• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Keterampilan berpikir kritis a.Pengertian Keterampilan a.Pengertian Keterampilan

DESKRIPSI TEORITIK

A. Deskripsi Teoritik

2. Hakikat Keterampilan berpikir kritis a.Pengertian Keterampilan a.Pengertian Keterampilan

Keterampilan adalah sebuah kemampuan untuk memfungsikan akal, pikiran, dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia keterampilan diartikan sebagai kecakapan dalam meyelesaikan tugas.

Menurut Muhibbin, keterampilan itu suatu aktifitas yang berkaitan dengan kegiatan jasmaniah seperti menulis, mencuci, mengetik, dan lain-lain, artinya keterampilan itu bersifat motorik yang membutuhkan koordinasi gerak dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat kurang atau tidak terampil.25

Menurut Rebber dalam muhibbin, keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya pada aspek gerak motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi yang bersifat kognitif.26

Berdasarkan beberapa pengertian keterampilan yang telah dikemukakan diatas maka keterampilan dapat disimpulkan bahwa suatu kecakapan atau keahlian dalam mengerjakan sesuatu kegiatan yang memerlukan koordinasi gerakan-gerakan otot.

b. Pengertian Berpikir Kritis

Pendidikan diharapkan memberikan pengetahuan yang memungkinkan orang dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan dalam tugas-tugas professional dan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

25

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.15 h. 117.

26

cepat seperti sekarang ini, sering kali pengetahuan yang kita peroleh tidak mampu kita implementasikan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul. Oleh karena itu diperlukan keterampilan berpikir kritis dan kreatif, keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Memecahkan masalah memerlukan penggunaan keterampilan berpikir secara terpadu dan dasar pengetahuan yang relevan.27

Menurut para ahli psikologi asosiasi, berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan di mana subjek yang berpikir pasif. Plato beranggapan bahwa berpikir itu berbicara dalam hati. Berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya.28 Proses atau jalannya berpikir itu pada dasarnya ada tiga langkah,yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan.29 Menurut Peter Reason dalam Wina mendefinisikan berpikir sebagai proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat(remembering) dan memahami(comprehending).30

Menurut Donald, berpikir adalah tindakan yang kompleks yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memungkinkan individu untuk membentuk lingkungannya lebih efektif daripada intuisi saja. Mengajar siswa bagaimana berpikir adalah sebuah perjalanan, bukan suatu peristiwa.31Menurut Edward de Bono, berpikir sebagai keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dengan pengalaman.32

27

Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan Menemukan Kembali Pendidikan yang

Manusiawi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.2 h. 124.

28

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), cet.1 h. 54-55

29

Ibid, h. 55.

30

Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2011), cet.8 h. 230.

31

Donald C. Orlich, Teaching Strategies A Guide to Effective Instruction, (USA: Wadsworth Cengage Learning, 2010), h. 286.

32

Edward de Bono, Revolusi Berpikir Edward De Bono:Belajar Berpikir Canggih dan

Menurut Departemen Pendidikan Nasional mengatakan bahwa berpikir adalah kegiatan akal untuk mengolah pengetahuan yang kita terima melalui panca indra, dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Istilah berpikir dipergunakan untuk menunjukan suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah.33

Menurut Jenicek dalam Laurent berpikir kritis tidaklah identik dengan kemampuan memecahkan masalah, meskipun kemampuan menyelesaikan masalah adalah bagian dari kemampuan berpikir kritis.34 Dalam perspektif deskriptif, berpikir kritis merupakan analisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah, dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan.35

Berpikir didalam batin akan mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan sesuatu, menunjukan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari bagaimana berbagai hal berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi, membahasakan suatu realita. Dengan demikian, berpikir tidak sama dengan melamun, mengkhayal, merasakan pekerjaan pancaindra seperti: mendengar, melihat. Setiap orang yang sudah melakukan kegiatan berpikir, belum tentu dapat dikatakan telah berpikir dengan kritis atau dengan tepat, sebab untuk berpikir dengan kritis orang dituntut untuk mengikuti hukum-hukum pemikiran.

Selama beberapa dekade, para ahli mempunyai definisi beragam tentang istilah critical thinking. Norris dalam depdiknas

33

Anonim. Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking, (Departemen

Pendidikan Nasional, 2009), h. 9.

34

Joyce M Laurens, "integrasi riset dan desain:sebuah pendekatan dalam pembelajaran di studio perancangan. prosedding seminar nasional" jurnal Seminar nasional Pendidikan Arsitektur profesional Denpasar, 9-10 februari 2008. h. 35

http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/99-035/3.5-Joyce%20M.Laurens.pdf diunduh pada 09 januari 2014 14.43 WIB

35

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

berpendapat bahwa critical thinking adalah kemampuan membuat keputusan secara rasional terhadap apa yang harus dipercayai tidak boleh dipercayai.36

Menurut Jhon Dewey yang disebut juga sebagai bapak tradisi berpikir kritis modern mendefinisikan berpikir kritis sebagai pertimbangan yang aktif, terus menerus dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dengan menyertakan alasan-alasan yang mendukung dan kesimpulan-kesimpulan yang rasional.37 Menurut Alec Fisher, berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.38

Robert Duron menyatakan critical thinking sebagai kemampuan untuk membuat analisis dan melakukan evaluasi terhadap data atau informasi. Menurut Ennis, berpikir kritis adalah cara berpikir yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.39

Wanda menyatakan bahwa berpikir kritis itu lebih dari argumentasi, suatu disiplin ilmu yang luas daripada logika. Yang termasuk berpikir kritis adalah keterampilan observasi, deskripsi, kesimpulan, analisis bahasa, dan menilai dengan kerangka acuan.40

Liliasari mengutip Facione menyatakan bahwa inti berpikir kritis adalah deskripsi yang rinci dari sejumlah karakteristik yang berhubungan, meliputi analisis, inferensi, eksplanasi, evaluasi,

36

Anonim, Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking, ( Departemen

Pendidikan Nasional, 2009), h. 9.

37

Kasdin Sihotang, dkk., Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis, (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 2012), Cet.1

38

Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, (Jakarta: PT.Gelora Aksara Pratama, 2008), h. 10.

39

Ibid., h. 4

40

Wanda Teays, Second thought:critical thinking for a diverse society, (New York: Mc

pengaturan diri, dan interpretasi.41 Berdasarkan hal ini berpikir kritis telah menjadi salah satu kompetensi dari tujuan pendidikan. Selama menempuh pendidikan, berpikir kritis dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan mengevaluasi secara kritis argument pada buku teks, jurnal, teman diskusi, termasuk argumentasi guru dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, berpikir kritis dalam pendidikan merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yag diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan.42

Menurut Halpern, pembelajaran berpikir kritis memerlukan latihan;siswa dapat diberikan banyak dilema, argument logis dan tidak logis, iklan ang sah dan menyesatkan, dan seterusnya. Pengajaran pemikiran kritis yang efektif bergantung pada penentuan suasana ruang kelas yang mendorong penerimaan terhadap sudut pandang yang berlainan dan diskusi bebas. Kemampuan berpikir kritis paling baik dipelajari pada topik-topik yang sudah tidak asing lagi bagi siswa.43

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah Kemampuan membuat keputusan secara rasional, kemampuan membuat analisis, kemampauan membuat interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.

41

Liliasari, "Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia menuju Profesionalisme

guru".

http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/194909271978032-LILIASARI/BERPIKIR_KRITIS_Dlm_Pembel_09.pdf diunduh 09 januari 2014 17.04 WIB

42

Anonim, Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking, (Departemen

Pendidikan Nasional, 2009), h. 14.

43

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik Edisi Kedelapan Jilid 2, Terj. Marianto Samosir, (Jakarta: PT.Indeks, 2009), h. 40.

c. Prinsip Berpikir Kritis

Prinsip kecakapan berpikir kritis bersumber kepada enam keahlian (BIG6) dan Empowering-8.44

Tabel 2.3 Prinsip Kecakapan Berpikir Kritis

6 Keahlian 12 Keterampilan atau

Langkah