• Tidak ada hasil yang ditemukan

Harkristuti Harkrisnowo

Dalam dokumen Jurnal Hukum Pidana dan Kriminologi (Halaman 41-46)

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Ketua Dewan Penasehat Masyarakat Hukum Pidana dan Kriminologi Indonesia (MAHUPIKI) 2018-2023

harkristuti@ui.ac.id

1. Pendahuluan

Data terakhir dari World Health Organization melaporkan bahwa virus corona 19 saat ini telah menyerang 216 negara dan wilayah, menginfeksi 11.101.292 orang dan menyebabkan 526.558 kematian yang terkonfirmasi, walau ditemukan 6.217.034

INFO ARTIKEL ABSTRAK Kata Kunci: Kejahatan;Pandemi; Hukum Pidana. Cara pengutipan: Harkristuti Harkrisnowo. Angka Kejahatan dan Reaksi Sistem Peradilan Pidana di Masa Pandemi Covid-19. JURNAL HUKUM PIDANA & KRIMINOLOGI, Vol 01 No 01 Edisi Oktober 2020 (hlm. 34-58) Riwayat Artikel: Dikirim: 25 Juli 2020 Direview: 09 Agustus 2020 Direvisi: 16 Agustus 2020 Diterima: 30 September 2020

Masa pandemi yang datang tiba-tiba telah menyebabkan disrupsi luar biasa pada kehidupan manusia di seluruh dunia. Tulisan ini mencoba membahas dampaknya pada kejahatan yang terjadi, baik dari angka maupun sebarannya. Dengan menggunakan data dari media dan laporan lembaga resmi, akan didiskusikan dampak pandemi pada jenis, frekuensi, durasi dan sebaran kejahatan. Analisis terhadap data kejahatan menunjukkan bahwa tidak dapat ditentukan adanya trend yang pasti tentang ada tidaknya terjadi kenaikan atau penurunan angka kejahatan secara konstan. Sejumlah variabel yang diduga memiliki korelasi dengan angka kejahatan adalah karakteristik wilayah, demografi, serta ketegasan dan konsistensi dalam pelaksanaan kebijakan. Kondisi luar biasa ini dihadapi oleh sistem peradilan pidana yang juga tidak mungkin menjalankan fungsinya dengan business as usual. Terobosan-terobosan yang diambil oleh lembaga penanggung jawab sistem peradilan pidana untuk menghadapi permasalahan ini juga akan dibahas.

Copyright © 2020 JURNAL HUKUM PIDANA & KRIMINOLOGI. All rights reserved.

pasien covid-19 yang sembuh.1 Angka di minggu terakhir ini sangat memprihatinkan karena setiap hari dilaporkan lebih dari 160 ribu kasus baru orang yang terinfeksi. Memang jika secara kuantitatif dibandingkan dengan populasi dunia yang jumlahnya sekitar 7,8 miliar, korban yang jatuh nampaknya kecil. Namun tentunya tidak sesederhana ini menyimpulkannya apabila kita mencermati kasusnya dari tiap negara, dari tiap kota. Kematian pasien yang terinfeksi covid-19 ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat, sejak awal Maret sampai dengan Juni atau hanya dalam waktu 4 bulan. Menurut National Institute of Allergy and Infectious Disease, rata-rata angka kematian yang disebabkan oleh virus flu per tahun adalah 0,1 persen; sedangkan Covid-19 10 kali lebih mematikan daripada virus flu.2

Di masa modern dengan kecanggihan alat-alat dan layanan kesehatan yang sudah berkembang luar biasa, situasi semacam ini tentunya sangat mencengangkan, dan sangat mengerikan. Dunia tiba-tiba seakan berhenti berputar. Manusia terkesima melihat korban covid berjatuhan dan kematian menyebar tanpa memandang kasta, usia dan warna. Amerika Serikat sebagai (salah satu) negara adi daya di dunia mengalami angka kematian tertinggi di seluruh dunia yaitu 131.823 dengan 2.865.014 orang terinfeksi.3 Di Indonesia sendiri sampai dengan tanggal 3 Juli 2020 terdapat 3.036 orang meninggal karena Covid-19 dan 60.695 orang yang terinfeksi.4 Rumah Sakit mengalami overcrowding. Jumlah orang miskin diperkirakan melonjak menjadi 37,9 juta orang atau 14,35 %.5 Perekonomian anjlog. Pertumbuhan ekonomi mandeg. Transportasi menurun pesat.

