• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gagal Hati Fulminan

Dalam dokumen ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PADA GANGGUAN HATI (Halaman 127-136)

Penyakit hati adalah suatu istilah untuk

sekumpulan kondisi-kondisi, penyakit-penyakit dan infeksi-infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan fungsi dari hati. Efek-efek jangka panjang tergantung dari kehadiran tipe penyakit hatinya. Contohnya, hepatitis kronis dapat menjurus ke: Gagal hati, Penyakit-penyakit pada bagian lain tubuh, seperti kerusakan ginjal atau jumlah darah yang rendah, Sirosis hati. Efek-efek jangka panjang lainnya dapat termasuk: Encephalopathy adalah memburuknya fungsi otak yang dapat berlanjut ke koma, Gastrointestinal bleeding (perdarahan gastrointestinal). Ini termasuk perdarahan esophageal varices, yang merupakan pembesaran vena yang abnormal di esophagus dan/atau didalam perut, Kanker hati, Peptic ulcers, yang mengikis lapisan perut/lambung.

Gagal hati fulminan ditandai oleh ensefalopati hepatik yang terjadi dalam waktu beberapa minggu sesudah dimulainya paenyakit pada pasien yang tidak terbukti menunjukan riwayat disfungsi hati. Klasifikasi yang baru untuk gagal hati akut pernah diusulkan

berdasarkan kecepatan timbulnya enselopati sehubungan dengan manifestasi ikterus yang perrama. Dalam istem klasifikasi ini terdapat 3 kategori :

a. Gagal hati hiper akut

Lama gejala ikterus sebalum timbuknya enselopati adalah 0 hingga 7 hari

b. Akut

Lama gejalanya pada gagal hati akut adalah berdurasinberkisar dari 8 hingga 28 hari

c. Sub akut.

Lama gejala pada gagal hati sub akut adalah berdurasi 28 hingga 72 hari.

Penyebab (virus vs nonvirus) dan prognonis ketiga kategori gagal hati akut tampak bervariasi (Tibbs & Williams, 1995). Ketiga tipe gagal hati fulminana tersebut di tandai dengan kemunduran kondidi klinik yang cepat serta daramatis akibat cedera dan nekrosis hepatoseluler yang masif. Mortalitas pada keadan ini sangat tinggi (60% hingga 85%) meskipun telah dilakukan terapi yang intensif.

a. Penyebab

Hepatitis virus merupakan penyebab gagal hati fulminan yang paling sering ditemui, penyebab lain mencakup obat-obat yang toksik (misalnya,

asetaminofen [Tylenol]) dan zat-zat kimia

(misalnya, karbon tetraklorida), gangguan

metabolik (penyakit Wilson) dan perubahan seteruktur hati (sindrom Budd-Chiari).

Gagal hepar dapat disebab oleh kerusakan-kerusakan bawaan sejak lahir atau kelainan hati yang hadir pada kelahiran, kelainan-kelainan metabolisme atau kerusakan dalam proses dasar tubuh, suatu kondisi yang bervariasi termasuk infeksi virus, serangan bakteri, dan perubahan kimia atau fisik didalam tubuh. Penyebab yang paling umum dari kerusakan hati adalah kurang gizi (malnutrition), terutama yang terjadi dengan kecanduan alcohol atau keracunan oleh racun, Obat-obat terentu yang merupakan racun bagi hati, Trauma atau luka. Jika hati menjadi radang atau

terinfeksi, maka kemampuannya untuk

melaksanakan fungsi-fungsi ini jadi melemah. Pemicu terjadinya gagal hati ini bisa jadi

diakibatkan oleh virus hepatitis, sirosis, atau akibat konsumsi alkohol yang berlebihan. Sebagian besar hati harus terlebih dahulu mengalami kerusakan sebelum terjadinya akegagalan hati.

b. Patofisiologi

Pada keadaan normal hati berfungsi menyaring semua sari makanan dan membuang racun yang terkandungnya dan kemudian dibuang ke saluran pembuangan dalam tubuh. Hati juga berfungsi mengubah zat gizi untuk dijadikan energi, hormon, dan pembekuan darah serta kekebalan tubuh. Fungsi lain dari hati yakni menyimpan vitamin, mineral, dan zat gula, mengatur lemak dalam tubuh. Jika hati tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya, itulah yang disebut sebagai gagal hati.

c. Manifestasi klinis

Adanya gejala ikterus dan anoreksia yang berat mungkin alasan pertama bagi pasien untuk mendapatkan pertolonga medis. Gagal hati fulminan sering disertai dengan kelainan pembekuan darah,

gagal ginjal serta gangguan elektrolit, infeksi hipoglikemia, ensefalopati dan edema serebri.

d. Pemeriksaan Diagnostik

1) Serologi virus

2) Skrining toksikologi (kadar asetaminofen tiap

1-2 jam hingga puncaknya di tentukan)

3) Pemeriksaan pencitraan(usg pada abdomen

kuadran kanan atas atau CT abdomen, pemeriksaan Doppler terhadap vena porta dan hepatica)

4) Uji lainnya: serologi autoimun,seruloplasmain

dan tembaga dalam urin)

5) Biopsi hepar (kecuali ada koagulopati)

6) Perhitungan darah lengkap, yang melihat pada

tipe dan jumlah dari sel-sel darah didalam tubuh.

