• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persaingan dan Kinerja Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bekasi Tabel 8 menunjukkan persaingan dan kinerja pedagang dilihat dari pemasok utama barang yang dijual pedagang. Berdasakan perolehan hasil uji chi-square bahwa pemasok utama pedagang baik di pasar perlakuan maupun pasar kontrol melalui grosir.

Tabel 9 menunjukkan persaingan dan kinerja pedagang dilihat dari metode pembayaran yang digunakan oleh pedagang untuk memasok barangnya. Berdasakan hasil uji chi-square bahwa metode utama yang banyak digunakan pedagang di pasar perlakuan dan pasar kontrol adalah pembayaran secara tunai.

Tabel 10 menunjukkan persaingan dan kinerja pedagang dilihat dari strategi pedagang. Berdasarkan hasil uji chi-square bahwa strategi utama yang dipilih pedagang baik pasar perlakuan maupun pasar kontrol adalah pelayanan yang baik seperti sopan santun, menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan.

Tabel 8 Pemasok Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test (%)

Deskripsi Pasar Perlakuan (n=60) Pasar Kontrol (n=30) Khi Kuadrat Hitung Grosir 51.67 36.67 Penyalur 25.00 33.33 Pasar induk 16.67 26.67 Tengkulak 5.00 3.33 Produksi sendiri 1.67 0.00 100.00 100.00 3.09

Keterangan : Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.

Tabel 9 Metode Pembayaran Utama Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test (%) Deskripsi Pasar Perlakuan

(n=60) Pasar Kontrol (n=30) Khi Kuadrat Hitung Metode pembayaran Kontan 80.00 76.67 Kredit 20.00 23.33 100.00 100.00 0.13

Keterangan : Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.

20

Tabel 11 menunjukkan para pesaing terberat pada pasar perlakuan dan pasar kontrol. Jawaban yang diambil hanya pedagang yang mengklaim memiliki pesaing terberat. Ritel modern merupakan pesaing terberat bagi para pedagang di pasar perlakuan. Pada pasar kontrol pesaing terberat utama adalah pedagang lain di dalam pasar tradisional itu sendiri.

Tabel 12 menunjukkan penyebab penurunan usaha pedagang. Jawaban ini juga hanya diambil dari pedagang yang mengkalim pernah mengalami penurunan omzet maupun keuntungan. Berdasarkan uji chi-square, penyebab penurunan usaha yang utama pada kelompok pasar perlakuan adalah berkurangnya jumlah pembeli. Pada pasar kontrol meningkatnya persaingan dengan pedagang lain di dalam pasar tradisional sebagai faktor utama penyebab kelesuan usaha di pasar. Tabel 11 Pesaing Terberat di Pasar Perlakuan Dan Pasar Kontrol Kota Bekasi

dengan chi-square test (%) Pesaing Terberat Pasar Perlakuan (n=47) Pasar Kontrol (n=18) Khi Kuadrat Hitung Pasar modern 45.80 0.00

Pedagang lain di dalam pasar tradisional 37.50 44.44

PKL 12.50 11.11

Pedagang lain di pasar tradisional lain 4.20 22.22

Minimarket 0.00 22.22

Total 100.00 100.00 35.27***

Keterangan : Jawaban hanya dari pedagang yang mengklaim mempunyai pesaing terberat.Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.

Tabel 10 Strategi Pedagang di Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test (%)

Deskripsi Pasar Perlakuan (n=60) Pasar Kontrol (n=30) Khi Kuadrat Hitung Strategi

Pelayanan yang baik 53.33 76.67

Kualitas barang dijaga 16.67 0.00

Memberi potongan harga 11.67 16.67

Jenis dagangan diperbanyak 8.33 0.00

Prioritas bagi pelanggan 6.67 6.67

Kios selalu dijaga kebersihannya 3.33 0.00

Total 100.00 100.00 10.66*

Keterangan : Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.

21

Tabel 13 menunjukkan kinerja pedagang dilihat berdasarkan omzet dan keuntungan pada tahun 2008 dan 2013. Hasil paired sample t-test menunjukan bahwa pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol rata-rata omzet serta keuntungan sebelum keberadaan ritel modern lebih tinggi jika dibandingkan dengan sesudah adanya ritel modern. Berdasarkan tabel terlihat bahwa rata-rata omzet dan keuntungan pedagang di kelompok pasar perlakuan mengalami penurunan kinerja yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pasar kontrol. Hal ini didukung dengan penelitian Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya oleh Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK (2006) bahwa terdapat perbedaan rata-rata omzet pada pedagang pasar tradisional sebelum dan sesudah adanya ritel modern.

Tabel 12 Penyebab Kelesuan Usaha di Pasar Perlakuan Dan Pasar Kontrol Kota Bekasi dengan chi-square test (%)

Penyebab Kelesuan Pasar Perlakuan (n=54) Pasar Kontrol (n=23) Khi Kuadrat Hitung

Kurangnya jumlah pembeli 29.63 8.70

Meningkatnya persaingan dengan pasar modern

(hypermarket.supermarket.departmen t store)

20.37 0.00

Meningkatnya persaingan dengan pedagang lain di dalam pasar tradisional

16.67 34.78 Daya beli masyarakat menurun 12.96 4.35 Meningkatnya persaingan dengan

PKL

5.56 8.70

Faktor iklim 3.70 0.00

Kondisi pasar yang memburuk 3.70 0.00

Kualitas barang menurun 1.85 0.00

Harga dari pemasok lebih tinggi 1.85 4.35 Meningkatnya persaingan dari

pedagang lain di pasar tradisional lain

1.85 17.39 Akses jalan menuju pasar kurang

memadai

1.85 0.00

Harga lebih tinggi di pasar tradisional 0.00 4.35 Meningkatnya persaingan dengan

minimarket

0.00 17.39

Total 100.00 100.00 32.18***

Keterangan : Jawaban hanya dari pedagang yang mengklaim pernah mengalami penurunan omzet dan keuntungan. Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.

22

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Keuntungan Pedagang Pasar Tradisional Kota Bekasi

Pada Tabel 14 menunjukkan faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan keuntungan. Pengukuran keuntungan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga kategori. Pertama, keuntungan pedagang yang berada pada kisaran kurang dari Rp. 300 000,-, kedua keuntungan pedagang pada kisaran Rp.300 000,- sampai dengan Rp. 1 000 000,- dan ketiga keuntungan pedagang sebesar Rp.1 000 000,- ke atas. Tabel 14 memperlihatkan bahwa variabel yang signifikan yaitu jumlah pembeli, dummy jarak, dummy komoditas utama produk segar, dan dummy komoditas utama produk olahan.

Tabel 14 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Keuntungan Pedagang Pasar Tradisional Kota Bekasi

Variabel Koefisien

Odds

Ratio Signicance

Ukuran kios (m2) -0.01 0.99 0.87

Umur pedagang(tahun) 0.01 1.01 0.84

Lama berdagang (tahun) -0.04 0.96 0.56

Jumlah pembeli (orang) 0.08 1.08 0.00***

Pendidikan pedagang(tahun) 0.04 1.04 0.63

Dummy jarak (dekat=1. jauh=0) 1.38 3.96 0.03**

Dummy Komoditas Utama (1=Produk segar. 0=Lainnya)

3.88 48.62 0.01*** Dummy Komoditas Utama (1=produk olahan.

0=Lainnya)

2.39 10.91 0.06* Dummy Letak kios (1=depan. 0=belakang) 0.98 2.66 0.27

R-Square 53.00%

Chi-Square 50.35***

Keterangan : Berdasarkan Regresi Logistik Ordinal: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.

Tabel 13 Kinerja Pedangang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Bekasi dilihat dari Perubahan Omzet dan Keuntungan sebelum dan sesudah keberadaan ritel modern dengan paired sample t-test VARIABEL

PASAR PERLAKUAN PASAR KONTROL

Mean Std. Dev. t hitung Mean

Std. Dev. t hitung Omzet Sesudah 1.80 0.73 1.77 0.12 Sebelum 2.25 0.65 -5.86*** 1.8 0.12 -0.27 Keuntungan Sesudah 1.50 0.70 1.27 0.08 Sebelum 2.05 0.62 -7.54*** 1.43 0.10 -1.54

Keterangan : Berdasarkan t-test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.

23 Berdasarkan perolehan hasil dengan menggunakan metode regresi ordinal logit, jumlah pembeli merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan keuntungan. Nilai odds ratio sebesar 1.08 dan koefisien bertanda positif menjelaskan bahwa setiap peningkatan satu orang pembeli akan memiliki peluang 1.08 kali atau 8% [(1.08-1)x100%] untuk meningkatkan keuntungan.

Dummy jarak mempengaruhi perubahan keuntungan pedagang pasar

tradisional Kota Bekasi. Nilai odds ratio sebesar 3.96 dengan koefisien positif menjelaskan peluang pasar tradisional yang memiliki jarak dekat dengan ritel modern memiliki peluang lebih besar 3.96 kali atau 296% [(3.96-1)x100%] untuk meningkatkan keuntungan dibandingkan pasar tradisional yang jaraknya jauh dengan ritel modern.

Dummy komoditas utama pada produk segar mempengaruhi perubahan

keuntungan secara signifikan. Koefisien pada variabel ini positif dan nilai odds ratio sebesar 48.62 artinya peluang pedagang menjual komoditi produk segar untuk meningkatkan keuntungan lebih besar 48.62 kali atau 4762% [(48.62-1)x100%] daripada pedagang menjual komoditi lainnya (sandang).

Dummy komoditas utama pada produk olahan secara signifikan berpengaruh

terhadap perubahan keuntungan. Koefisien pada variabel ini bernilai positif dan nilai

odds ratio sebesar 10.91 berarti peluang pedagang menjual komoditi produk olahan

untuk meningkatkan keuntungan lebih besar 10.91 atau 991% [(10.91-1)x100%] daripada pedagang menjual komoditi lainnya.

Pengaruh Jarak Ritel Modern dan Pasar Tradisional terhadap Keuntungan di Kota Bekasi

Berdasarkan hasil dari uji ordinal logit regression, bahwa peluang pasar tradisional yang memiliki jarak dekat dengan ritel modern memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan keuntungan dibandingkan pasar tradisional yang jaraknya jauh dengan ritel modern. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan ritel modern bukan satu-satunya penyebab penurunan keuntungan pedagang di pasar tradisional Kota Bekasi. Jika dilihat dari pesaing terberat, pedagang di pasar perlakuan menyadari bahwa kehadiran ritel modern telah menjadi pesaing terberat utama mereka. Berdasarkan hasil wawancara kepada pedagang, untuk mengatasi hal tersebut pedagang melakukan strategi-strategi agar dapat bersaing dengan ritel modern. Hal ini juga diperkuat berdasarkan hasil penyebab kelesuan usaha pedagang di pasar tradisional bahwa penyebab utamanya bukan oleh ritel modern melainkan kurangnya jumlah pembeli pada pasar perlakuan. Hasil penelitian yang didapat sejalan dengan penelitian Suryadarma et all (2007) bahwa ritel modern bukan penyebab utama penurunan omzet pedagang di pasar tradisional.

Pada penelitian ini juga terbukti bahwa pedagang baik pada pasar perlakuan dan pasar kontrol sama-sama mengalami penurunan keuntungan. Penurunan keuntungan pedagang di beberapa pasar tradisional Kota Bekasi menyebabkan pasar tradisional yang merupakan salah satu wadah aktifitas ekonomi mikro melemah. Melemahnya perekonomian mikro ini juga dapat menyebabkan pemerataan pendapatan yang tidak seimbang. Distribusi pendapatan yang tidak merata mempunyai potensi menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial yang akhirnya akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi.

Berdasarkan hasil wawancara, pedagang di pasar tradisional saat ini memiliki kendala dalam mengembangkannya. Kendala tersebut adalah sempitnya ruang bersaing pedagang pasar tradisional yang terbatas. Selama ini pasar tradisional

24

dianggap memiliki keunggulan dalam memberikan harga relatif lebih rendah untuk banyak komoditas. Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya ritel modern yang memiliki skala ekonomis cukup luas dan akses langsung terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok penjualan. Ritel modern saat ini mampu menawarkan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan pasar tradisional untuk beberapa komoditi tertentu sehingga keunggulan biaya rendah pedagang tradisional saat ini mulai tersisih. Oleh karena itu, untuk mempertahankan eksistensi dan meningkatkan potensi pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi rakyat kecil, diperlukan sebuah model pengembangan pasar tradisional, dimana pemerintah berperan sebagai pengatur alokasi peran para stakeholders dan penyusun regulasi. Regulasi mengenai pasar tradisional dan ritel modern mengatur tentang pembagian zona usaha sudah ada namun belum bisa dilaksanakan sepenuhnya.

Dokumen terkait