Sebagai bagian dari komunitas bangsa-bangsa, Indonesia tidak terlepas dari pandemi dan dampaknya. Dari sekitar 273 juta rakyat Indonesia, 36.277 orang yang terinfeksi Covid-19 dilaporkan, dengan tambahan per hari sejumlah 857 pasien, 2.134 pasien yang meninggal setelah dinyatakan positif mengidap Covid-19 ini.6

Berdasarkan kedaruratan kondisi ini dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Peraturan Kementerian Kesehatan No. 9 Tahun 2020. Reaksi publik terhadap peraturan ini cukup beragam, demikian pula kepatuhan mereka terhadap ketentuan PSBB, yang menimbulkan polemik yang tidak ada habisnya di media. Hal yang memprihatinkan adalah bahwa keseriusan Covid-19 ini ini bukan hanya dianggap enteng oleh sebagian masyarakat yang meragukannya, akan tetapi juga sejumlah pejabat pemerintah baik di pusat maupun daerah, yang tentu saja mendatangkan kritik dari publik.

2. Pembahasan

2.1. Selintas Covid-19 dan Kejahatan secara Global

1https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019. Diakses 3 Juli 2020.

2 Claire Gillespie (26 Maret 2020) https://www.health.com/condition/cold-flu-sinus/how-many-people-die-of-the-flu-every-year. Diakses 3 Juli 2020.

3http://worldometers.info/coronavirus/ Diakses 3 Juli 2020.

4http://covid19.kemkes.go.id/. Diakses tanggal 3 Juli 2020.

5 https://money.kompas.com/read/2020/05/05/125329026/akibat-corona-jumlah-penduduk-miskin-ri-bisa-capai-379-juta-orang?page=all com. Diunduh tanggal 5 Juli 2020.

6 https://amp.kompas.com/nasional/read/2020/06/14/15563851/update-14-juni-bertambah-857-kasus-covid-19-di-indonesia-jadi-38277. Diakses 15 Juni 2020.

Melihat data ringkas di atas, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pandemi covid-19 telah mengakibatkan dampak yang tak pernah sebelumnya terbayangkan pada dunia ini secara keseluruhan, tanpa kecuali. Tidak terlepas dari dampak pandemi ini adalah angka kejahatan (crime rate)dan juga peta sebarannya (crime distribution rate) di berbagai belahan dunia, baik kejahatan jalanan (street or predatory crimes),maupun kejahatan kerah putih (white collar crime), kejahatan individu maupun kejahatan yang terorganisasi (organized crimes), baik kejahatan terhadap tubuh dan nyawa (crimes against persons) maupun kejahatan terhadap harta benda (property crimes). Salah satu variable kunci yang disepakati sebagai variabel yang sangat menentukan dalam angka dan sebaran kejahatan di masa pandemi ini adalah kebijakan pemerintah tentang social distancing, lockdown, work from home, yang di negara kita dimodifikasi menjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pada intinya, kebijakan pemerintah ini meminta semua penduduk agar mengambil jarak dari orang lain untuk mencegah terjadinya penularan virus Covid-19. Tentu saja kebijakan yang ditransformasikan dalam perintah semacam ini di tiap negara berbeda, ada yang dibarengi dengan sanksi hukum yang ketat, dan ada pula yang sekedar diberi sanksi sosial.

Satu hal yang patut dicatat adalah bahwa kepatuhan warga atas perintah negara ini juga sangat bervariasi, dan tergantung pada sikap warga terhadap perintah tersebut. Di negara-negara otoriter misalnya, warga cenderung untuk sangat patuh pada perintah yang telah dikeluarkan pemerintah, karena menyadari bahwa pemerintah pasti akan menggunakan kekuatan otoriter mereka untuk memastikan berlakunya hukum yang dibuat. Namun tidak semua berjalan linier. Tempat asal muasal virus Covid-19 misalnya, China, pada medio Juni melaporkan adanya 83.221 kasus yang terinfeksi dengan 4,634 kematian.7 Fenomena menonjol dijumpai di Vietnam yang mencatat keberhasilan untuk menekan angka orang yang terinfeksi pada medio Juni sampai dengan 328 dan angka kematian nol,8 yang menjadi suatu cause celebre

yang membuat negara lain iri. Menurut Bill Hayton dan Tro Ly Nghed, keberhasilan Vietnam dalam mengatasi covid-19 disebabkan adanya represi dari Partai Komunis yang menggunakan kontrol mereka sebagai senjata untuk mengatasi penyebaran virus ini.9

Namun di negara-negara demokratis, beberapa negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk berinteraksi dengan sesama secara hati-hati, akan tetapi tidak melarang mereka keluar rumah, ke restoran, berkumpul. Tentu saja dampaknya beragam terhadap penularan virus yang berbahaya ini.

