TINJAUAN UMUM TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN
C. Fungsi, Tugas, Dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang melaksanakan tugas pengawasan sektor jasa keuangan secara terintegrasi. Untuk beroperasi sebagai lembaga pengawas yang terintegrasi, Otoritas Jasa Keuangan perlu memastikan bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsinya dilakukan secara terpadu. Di Indonesia, tugas tersebut menjadi tanggung jawab Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan yang memastikan bahwa ketentuan tertentu perlu diharmonisasi dan ketentuan yang tetap dibiarkan berbeda untuk mengakomodir perbedaan karakteristik indutri keuangan. Terintegrasinya peraturan juga penting dalam kaitannya terpisahnya antara pengawasan microprudential dan pengawasan
macroprudential sebagaimana yang diatur Pasal 7 Undang-Undang Otoritas Jasa
Keuangan.
Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan tidak memberikan definisi tentang pengawasan microprudential ataupun definisi tentang pengawasan
macroprudential. Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan hanya menetapkan
bahwa pengawasan microprudential difokuskan pada kesehatan individu Bank dengan melakukan analisis kesehatan neraca Bank, khususnya terkait dengan kecukupan modal dalam menghadapi siklus usaha. Tujuan pengawasan
microprudential adalah melindungi nasabah dan menurunkan ancaman efek
menular kebangkrutan Bank terhadap perekonomian. Lingkup pengawasan
microprudential yang dialihkan ke Otoritas Jasa Keuangan mulai 1 januari 2014 adalah tugas pengaturan dan pengawasan Perbankan yang meliputi hal-hal berikut:
a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan Bank yang meliputi:
1. Perizinan untuk pendirian Bank, pembukaan kantor Bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan, dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi Bank, serta pencabutan izin usaha Bank.
2. Kegiatan usaha Bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa.
b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan Bank yang meliputi : 1. Likuiditas, Rentabilitas, Solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan Bank.
2. Laporan Bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja Bank. 3. Sistem informasi debitur.
4. Pengujian kredit (credit testing). 5. Standar Akuntansi Bank.
c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehatihatian Bank, meliputi:
1. Manajemen risiko. 2. Tata kelola Bank.
3. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang.
31
d. Pemeriksaan Bank
Pasal 7 Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan menyatakan bahwa selain lingkup pengawasan diatas, merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia yang disebut sebagai pengaturan dan pengawasan
macroprudential. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan
macroprudential tersebut peran Otoritas Jasa Keuangan adalah
membantu Bank Indonesia untuk melakukan himbauan moral kepada industri Perbankan. Konsepsi dan transformasi Otoritas Jasa Keuangan keterikatan antara kebijakan macroprudential dengan kebijakan microprudential yang mana terdapat pada Pasal 39 Undang- Undang Otoritas Jasa Keuangan yang menetapkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam membuat peraturan dan pengawasan di bidang Perbankan antara lain :
1. Kewajiban pemenuhan modal minimum Bank. 2. Sistem informasi Perbankan yang terpadu.
3. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing, dan pinjaman komersial luar negeri.
4. Produk Perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha Bank lainnya, antara lain kartu kredit, kartu debet, dan internet Banking.
5. Penentuan institusi Bank yang masuk kategori systemically important Bank.
6. Data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan informasi.20
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia beserta penjelasaanya dapat disimpulkan bahwa Otoritas Jasa Keuangan akan bertugas mengawasi Bank, lembaga-lembaga usaha perasuransian, lembaga – lembaga usaha Pasar Modal, Dana Pensiun, lembaga- lembaga usaha pembiayaan, Modal Ventura, dan lembaga-lembaga lain yang mengelola dana masyarakat. Dengan demikian, Otoritas Jasa Keuangan akan mengambil alih sebagian tugas dan wewenang Bank Indonesia, direktorat jenderal Lembaga Keuangan, badan pengawas pasar modal, dan institusi-institusi pemerintah lain yang selama ini mengawasi lembaga pengelola dana masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas dan wewenangnya berdasarkan :
1. Asas Kepastian Hukum
Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.
2. Asas Kepentingan Umum
Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif.
3. Asas Keterbukaan
Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan dengan tetap
20
33
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
4. Asas Profesionalitas
Adalah asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
5. Asas Akuntabilitas
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Otoritas Jasa Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Mengatur dan mengawasi pengelolaan dan kegiatan sektor jasa keuangan yang diselenggarakan Lembaga Jasa Keuangan .
Yang termasuk mengatur dan mengawasi pengelolaan dan kegiatan sektor jasa keuangan yang diselenggarakan Lembaga Jasa Keuangan adalah :
- Membuat peraturan di bidang jasa keuangan. - Melaksanakan uji kepatutan dan kelayakan.
- Mewajibkan penyampaian informasi, dokumen, dan laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
- Mengeluarkan perintah tetulis. - Melakukan pemeriksaan berkala.
- Menunjuk pengelola statuter dan melakukan tindakan dalam rangka pemberesan.
- Mengalihkan sebagian atau seluruh porto folio usaha. - Melakukan penyidikan.
2. Menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif sehingga peraturan tersebut berdaya guna dan berhasil guna.
3. Melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan pemahaman dan memelihara kepercayaan publik terhadap sektor jasa keuangan. Pemahaman publik yang baik terhadap sektor jasa keuangan akan membuat masyarakat dapat lebih mampu mengendalikan dan melindungi diri sendiri dalam bertransaksi di bidang jasa keuangan. Kepercayaan publik terhadap sektor jasa keuangan akan tumbuh dan terpelihara apabila sektor jasa keuangan tersebut menjadi sehat, kompetitif, stabil, dan aman.
