• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kondisi Umum Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan

Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan termasuk cukup strategis bila ditinjau dari segi potensi sumber daya ikan maupun aspek pemasarannya, yakni terletak diantara Perairan Pantai Timur Sumatera (Selat Malaka), Perairan Zona Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan Laut China Selatan serta merupakan pintu masuk bagi kegiatan ekonomi beberapa negara di Asia khususnya Indonesia, Malaysa, Thailand, Singapura dan Hongkong. PPS Belawan berada di dalam wilayah Kotamadya Medan yang memiliki jarak tempuh ± 27 km atau hanya sekitar 30 menit melalui jalan tol.

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan memiliki sarana dan prasarana berupa fasilitas pokok, fasilitas fungsional, fasilitas penunjang, dan kendaraan alat berat/K3 dan mesin. Fasilitas pokok terdiri dari Dermaga dengan luas 1.228,8 m2, Jetty dengan luas 1.008 m2, Turap dengan luas 265 m2, Drainase 1489 m2, Jalan Utama dengan luas 4.3540 m2, dan Alur Pelayaran dengan luas 1.500 m2. Fasilitas fungsional terdiri dari Sarama Bantu Navigasi Pelayaran Lampu Pelabuhan (rambu suar dan lampu navigasi), Kantor Utama Pelabuhan dengan luas 856 m2, Gedung Syahbandar dengan luas 200 m2, Menara Pengawas Syahbandar dengan luas 20 m2, Transit Sheed dengan luas 670 m2, Gedung Pengawasan Mutu dan Pelayanan SHTI dengan luas 120 m2, Gedung Pengolahan dengan luas m2, Pasar Ikan Hygienis dengan luas 200 m2, Instalasi Listrik, Rumah

30

Genset dan Pompa, Instalasi Air Bersih, Instalasi BBM, Tandon Air, Instalasi Air SWRO, Gedung SWRO, Tiang Listrik Jalan, dan Tiang Fender.

Produksi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Pendugaan potensi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) diolah dengan menggunakan data produksi atau hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dari tahun 2015-2019. Produksi ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dengan menggunakan alat tangkap purse seine pada tahun 2015-2019 yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik produksi sumberdaya Ikan Layang Biru dengan alat tangkap purse seine tahun 2015-2019 di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (Sumber: Data Statistik PPS Belawan 2015-2019).

Berdasarkan jumlah produksi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dengan menggunakan alat tangkap purse seine dalam kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukan bahwa nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar 10.048 ton, sedangkan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 6.646 ton. Jumlah produksi sumberdaya

31

31

ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tiap tahunnya terus mengalami fluktuasi tergantung dari usaha penangkapan yang dilakukan.

Upaya Penangkapan Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Usaha penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang dilakukan oleh nelayan menggunakan alat tangkap purse seine. Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan purse seine adalah kapar motor yang terbuat dari kayu, ukuran kapal bervariasi yang dominan dengan ukuran 30 GT dan dimensi 20 m x 4 m x 2,5 m. Upaya penangkapan (effort) alat tangkap purse seine dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2015-2019) yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Upaya penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru menggunakan purse seine pada tahun 2015-2019 di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan.

Upaya penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) menggunakan alat tangkap purse seine mengalami penurunan jumlah effort setiap tahunnya. Berdasarkan data grafik pada Gambar 5, nilai effort tertinggi terdapat

32

pada tahun 2015 sebanyak 6.498 trip/tahun. Nilai effort terendah terdapat pada tahun 2019 sebanyak 3.154 trip/tahun.

Berdasarkan jumlah unit penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) pada tahun 2019 memiliki jumlah unit penangkapan tertinggi dengan alat tangkap purse seine sebanyak 211 unit kapal. Sedangkan di tahun 2016 memiliki jumlah unit penangkapan terendah sebanyak 169 unit kapal.

Jumlah unit kapal purse seine yang digunakan untuk menangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) pada tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Jumlah unit penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) pada tahun 2015-2019 di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan.

Analisis CPUE (Catch per Unit Effort)

Perhitungan hasil tangkapan per satuan upaya didapatkan berdasarkan hasil penangkapan dan upaya penangkapan pada satuan unit yang sama. Nilai perhitungan hasil tangkapan per satuan upaya sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) selama tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 2.

33

33

Tabel 2. Nilai total catch, effort, dan Catch per Unit Effort (CPUE) sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tahun 2015-2019.

