7 lubang sumuran pada tiap petri untuk meminimalkan
perbedaan kondisi tiap perlakuan per replikasi. Ketujuh sumuran itu diisi dengan
(1) gel clyndamicyn 1,2% sebagai sediaan pembanding yang beredar di pasaran;
(2) etanol 96%; (3) minyak kulit kayu manis 15%; (4) kontrol basis krim antibau
kaki; (5) krim antibau kaki minyak kulit kayu manis; (6) kontrol basis gel antibau
kaki; dan (7) gel antibau kaki minyak kulit kayu manis.
Agen antibakteri merupakan agen yang memiliki kemampuan dalam
menghambat maupun membunuh bakteri dibandingkan kontrol negatifnya. Pada
penelitian ini, sediaan topikal antibau kaki mengandung agen antibakteri yaitu
potensi dibandingkan dengan kontrol negatifnya yaitu masing-masing basis
sediaan topikal (kontrol basis krim dengan krim antibau kaki minyak kulit kayu
manis dan kontrol basis gel dengan gel antibau kaki minyak kulit kayu manis).
Minyak kulit kayu manis 15% yang tidak diformulasikan untuk melihat perbedaan
efektivitas agen antibakteri ketika diformulasikan dengan yang tidak
diformulasikan, dan potensi antibakterinya dibandingkan dengan etanol 96%
sebagai kontrol pelarut.
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada 24 jam yang merupakan
fase bakteri berada pada log phase, dimana pada fase ini bakteri sedang aktif
membelah. Pengamatan pada 24 jam ini juga merupakan waktu yang paling
efektif dalam pengamatan daya hambat karena bakteri sudah optimal dalam
pembelahan.
Berikut merupakan hasil uji daya antibakteri sediaan topikal terhadap
Staphylococcus epidermidis (Lampiran 11):
Tabel XI. Hasil pengukuran diameter zona hambat (DZH) sediaan topikal terhadap Staphylococcus epidermidis
perlakuan 𝒙 ±𝑺𝑫
minyak 15% 28,83 mm ± 0,76
Gel clyndamicin 1,2 % 29,0 mm ± 0,87
krim antibau kaki 16,33 mm ± 0,29
gel antibau kaki 25,50 mm ± 0,87
Dari hasil pengukuran DZH terhadap Staphylococcus epidermidis
pengamatan 24 jam masing-masing tidak terdistribusi normal, yang ditunjukkan
dengan nilai p<0,05
Tabel XII. Hasil perhitungan statistik distribusi zona hambat antibakteri sediaan topikal antibau kaki minyak kulit kayu manis (24 jam)
Sediaan Shapiro – Wilk (p-value)
Krim antibau kaki 1,13.10-7
Gel antibau kaki 1,04.10-7
Gel clyndamicin 1,2 % 1,30.10-7
Keterangan: distribusi data normal (P>0,05); tidak normal (P<0,05)
Maka untuk menganalisis perbedaan zona hambat sediaan topikal antibau
kaki minyak kulit kayu manis, krim antibau kaki dengan gel antibau kaki
digunakan statistik non-parametrik, yaitu menggunakan uji Wilcoxon rank sum
test. Hasil yang diperoleh diketahui bahwa daya hambat sediaan topikal antibau
kaki minyak kulit kayu manis, krim dengan gel terdapat perbedaan yang
bermakna yang ditunjukkan dengan nilai p=0,04 (p<0,05) (Lampiran 12). Sediaan
gel antibau kaki maupun krim antibau kaki minyak kulit kayu manis kemudian
dibandingkan dengan sediaan yang sudah ada dipasaran yaitu gel Clyndamicyn
phosphate 1,2%. Hasil yang diperoleh dari perbandingan daya antibakteri gel
Clyndamicyn phosphate 1,2% dengan krim antibau kaki minyak kulit kayu manis
adalah adanya perbedaan dari gel Clyndamicyn dengan krim antibau kaki minyak
kulit kayu manis dilihat dari nilai p=0,04 (P<0,05) sedangkan tidak adanya
perbedaan dari gel Clyndamicyn dengan gel antibau kaki minyak kulit kayu manis
Efektivitas minyak kulit kayu manis dalam basis gel maupun krim secara
statistik berbeda p=0,04 (p<0,05). Hal ini ditunjukkan dengan besarnya rerata
diameter daya hambat gel antibau kaki minyak kulit kayu manis (25,50 mm ±
0,87) dibandingkan dengan krim antibau kaki minyak kulit kayu manis (16,33 mm
± 0,29).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelepasan bahan aktif yaitu
faktor fisika kimia sediaan dan faktor biologis dari bakteri. Faktor fisika kimia
meliputi lama difusi, viskositas dan kelarutan bahan aktif terhadap basis sediaan.
Dari hasil yang diperoleh lama difusi bahan aktif dikontrol melalui pengamatan
setelah 24 jam perlakuan. Faktor biologis dari bakteri meliputi aktivitas dan
pertumbuhan bakteri. Dalam penelitian juga telah mengontrol pertumbuhan
bakteri dengan adanya kontrol pertumbuhan bakteri dan pertumbuhan bakteri
dalam cawan petri merata.
Faktor yang diprediksi sebagai penyebab adanya perbedaan adalah
viskositas dan mengenai kelarutan bahan aktif terhadap basis sediaan topikal
antibau kaki. Viskositas gel antibau kaki berbeda dengan viskositaas krim M/A
dimana dari hasil didapatkan viskositas krim lebih besar dari viskositas gel.
Berdasarkan hukum fick yang menyatakan bahwa zat aktif diabsorbsi di
kulit secara difusi pasif. Kecepatan difusi berbanding terbalik dengan
viskositas (Aulton, 2003). Semakin besar viskositas maka kecepatan difusi
minyak kayu manis yang keluar dari basis akan berkurang.
Pada gel antibau kaki minyak kulit kayu manis memiliki hidrofilisitas
carbopol 3%b/v (gelling agent) yang bersifat hidrofil dibanding basis krim yang
menggunakan Emulsifying wax (terdiri dari Cetostearyl alcohol dan Sodium
Lauryl Sulfate) sebagai pembentuk sistem emulsi. Sifat dari basis gel yang
cenderung hidrofil menyebabkan lebih cepat berdifusi ke media Agar yang juga
bersifat hidrofilik. Pada krim tipe M/A emulsifying wax yang dipakai bersifat
hidrofilik dan hidrofobik, sehingga komponen minyak akan teremulsi dalam air.
Krim M/A akan berdifusi ke media Agar yang bersifat hidrofil. Sifat minyak
atsiri yang non polar dan air yang polar menyebabkan afinitas minyak dan air
kecil, sehingga partisi minyak kayu manis akan keluar dari basis. Semakin
cepat difusi bahan aktif maka semakin banyak jumlah agen antibakteri yang
49 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN