BAB II KAJIAN PUSTAKA
E. Hakikat Remaja Sebagai Peserta Didik SMP
Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu
komponen manusiawi yang menempati posisi sentral. Sedangkan dalam
perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis
menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh
dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan serta pengarahan
Dalam perspektif Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu”. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, peserta didik dalam dunia pendidikan
menjadi pokok persoalan dan fokus perhatian dalam semua proses
pembelajaran di sekolah, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan agar
peserta didik dapat menjadi manusia yang cakap dan terampil.
2. Karakteristik Peserta Didik SMP
Menurut Desmita (2009) dilihat dari tahapan perkembangannya
peserta didik usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap
perkembangan pubertas (10-14 tahun). Beberapa karakteristik yang
menonjol pada peserta didik SMP adalah sebagai berikut :
a. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
c. Senang membandingkan nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan
yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
d. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
e. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri
sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja Sebagai Peserta Didik
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk
mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun
tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1996) adalah :
a. Mampu menerima keadaan fisiknya.
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
d. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri.
e. Mencapai kemandirian emosional.
f. Mencapai kemandirian ekonomi.
g. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
h. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua.
i. Mampu menerima peran sosialnya dalam lingkungan masyarakat.
j. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa.
k. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
l. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
Tugas perkembangan remaja dapat menjadi dasar pembentukan
karakter penerimaan diri dan sosial. Karakter penerimaan diri dan sosial
pada remaja dapat digambarkan melalui kemampuan menerima keadaan
fisik serta menerima kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya,
mengembangkan kemampuan dalam menerima peran sosialnya dalam
lingkungan masyarakat, serta memahami dan menginternalisasikan nilai-
nilai orang dewasa dan orang tua.
4. Karakteristik Remaja Suku Dayak
Remaja di Suku Dayak memiliki perbedaan wawasan dengan remaja-
remaja pada umumnya. Remaja Suku Dayak memiliki ketergantungan
kepada alam sekitar. Ketergantungan pada alam tentu sudah menjadi
tradisi turun temurun pada Suku Dayak. Kecintaan masyarakat Dayak
Salako (suku asli setempat) pada alam menjadikan mereka yakin bahwa
alam yang pernah dijaga oleh leluhur mereka, sudah sepatutnya diteruskan
oleh mereka. Artinya, mereka ikut menjaga alam. Salah satu bentuk
konkret kuatnya hubungan masyarakat dayak dengan alam adalah selalu
terjaganya rantai makanan di daerah mereka (Lazar, 2016).
Remaja Dayak Salako di Nyarumkop, Kal-Bar dikenal sebagai remaja
yang taat pada nilai-nilai budaya yang diyakini oleh leluhur mereka.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, nilai-nilai tersebut mulai
pudar dan para orang tua berusaha keras untuk memberikan pemahaman
serta mengingatkan anak mereka untuk kembali memelihara dan mentaati
karakter penerimaan diri dan sosial, yakni: hidup berdampingan dengan
masyarakat dari budaya lain, berelasi positif antara satu dengan yang lain,
gotong royong, saling menghargai, saling memberi perhatian, saling
membantu, dan saling percaya. Beberapa nilai tersebutlah yang sampai
saat ini masih sering disampaikan oleh Pemuka Adat Dayak Salako yang
selalu berharap remaja saat ini tetap memegang teguh tradisi Dayak agar
tidak punah dan terus ada hingga ke generasi-generasi berikutnya (Budi,
1998).
Di kehidupan ini kita mengenal perubahan penduduk. Perubahan
penduduk juga merupakan faktor penyebab timbulnya perubahan sosial
dan budaya. Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai aspek yang
sama yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-
cara baru atau suatu perbaikan dalam masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya. Masyarakat yang keadaannya stabil, mungkin akan mampu
menolak perubahan, tetapi masyarakat yang jumlah penduduknya
meningkat cepat, akan dengan cepat terimbas perubahan walaupun secara
cepat atau lambat.
Dampak terbesar dari perubahan sosial dan budaya yang membutuhkan
perhatian dan penanganan serius, adalah pada aspek psiko-sosial remaja.
Hal ini dikarenakan remaja adalah generasi penerus yang beranjak dewasa
dan akan memperkenalkan nilai-nilai budaya asli hingga ke anak cucu
mereka nantinya. Meskipun demikian, pada kenyataannya remaja-remaja
zaman yang sangat modern seperti saat ini. Di lapangan, peneliti melihat
bahwa beberapa nilai sudah tidak mereka pentingkan lagi, seperti menjaga
relasi baik hanya dengan teman yang menguntungkan, menerima bantuan
dari teman tetapi jarang memberi bantuan, dan mengikuti acara adat hanya
karena ingin senang-senang. Hal ini membuktikan bahwa karakter
penerimaan diri dan sosial remaja Suku Dayak saat ini kurang baik dan
karakter tersebut harus ditanamkan kembali dan dapat dimulai dari dunia
sekolah.