Tahun Catch (ton) Effort (trip) CPUE (ton/trip)

2015 8.694 6.498 1,34

2016 10.048 6.233 1,61

2017 6.672 5.367 1,24

2018 6.646 3.949 1,68

2019 6.876 3.154 2,18

Jumlah 38.937 25.201 8,06

Rata-rata 7.787 5.040 1,61

Berdasarkan data pada Tabel 2 diatas, menunjukan bahwa nilai perhitungan CPUE mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2015 didapati nilai CPUE sebesar 1,34 ton/trip dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 menjadi 1,61 ton/trip. Nilai perhitungan CPUE terhadap produksi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tertinggi terdapat pada tahun 2019 yaitu sebesar 2,18 ton/trip. Dan didapati jumlah total nilai CPUE selama 2015-2019 sebesar 8,06 ton/trip dengan nilai rata-rata sebesar 1,61 ton/trip.

Hasil tangkapan dan upaya penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2015-2019 mengalami fluktuasi, sehingga nilai CPUE bulanan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) selama lima tahun tersebut juga mengalami fluktuasi yang bisa dilihat pada Gambar 7.

34

Gambar 7. Grafik Catch per Unit Effort (CPUE) sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tahun 2015-2019.

Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan Effort Optimum (F opt)

Perhitungan pendugaan potensi lestari dengan metode surplus produksi yang terdiri dari model Schaefer dan model Fox. Berdasarkan analisis potensi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dengan metode surplus produksi menggunakan formula model Schaefer, regresi linear antara effort dengan CPUE sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dapat dilihat pada Gambar 7 dimana diperoleh konstanta (a) sebesar 2,61244 dan koefisien regresi (b) sebesar -0,00020. Hasil dugaan potensi lestari (MSY) sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) sebesar 8.589,850 ton/tahun dengan effort optimum sebesar 6.567,120 trip/tahun. Berdasarkan analisis regresi nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,6151.

Hubungan antara hasil tangkapan (C) dengan upaya tangkapan (f) sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) ditunjukkan dengan menggunakan model Schaefer dalam persamaan C = 2,61244 – 0,00020 f2.

35

35

Hubungan CPUE dengan effort dari persamaan regresi linear model Schaefer adalah y = -0,0002x + 2,6124 dengan R2 = 0,6151 artinya setiap peningkatan effort 1 trip maka CPUE akan berkurang sebesar 0,0002 ton/trip.

Gambar 8. Regresi linear antara Effort dan CPUE sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) (Model Schaefer).

Berdasarkan analisis potensi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dengan metode surplus produksi menggunakan formula model Fox, regresi linear antara effort dengan CPUE sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dapat dilihat pada Gambar 8 dimana diperoleh konstanta (a) sebesar 1,04090 dan koefisien regresi (b) sebesar -0,00011579. Hasil dugaan potensi lestari (MSY) sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) sebesar 8.996,64 ton/tahun dengan effort optimum sebesar 8.636,137 trip/tahun. Berdasarkan anaisis regresi nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,5832.

36

Gambar 9. Regresi linear antara Effort dan CPUE sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) (Model Fox)

Hubungan antara hasil tangkapan (C) dengan upaya tangkapan (f) sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) ditunjukkan dengan menggunakan model Fox dalam persamaan C = f exp 1,0409 – 0,0001xf.

Hubungan CPUE dengan effort dari persamaan regresi linear model Fox adalah y

= -0,0001x + 1,0409 dengan R2 = 0,5832. Perbandingan pendugaan potensi lestari antara metode surplus produksi model Schaefer dan model Fox dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Potensi Lestari sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) antara Model Schaefer dan Model Fox.

Nilai Schaefer Fox Satuan

a 2,61244 1,04090 -

b -0,00020 -0,00011579 -

MSY 8.589,850 8.996,64 Ton/tahun

F optimum 6.576,120 8.636,137 Trip/tahun

R² 0,6151 0,5832 -

Dari hasil perhitungan perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa model perhitungan yang paling sesuai adalah

37

37

model Schaefer dengan nilai R2 paling besar atau mendekati angka satu (R2 = 0,6151). Sehingga dapat diketahui bahwa 61,5% hasil tangkapan dipengaruhi oleh upaya penangkapan. Sedangkan 38,5%-nya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dicantumkan dalam penelitian ini.