7) Scan hati dengan radiotagged substances untuk

menunjukan perubahan-perubahan struktur hati

e. Penatalaksanaan

Bentuk-bentuk terapi gagal hati fulminan

hemoperfusi dengan karbon (charoal) dan kortikosteroid. Meskipun bentuk-bentuk terapi diatas sudah dilakukan, tetapi angka mortalitasnya tetap tinggi. Sebagai konsekuensinya, transplantasi hati merupakan terapi pilihan bagi penderita gagal hati fulminan.

1) Perawatan setingkat ICU yang potensial

meliputi pengawasan dan perawatan ICP, hemodinamik, dan alat bantu ventilator, anti-koagulopati, pengawasan dan penanganan secara agresif terhadap infeksi, tetesan D10 untuk hipoglikemia dll

2) Penatalaksanaan penyebab spesifik

(N-asetilsistein untuk asetaminofen, kortikosteroid terhadap hepatitis aotoimun, terapi khelasi terhadap penyakit Wilson dll)

3) Pengobatan bergantung pada penyebab dan

gambaran klinis tertentu

4) Makanan di awasi dengan ketat

5) Intake protein di pantau dengan seksama karena

terlalu banyak protein akan menyebabkan kelainan fungsi otak dan terlalu sedikit bisa menyebabkan penurunan berat badan.

6) Intake garam dibatasi untuk mengatasi pengumpulan cairan di perut

7) Alkohol harus di hindari dapat memperburuk

kerusakan hati.

8) Transplantasi hepar jika prognosisnya buruk

f. Data Subjektif

Keluhan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, kulit, selaput lendir, sclera : kekuning-kuningan, gatal, urine berwarna kuning tua dan berbuih. Kebiasaan : merokok, minum alcohol, obat-obatan terlarang,

Data subjektif

1) Tanda vital : tekanan darah menunjukkan

tekanan darah ortostatik

2) Status cairan dan elektrolit : deficit volume,

munyah, pendarahan, dehidrasi akibat asites dan edema dan kelebihan volume akibat retensi natrium dan air.

3) Abdomen : gerakan peristalsis (auskultasi),

distensi abdomen, nyeri tekan, pembesaran hepar dan limpa, asites, dilatasi vena pada abdomen (kaput medusa).

g. Diagnosa dan intervensi keperawatan. Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia, mual, gangguan absorbsi 1. Pantau masukan

makanan setiap hari

Diet sesuai dapat

membentuk regenerasi sel-sel hepar

2. Dorong pasien untuk

makan diet tinggi kalori, vitamin, mineral (rendah protein dan garam sesuai keadaan pasien)

3. Makanan rendah serat ,

tanpa bumbu, tidak

pedas

rendah serat untuk

mencegah iritasi pada varises 2. Nyeri b.d tegangnya dinding perut (asites) 1. Kaji tingkat nyeri/kontrol nilai Kontrol nyeri

2. Anjurkan pasien untuk

melakukan menejemen nyeri

Manpu melakukan

menejemen nyeri secara mandiri ketika nyeri terasa

3. Berikan tindakan

kenyamanan dasar

misalnya reposisi, gosok punggung. Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian 3. Intoleransi aktivitas b.d ketidak

1. Dorong pasien untuk

melakukan apa saja bila

mungkin, tingkatkan

Meningkatkan

kekakuan/stamina dan

seimbangan antara suplai O2

aktivitas sesuai sesuai kemampuan.

menjadi lebih aktif

tanpa kelelahan yang berarti.

2. Pantau respon fisiologi

terhadap aktivitas

misalnya perubahan

pada TD/frekuensi

jantung/pernapasan.

Toleransi sangat

bergantung pada tahap proses penyakit, status

nutrisi, keseimbangan

cairan dan reaksi

terhadap aturan

terapeutik

3. Beri oksigen sesuai

indikasi Adanya hipoksia menurunkan keseediaan O2 untuk ambilan seluler dan memperberat keletihan 4. Potensial trauma perdarahan b.d gangguan fungsi metabolism hepar

Pantau kulit, selaput, urine, dan feses

Pasien cenderung

perdarahan

pantau TTV tiap 4 jam, masa protrombin dan trombosit tiap hari

bantu pasien turun dari

tempat tidur

Tabel. 5. Diagnosa keperawatan Gagal hati fulminant (dari Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2012).

Evaluasi

a) BB ideal, pertambahan berat badan kearah

yang ideal.

b) Pasien melaporkan nyeri berkurang

c) Dapat melakukan aktivitas secara optimal

d) Perdarahan dapat teratasi.

Dalam dokumen ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PADA GANGGUAN HATI (Halaman 127-136)

Dokumen terkait