4. Melakukan langkah-langkah untuk memberikan perlindungan yang wajar terhadap konsumen dari sektor jasa keuangan. Pemberian perlindungan kepada konsumen sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Otoritas Jasa Keuangan.
35
Dalam melaksanakan tugasnya , Otoritas Jasa Keuangan berwenang untuk:
1. Membuat dan menetapkan peraturan sebagai pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan.
Dalam rangka melaksanakan tugasnya Otoritas Jasa Keuangan dapat membuat peraturan pelaksanaan yang mencakup secara luas mengenai sektor jasa keuangan dan kegiatannya. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dirancang untuk memenuhi tujuan sebagaimana dimaksud peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan, termasuk juga peraturan untuk mengurangi kejahatan keuangan.
2. Memberi dan mencabut izin untuk melakukan kegiatan di bidang jasa keuangan.
Yang dimaksud dengan izin meliputi persetujuan, pengesahan, pendaftaran dan pernyataan pendaftaran kegiatan di bidang jasa keuangan yang dikeluarkan berdasarkan peraturan perundang- undangan di bidang jasa keuangan.
3. Melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan kegiatan sektor jasa keuangan.
4. Melakukan tindakan tertentu untuk mengurangi pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan dan tingkat kejahatan keuangan.
Yang dimaksud dengan “melakukan tindakan tertentu untuk mengurangi kejahatan keuangan”, antara lain :
- Pemberian perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan untuk membuat dan menerapkan sistem pengendalian internal yang mampu mendeteksi, mencegah atau mengurangi kejahatan keuangan, misalnya memonitor nasabah dengan prinsip “know your customers”.
- Menunjuk dan menetapkan pengelola statuter untuk mengambil alih pengendalian dan pengelolaan Lembaga Jasa Keuangan yang terindikasi terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam kejahatan keuangan.
5. Melakukan wewenang lain yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan.
6. Mengenakan sanksi atas pelanggaran terhadap peraturan perundang– undangan di bidang jasa keuangan.
Sementara itu, wewenang Otoritas Jasa Keuangan di bidang Perbankan adalah wewenang pembuatan dan penetapan ketentuan yang bersifat microprudential, antara lain :
1. Untuk bidang kelembagaan Bank, antara lain mengenai perizinan untuk pendirian, pembukaan kantor, kepemilikan, kepengurusan, merger, konsolidasi dan akuisisi Bank, pencabutan izin usaha, pembubaran, likuidasi Bank, termasuk pengaturan kelembagaan terhadap money changer.
37
2. Untuk bidang kegiatan usaha Bank, antara lain mengenai sumber dana, penyediaan dana, dan aktivitas bidang jasa.
3. Untuk pengelolaan Bank, antara lain mengenai Likuiditas, Rentabilitas, Solvabilitas, laporan-laporan, permodalan Bank dan kecukupan modal (capital adequacy ratio), dan penunjukan Bank untuk melakukan kegiatan tertentu.
4. Untuk pembinaan dan pengawasan Bank, antara lain mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank dan tindak lanjut pembinaan dan pengawasan Bank.
5. Ketentuan microprudential lainnya, seperti pemeringkatan Bank umum, pengaturan kualitas aset, cadangan piutang, penetapan batas maksimum pemberian kredit, sistem informasi debitur, restrukturisasi utang, kerahasiaan Bank, penetapan pemenuhan persyaratan kelayakan dan kepatutan.21
Dalam hal fungsi pengawasan sektor keuangan secara umum dapat dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
1. Macroprudential supervision, bertujuan membatasi krisis keuangan
yang dapat menghancurkan ekonomi secara riil, berfokus pada konsekuensi atas tindakan institusi sistematis terhadap pasar keuangan antara lain dengan cara menginformasikan kepada otoritas publik dan industri keuangan serta melakukan penilaian mengenai potensi
21
dampak kegagalan institusi keuangan terhadap stabilitas sistem keuangan suatu negara.
2. Microprudential supervision, bertujuan untuk menjaga tingkat
kesehatan Lembaga Keuangan secara individu. Regulator menetapkan peraturan yang berlandaskan pada prinsip kehati-hatian dan melakukan pengawasan melalui dua pendekatan, yaitu analisis laporan Bank (off-site analysis) dan pemeriksaan setempat (on-site visit) untuk menilai kinerja dan profil risiko serta kepatuhan Lembaga Keuangan terhadap peraturan yang berlaku.
3. Conduct of business supervision, menekankan pada keselamatan
konsumen sebagai klien atas kecurangan dan ketidakadilan yang mungkin terjadi.
Sementara itu, fungsi dasar-dasar yang dimiliki lembaga pengatur dan pengawas meliputi :
a. Prudential regulation bagi keamanan dan kesehatan Lembaga
Keuangan.
b. Stabilitas dan integritas sistem pembayaran.
c. Prudential supervision Lembaga Keuangan.
d. Pengelolaan regulasi bisnis, seperti peraturan mengenai bagaimana perusahaan mengelola bisnis dengan pelanggannya.
e. Pengelolaan pengawasan bisnis.
f.Penetapan jaring pengaman, seperti lembaga penjamin simpanan dan peran lender of last resort yang dimiliki oleh Bank Sentral.
39
g. Bantuan Likuiditas bagi stabilitas sistemik, seperti bantuan Likuiditas bagi lembaga tidak solven.
h. Penanganan lembaga yang tidak solven. i.Resolusi krisis.
j.Isu-isu terkait dengan integritas pasar.22