Grafik Maximum Sustainable Yield/MSY dan effort optimum sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) (model Schaefer) dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 10. Grafik Maximum Sustainable Yield/MSY dan effort optimum sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) (model Schaefer).

Potensi lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY) untuk sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan sebesar 8.589,850 ton/tahun, dan effort optimum (Fopt) sebesar 6.576 trip/tahun.

Pada tahun 2015-2019 nilai effort tidak melebihi nilai effort optimum, sementara nilai effort tertinggi terdapat pada tahun 2015 sebesar 6.498 trip/tahunnya.

Dimana nilai potensi lestari adalah sebesar 8.589,85 ton/tahun, ini menandakan selama kurun waktu 5 tahun terakhir, upaya penangkapan ikan Layang Biru masih

38

dalam batas yang wajar karena belum melampaui jumlah upaya tangkapan optimum. Produksi dan effort sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) terhadap nilai MSY dan effort optimum (Fopt) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tingkat pemanfaatan dan pengupayaan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dari tahun 2015-2019 dapat dilihat pada grafik di Gambar 10.

Gambar 11. Tingkat Pemanfaatan dan Tingkat Pengupayaan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tahun 2015-2019.

39

39

Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) pada tahun 2015 sebesar 101,21% dengan tingkat pengupayaan sebesar 98,81%. Sedangkan pada tahun 2016 tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) meningkat menjadi sebesar 116,98% dengan tingkat pengupayaan yang menurun menjadi 94,78%, hal ini menunjukan bahwa perlunya dilakukan peningkatan pengupayaan dan pengontrolan terhadap tingkat pengupayaan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus).

Total Allowable Catch (TAC)

Hasil perhitungan dari Total Allowable Catch diperoleh dari perkalian antara nilai 80% dengan nilai MSY yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Total Allowable Catch ikan Layang Biru (Decapterus macarellus).

Tahun Produksi (Ton)

TAC

(Ton/Tahun) Pemanfaatan (%) Nilai TAC 2015 8.694

Dari hasil perhitungan nilai Total Allowable Catch (TAC) sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) pada Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa di tahun 2017 dan 2018 memiliki nilai tangkapan diperbolehkan yang optimum, dimana pada tahun 2017 pemanfaatan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) sebesar 97,10% dan tahun 2018 sebesar 96,72%.

40

Pola Musim Penangkapan Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Penentuan pola musim penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di wilayah Perairan Selat Malaka akan memberikan gambaran mengenai keberadaan ikan di suatu perairan, sehingga operasi penangkapan dapat diarahkan pada saat musim banyak ikan. Hal ini merupakan salah satu cara meningkatkan produksi nelayan, dimana peluang untuk memperoleh hasil tangkapan akan lebih besar. Perhitungan pola musim penangkapan dihitung berdasarkan data hasil tangkapan dan upaya penangkapan perbulan dalam kurun waktu 5 tahun (2015-2019). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan analisis deret waktu (data time series) dan metode rata-rata bergerak (moving average). Nilai indeks musim penangkapan (IMP) sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Indeks Musim Penangkapan (IMP) sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tahun 2015-2019.

Bulan IMP (%) Musim Penangkapan Musim di Indonesia

Juli 98,87 Sedang Timur

Agustus 107,12 Puncak Timur

September 97,57 Sedang Peralihan II

Oktober 96,36 Sedang Peralihan II

November 116,49 Puncak Peralihan II

Desember 95,05 Sedang Barat

Berdasarkan pada Tabel 6 diatas dapat diperkirakan bahwa puncak musim penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tertinggi terjadi pada bulan November (akhir musim peralihan II) dengan nilai IMP sebesar

41

41

116,49%. Sedangkan musim penangkapan dengan nilai terendah diperkirakan terjadi pada bulan Februari (musim Barat) dengan nilai IMP sebesar 89,35% tetapi masih termasuk kedalam musim penangkapan sedang.

Nilai IMP yang disajikan pada grafik Gambar 11 diatas, menunjukan bahwa musim yang baik untuk melakukan penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Perairan Selat Malaka adalah pada bulan Januari (musim barat), Maret dan Mei (musim peralihan I), Juni dan Agustus (musim timur), dan November (musim peralihan II).

Gambar 12. Grafik Indeks Musim Penangkapan (IMP) ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tahun 2015-2019.

Pembahasan

Kondisi Umum Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan

Dari hasil wawancara dengan panduan kuisioner didapatkan hasil tingkat pendidikan nelayan kapal purse seine Belawan adalah Tidak Sekolah sebanyak 5%, SD sebanyak 55%, SMP sebanyak 35%, SMA sebanyak 5%. Dari data tingkat pendidikan ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan nelayan

42

Belawan tergolong rendah yang menyebabkan kinerja penangkapan kurang optimal karena kurangnya pengetahuan tentang cara penangkapan, informasi musim penangkapan, dan daerah penangkapan ikan yang dapat menunjang hasil tangkapan ikan tiap kali melakukan upaya penangkapan. Hal ini sesuai dengan Soekidjo (2003), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi kemampuan dalam mencapai kinerja secara optimal.

Presentase data ukuran kapal nelayan purse seine yang paling banyak digunakan saat melakukan penangkapan adalah ukuran kapal 21-30 GT sebesar 55 %, 31-60 GT sebesar 20%, dan 61-100 GT sebesar 25%. Para nelayan mengatakan penggunaan kapal purse seine dengan ukuran 21-30 GT banyak diminati para nelayan dan para pengusaha pemilik kapal karena kapal ukuran <30 GT memiliki nilai investasi yang besar, dibalik biaya pembuatan kapal yang tidak terlalu besar, keuntungan yang diperoleh dari hasil tangkapan ikan menjadi salah satu faktor mengapa kapal dengan ukuran <30 GT banyak diminati para nelayan.

Ukuran kapal <30 GT memiliki 6 buah palka yang dapat menampung hasil tangkapan >10 ton/trip dengan lama penangkapan 6 hari.

Lama rata-rata nelayan kapal purse seine dengan ukuran kapal <30 GT melakukan penangkapan tergantung dengan jumlah upaya penangkapan yang dilakukan per bulannya. Jika dalam sebulan nelayan hanya melakukan upaya penangkapan sebanyak 4 trip, maka lama nelayan melakukan penangkapan sebanyak 6-7 hari/trip. Bila ukuran kapal purse seine sebesar >30 GT maka jumlah upaya penangkapan tiap bulannya semakin sedikit antar 2-4 trip/bulan, dengan lama waktu penangkapan 6-14 hari/trip.

43

43

Waktu penangkapan yang dilakukan oleh para nelayan Belawan tergantung dengan kondisi perairan, seperti cuaca dan arah mata angin. Biasanya para nelayan banyak melakukan penangkapan di bulan Januari-Maret, Mei-Juni, Agustus-November. Sedangkan pada bulan Desember-Januari awal nelayan lebih memilih untuk tidak melaut dikarenakan cuaca yang tidak mendukung dan hasil tangkapan yang didapatkan tidak sebanyak bulan lainnya.

Produksi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa penggunaan alat tangkap yang mendominasi di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan adalah alat tangkap purse seine. Purse seine merupakan alat tangkap yang paling sering digunakan oleh para nelayan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis kecil dan juga efisien karena menghasilkan jumlah produksi ikan yang banyak.

Jenis ikan yang sering tertangkap adalah ikan Layang Biru (Decapterus macarellus). Hal ini sesuai dengan Majore et al. (2014) yang menyatakan bahwa purse seine (pukat cincin) adalah jenis alat tangkap yang tergolong seine yaitu merupakan alat tangkap yang aktif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang umumnya membentuk kawanan kelompok besar. Manfaat yang diharapkan selain menghemat waktu dan bahan bakar juga dapat menaikkan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan.

Hasil dari jumlah produksi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dengan menggunakan alat tangkap purse seine yang diperoleh di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan selama 5 tahun terakhir (2015-2019) mengalami perubahan secara fluktuatif. Produksi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu

44

sebesar 10.048 ton. Ini disebabkan karena banyaknya upaya penangkapan yang dilakukan dengan menggunakan alat tangkap purse seine menyebabkan meningkatnya jumlah produksi tangkapan dibandingkan dengan tahun 2015 yang hanya sebesar 8.694 ton. Menurut Jokoswito (2012) hasil tangkapan yang tertinggi pada tahun tertentu, seringkali diiringi dengan hasil tangkapan yang lebih rendah pada tahun berikutnya.

Sedangkan jumlah produksi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang terendah terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 6.646 ton. Hal ini disebabkan menurunnya jumlah upaya penangkapan/trip penangkapan yang dilakukan oleh para nelayan yang berdampak pada jumlah produksi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang menurun di tahun 2018. Hal ini sesuai dengan Nugraha et al. (2012) yang menyatakan bahwa fluktuasi hasil tangkapan ikan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, keberadaan ikan, jumlah upaya penangkapan, dan tingkat keberhasilan operasi penangkapan.

Dari grafik pada Gambar 4, dapat dilihat bahwa jumlah produksi setelah tahun 2016 terus mengalami penurunan hasil tangkapan. Selain faktor keberadaan ikan, jumlah upaya penangkapan, dan tingkat keberhasilan operasi penangkapan.

Faktor lain yang menyebabkan menurunnya hasil tangkapan sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dikarenakan adanya pembatasan kuota penangkapan ikan yang ditetapkan pada PERMEN KP No 23 Tahun 2015. Kapal yang berukuran 5 - 10 GT dapat membawa hasil tangkapan sebanyak 2,5 ton ikan, sedangkan untuk kapal berukuran > 30 GT yaitu sebanyak 15 ton ikan.

45

45

Upaya Penangkapan Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)

Berdasarkan Gambar 5, menunjukan upaya penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tiap tahunnya terus mengalami penurunan yang sangat drastis. Upaya penangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2015 dengan jumlah trip sebanyak 6.498 trip, sedangkan upaya penangkapan (effort) terendah yaitu pada tahun 2019 sebanyak 3.154. Hal ini sesuai dengan Safitri (2018) yang menyatakan bahwa upaya penangkapan (effort) yang terlalu besar dapat berdampak buruk bagi kondisi hasil tangkapan atau stok sumberdaya ikan yang terdapat di perairan karena ketidakseimbangan antara upaya penangkapan dan kondisi sumberdaya ikan yang tersedia.

Secara umum, perkembangan upaya penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dari tahun ke tahun meningkat seiring dengan semakin ramainya aktifitas penangkapan oleh kapal-kapal purse seine. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6, yang menunjukan jumlah kapal purse seine mengalami perubahan jumlah yang berfluktuasi. Pada tahun 2015 jumlah kapal purse seine sebanyak 190 unit dan menurun di tahun 2016 menjadi sebanyak 169 unit. Dan di tahun berikutnya jumlah unit kapal purse seine terus meningkat, puncaknya pada tahun 2019 jumlah kapal purse seine sebanyak 211 unit. Dapat disimpulkan bahwa purse seine merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Hal ini sesuai dengan Ismy et al (2014) yang menyatakan bahwa hasil tangkapan purse seine mendominasi jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan. Secara umum, hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Belawan masih cukup baik dan layak dikonsumsi. Hal ini

46

disebabkan operasi penangkapan kapal purse seine umumnya cukup efektif dan produktif menangkap ikan-ikan pelagis.

Namun jumlah upaya penangkapan (effort) sumberdaya ikan Layang Biru di tahun 2019 termasuk dalam jumlah terendah sebesar 3.154 trip, berbanding terbalik dengan meningkatnya jumlah kapal purse seine. Dimana tahun 2019 jumlah upaya penangkapan (effort) belum melebihi nilai effort optimum.

Berdasarkan penelitian Ovra et al. (2018) salah satu penyebab rendahnya jumlah upaya penangkapan adalah banyak kapal penangkapan yang tidak berangkat melaut, hal ini terjadi karena pihak pengusaha belum memperpanjang masa berlaku sertifikat dan surat-surat kapal yang telah habis, dan banyak data dokumen yang tidak sesuai seperti ukuran kapal dan jumlah ABK. Sehingga pada saat pengawasan oleh PSDKP banyak kapal yang diberhentikan dan dilakukan penahanan kapal yang akhirnya harus kembali ke tangkahan.

Menurut Nurhayati (2013), menurun dan meningkatnya suatu upaya penangkapan tidak selalu diikuti dengan peningkatan produksi begitu pula sebaliknya. Kejadian ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah upaya penangkapan bukan satu-satunya fakor penyebab penurunan hasil tangkapan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti musim penangkapan dan perubahan cuaca yang dapat berpengaruh terhadap kelimpahan ikan.