Di Swedia misalnya, pemerintah tidak membuat kebijakan untuklockdown dan juga tidak ada pemeriksaan massal (rapid test),warga hanya dihimbau untuk menjaga jarak secara sukarela (voluntary social distancing), orang yang sakit diminta untuk isolasi mandiri, dan jika orang berkumpul dihimbau untuk tidak terlalu banyak. 7 https://www.cnbcindonesia.com/news/20200616115621-4-165695/update-covid-19-china-pejabat-sebut-situasi-beijing-parah. Diakses 16 Juni 2020.

8http://www.worldomoters.info/coronavirus, Diakses 13 Juni 2020.

9Bill Hayton and Tro Ly Nghed (12 Mei 2020) Vietnam’s Coronavirus Success Is Built on Repression. https://foreignpolicy.com/2020/05/12/vietnam-coronavirus-pandemic-success-repression/ Diunduh 13 Juni 2020.

Akibatnya terjadi lonjakan kasus terinfeksi virus Covid-19 hingga mencapai 51.00 kasus dengan angka mortalitas 4.891 pada medio Juni,10 padahal populasi mereka hanya berjumlah 10 juta,11atau lebih sedikit dari jumlah orang kota Jakarta pada siang hari. Tidak mengherankan jika ketika negara-negara tetangganya yakni Finlandia, Denmark dan Norwegia dan tiga negara Eropa lainnya mulai membuka kembali perbatasan mereka untuk menerima masuknya orang asing, pembukaan perbatasan ini tidak berlaku untuk Swedia. Menteri Dalam Negeri Finlandia misalnya membuat pernyataan yang cukup menohok Swedia bahwa ‘unfortunately the epidemic situation in Sweden is so bad that we are still not able to lift restriction for Sweden.12

Dalam kaitannya dengan angka kejahatan, satu fenomena yang menarik dalam kasus di Swedia sebagai negara yang termasuk memiliki angka GDP tertinggi di dunia adalah, bahwa walaupun tidak ada kebijakan yang ketat seperti di negara lain tentang

social distancing, akan tetapi tetap terjadi penurunan angka kejahatan sebesar 4 % di bulan Maret dan 5 % di bulan April dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 2019. Padahal, pada bulan Januari angka kejahatan meningkat 7% dan di bulan Februari 2020 menjadi 10%. 13 Lebih lanjut lagi dilaporkan bahwa tingkat kejahatan yang menurun adalah penganiayaan, kejahatan seksual, dan pelanggaran lalu lintas; sedangkan penipuan dan perampokan tidak terlalu signifikan perubahannya.14

Di Itali, angka kejahatan yang dilaporkan di bulan Maret saja menunjukkan adanya penurunan sampai dengan 64% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019. Di Spanyol,helplineuntuk kekerasan dalam rumah tangga meningkat 47 %, namun permintaan layanan dan bantuan untuk kasus tersebut melalui email dan media sosial meningkat 700%.15 Dalam kasus narkoba, angka, penahanan bagi kasus narkoba di Chicago menurun sebesar 42% --dibandingkan dengan kurun waktu yang sama di tahun 2019-- sejak diterapkannya kebijakanlockdown, sedangkan keseluruhan kejahatan di kota tersebut dilaporkan mengamani penurunan sekitar 10 % sejak pandemi. Penurunan kejahatan juga terjadi di Peru -- sebagaimana dilaporkan oleh Edith Lederer—yakni hampir sebesar 84 %, sedangkan di New York City terjadi penurunan 50% untuk grand larceny.16 Angka kejahatan di Malaysia secara nasional

10 Pia Ohlin and Camille Bas-Wohlert (16 Juni

2020)http:/www.thejakartapost.com/news/2020/06/16/virus-pariah-swedens-reputation-takes-a-hit.html, Diakses 16 Juni 2020.

