• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.4. Sikap

2.1.4.2. Fungsi Sikap

Kazt (1960) dalam buku Severin dan Tankard (2005:196) berpendapat bahwa pembentukan sikap dan perubahan sikap harus dipahami dalam istilah fungsi-fungsi sikap bagi kepribadian. Karena fungsi-fungsi ini berbeda, demikian pula kondisi dan teknik perubahan sikap. Katz mengidentifikasi empat fungsi utama sikap berikut ini yang dapat bermanfaat bagi kepribadian:

1. Fungsi Instrumental, penyelarasan atau kebermanfaatan

Sejumlah sikap dipegang kuat karena manusia berjuang keras untuk memaksimalkan penghargaan dalam lingkungan eksternal mereka dan meminimalkan sanksi. Misalnya, seorang pemegang hak pilih yang beranggapan bahwa pajak terlalu tinggi mungkin akan memilih seorang kandidat politik mereka karena kandidat itu berjanji untuk menurunkan pajak.

2. Fungsi pertahanan diri

Sejumlah sikap kuat dipegang karena manusia melindungi ego mereka dari hasrat mereka sendiri yang tidak dapat diterima atau dari pengetahuan tentang kekuatan-kekuatan yang mengancam dari luar. Perasaan rendah diri sering diproyeksikan pada anggota-anggota sebuah kelompok minoritas sebagai alat memperkuat ego. Ini merupakan sebuah contoh sikap berprasangka yang memiliki fungsi pertahanan diri.

3. Fungsi ekpresi nilai

Beberpa sikap dipegang kuat karena memungkinkan seseorang memberikan ekspresi positif pada nilai-nilai sentral dan pada jati diri. Misalnya, seorang remaja yang menyukai sebuah grup musik rock n roll mengekspresikan kepribadiannya melalui sikap ini.

4. Fungsi pengetahuan

Beberpa sikap dipegang kuat karena memuaskan kebutuhan akan pengetahuan atau memberikan struktur dan makna pada sesuatu yang jika tanpanya dunia akan kacau. Banyak keyakinan religius memiliki fungsi ini, juga sikap-sikap lain seperti norma-norma budaya yang berlaku.

2.1.4.3. Komponen Sikap

Sikap sering dianggap memiliki tiga komponen: komponen afektif, kognitif dan komponen perilaku atau konatif.

1. Komponen kognitif (cognitive)

Komponen kognitif berisi pengetahuan dan kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen kognitif merupakan keyakinan terhadap sebuah objek.

2. Komponen afektif (affective)

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

Komponen afektif juga merupakan kesukaan atau perasaan terhadap sebuah objek.

3. Komponen konatif (conative)

Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya (Severin dan Tankard, 2005:177).

Mar'at dalam Dayakisni (2003:96) menjelaskan bahwa pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interaksi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu:

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tertentu.

2. Komponen Afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau system nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

Yaitu struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.

Efek kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan. Efek afektif lebih tinggi kadarnya daripada efek kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, takut, cemas, gembira, marah, dan sebagainya. Yang paling tinggi kadarnya adalah efek behavioral, yaitu yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

Adapun pengaruh media massa tidak harus langsung terlihat, namun terpaan yang berulang-ulang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap dan tindakan masyarakat (Mulyana, 1999:143). Sedangkan tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang, dapat diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: (a) respon positif, jika seseorang menyatakan setuju, (b) respon negatif, jika seseorang menyatakan tidak setuju, (c) respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu obyeknya.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa adanya efek komunikasi tersebut, maka terjadi perubahan sikap komunikan setelah mereka diterpa pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga dasar landasan teori yang dipakai bukan pada adanya pengaruh (efek, dampak) komunikan, tetapi pada bentuk sikap komunikan terhadap pemberitaan salah satu media. Jika komunikasi yang

dilakukan antara komunikator dengan komunikan mempunyai efek, maka terjadi perubahan sikap komunikan, sebaliknya jika komunikasi yang dilakukan antara komunikator dan komunikan "gagal", maka tidak terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui melalui efek komunikasi.

2.1.5. Teori S-O-R

Teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini adalah teori S-O-R yaitu singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula bersal dari psikologi. Apabila kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yakni manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Menurut Stimulus response ini, efek yang ditimbulkan

adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan di saat menerima

pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima sebagai informasi,

dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan

komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan

memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c. Efek(response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu: sikap afektif,kognitif, dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendi, 2003:118)

Suatu stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep yang komplek, yang berbeda dari satu situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organisme yang menjadi perantara stimulus dan respon merupakan konsep kotak hitam yang hanya diamati dalam artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku eksternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal organisme tersebut. Sedangkan R merupakan response tertentu terhadap peristiwa/

stimulus. Menurut Stimulus–Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate dalam hal ini how

to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikasi.Dalam proses

perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. Mar'at dalam bukunya "Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan, bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. Perhatian

b. Pengertian

c. Penerimaan

Gambar 2.1. Stimulus Ornganisme Respon (S-O-R)

Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah

Stimulus Responen (Perubahan sikap) Organisme : Perhatian Pengertian Peneriaan

disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003:56).

Dokumen terkait