Analisis CPUE (Catch per Unit Effort)

Menurut Sibagariang et al. (2010) dalam Listiani et al. (2016) yang menyatakan bahwa Catch per Unit Effort (CPUE) adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan hasil jumlah produksi perikanan laut yang dirata-ratakan dalam tahunan. Produksi perikanan di suatu daerah megalami kenaikan

47

47

atau penurunan produksi dapat diketahui dari hasil CPUE. Untuk menentukan CPUE dari sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) menggunakan rumus yaitu hasil tangkapan (catch) sumberdaya ikan Layang Biru dibagi dengan upaya penangkapan (effort) ikan Layang Biru di perairan Selat Malaka dengan menggunakan alat tangkap purse seine.

Rata-rata CPUE unit penangkapan purse seine sebesar 1,61 ton/trip per tahun, namun nilai CPUE tiap tahunnya mengalami fluktuasi yang terjadi dari tahun ke tahun cenderung mengarah pada kenaikan (Tabel 2). Fluktuasi kenaikan yang cukup drastis terjadi pada tahun 2019 yakni sebesar 2,18 ton/trip, berbeda dengan tahun 2017 dimana memiliki nilai CPUE paling rendah dibanding tahun lainnya, yakni sebesar 1,24 ton/trip. Ini disebabkan karena pada tahun 2017 produksi hasil tangkapan menurun dibandingkan tahun 2016, tetapi jumlah upaya penangkapan (effort) tidak mengalami penurunan drastis. Hal ini sesuai dengan Rahman et al. (2013) yang menyatakan bahwa jika dihubungkan antara CPUE dan effort (trip), maka semakin besar effort, CPUE akan semakin berkurang, sehingga produksi semakin berkurang. Artinya bahwa CPUE berbanding terbalik dengan effort di mana dengan setiap penambahan effort maka makin rendah hasil Catch per Unit Effort (CPUE).

Berdasarkan nilai CPUE (Catch per Unit Effort) mengalami fluktuatif dari tahun 2015-2019. Nilai CPUE tertinggi pada tahun 2016 yaitu sebesar 1,61 ton/trip dan terendah pada tahun 2017 yaitu sebesar 1,24/trip. Tinggi rendahnya nilai CPUE terjadi karena selama periode tersebut terjadi penambahan dan pengurangan baik dalam penggunaan alat tangkap maupun trip penangkapan (effort). Kenaikan nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2018-2019 dengan

48

kenaikan sebesar 0,5 ton/trip. Pada tahun 2017 nilai CPUE mengalami deplesi itu dikarenakan upaya penangkapan pada tahun sebelumnya sangat tinggi sehingga sumberdaya ikan yang didapatkan menurun. Tetapi pada tahun-tahun selanjutnya nilai CPUE mengalami kenaikan, dimana terjadinya pemulihan sumberdaya ikan.

Hubungan upaya penangkapan dengan CPUE meningkat dan menurun dipengaruhi oleh upaya penangkapan, hal ini sesuai dengan pernyataan Ali (2005), yang menyatakan bahwa penambahan upaya penangkapan tidak dapat lagi meningkatkan CPUE atau penambahan upaya selalu diikuti dengan penurunan CPUE. Apabila penambahan upaya terus berlanjut, maka secara biologis berbahaya pada populasi dan akan menimbulkan kerugian ekonomi.

Untuk itu pengaturan dan pengendalian upaya penangkapan sesuai dengan standar optimum yang perlu dilakukan untuk menjaga keseimbangan biologis dan mencegah terjadinya kerugian nelayan.

Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan Effort Optimum (F opt)

Pendugaan potensi lestari sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dianalisis dengan menggunakan model Schaefer dan model Fox, kemudian ditentukan model mana yang sesuai untuk pendugaan potensi lestari melalu nilai R2. Nilai koefisien determinasi (R2) model Schaefer sebesar 0,6151 yang lebih besar atau mendekati angka 1 dibanding model Fox yang hanya sebesar 0,5832. Ini menunjukkan bahwa model Schaefer lebih sesuai digunakan untuk pendugaan potensi sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dibandingkan nilai koefisien determinasi model Fox.

Sesuai dengan Lubis (2013), menyatakan bahwa model yang memiliki nilai

49

49

koefisien determinasi (R2) lebih besar menunjukkan model tersebut mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan model sebenarnya.

Pada Tabel 3, nilai R2 pada model Schaefer sebesar 0,6151 yang artinya

Pada Tabel 3, nilai R2 pada model Schaefer sebesar 0,6151 yang artinya

Dokumen terkait