11http://www.worldomoters.info/coronavirus, Diakses 13 Juni 2020.

12 https://www.businessinsider.com/sweden-shut-out-coronavirus-reopening-by-finland-norway-denmark-2020-6, Diakses 16 Juni 2020.

13 https://www.thelocal.se/20200515/revealed-how-the-coronavirus-pandemic-is-affecting-crime-in-sweden

14 Manne Gerell, Johan Kardell and Johana Kindgren (May 2, 2020). Minor Covid-19

Association with Crime in Sweden, A ten Week Follow-Up.

https://doi.org/10.31235/osf.io/w7gka. Diakses 2 Juni 2020.

15Stephen Burgen (28 April 2020). "Three women killed in Spain as coronavirus lockdown sees rise in domestic violence". The Guardian. Diunduh 30 Mei 2020.

16 Lederer, Edith M. (11 April 2020). "Crime Rates Plummet Around the World as the Coronavirus Keeps People Inside". Time. AP. Diakses 30 Mei 2020.

melesat turun sebesar 70 % sejak diterapkannya kebijakan Movement Control Order --yang mirip dengan PSBB di Indonesia pada pertengahan Maret 2020.17

Dolmetsch, Pettersson dan Yasiejko yang meneliti angka kejahatan antara bulan Maret sampai dengan April 2020 di 10 kota besar di Amerika Serikat menulis laporannya dalam Bloomberg News yang mengungkapkan bahwa walaupun jalanan sepi, akan tetapi ternyata beberapa jenis kejahatan justru meningkat.18 Bukan itu saja, ternyata variasi angka kejahatan di berbagai kota besar menunjukkan tidak adanya kesamaan. Misalnya mereka juga melaporkan bahwa pencurian mobil di Chicago turun 20 %, namun di New York City justru naik 60%, sedangkan pembunuhan di Philadelphia turun 50 %, sebaliknya di Dallas naik 50%.19 Jeff Asher and Ben Horwitz yang melakukan penelitian atas data Uniform Crime Report sampai dengan Mei 2020,

20melaporkan adanyapenurunan statistik kejahatan di 25 negara bagian sebesar 5,3 % dibandingkan dengan tahun 2019, kejahatan atas harta benda menurun di 18 negara bagian, kejahatan dengan kekerasan menurun di 11 negara bagian, namun pembunuhan meningkat 20% di beberapa kota.21 Meningkatnya pembunuhan ini mereka duga ada kaitannya dengan kebijakanlockdownyang diterapkan, yang dapat diduga membuat orang menjadi stres. Keberagaman angka di beberapa kota besar dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Tingkat Kejahatan di Kota Besar Amerika Serikat22

City 2020 Pre-Covid

Through Parts of June 2020 Chicago 16% 34% Philadelphia 11% 23% Oakland, Calif. -41% -8% Los Angeles -3% 5% Atlanta -17% 4% Nashville 92% 43%

17 Athira Nortajuddin (12 Juni 2020. Less Crime in a Pandemic? http://theaseanpost.com/article/less-crime-pamdemic. Diakses 16 Juni 2020.

18Chris Dolmetsch, Edvard Pettersson dan Christopher Yasiejko (19 April 2020). Some Crimes Are Spiking in America’s Major Cities. Lack of social interaction leads to overall decline in crime. Bloomberg News. https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-04-19/some-crimes-are-spiking-in-major-u-s-cities-amid-empty-streets. Diakses 30 Mei 2020.

19Op.cit

20Jeff Asher dan Ben Horwitz (6 Juli 2020) It’s Been ‘Such a Weird Year.’ That’s Also Reflected

in Crime Statistics. New York Times.

https://www.nytimes.com/2020/07/06/upshot/murders-rising-crime-coronavirus.html?searchResultPosition=2

21 Jeff Asher dan Ben Horwitz (6 Juli 2020). The New York Times.

https://www.nytimes.com/2020/07/06/upshot/murders-rising-crime-coronavirus.html?searchResultPosition=2. Diakses 6 Juli 2020.

City 2020 Pre-Covid

Through Parts of June 2020

New York -13% 23%

New Orleans 14% 36%

Indianapolis 75% 38%

Jacksonville, Fla. -3% 13%

Walaupun terjadi penurunan angka kejahatan yang cukup signifikan di

Dalam dokumen Jurnal Hukum Pidana dan Kriminologi (Halaman 41-46)