• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam yang diberikan berpengaruh nyata dan mempunyai karakteristik pertumbuhan yang berbeda-beda pada masing-masing peubah amatan.

Tinggi Bibit

Data pengamatan tinggi bibit 14 MST dapat dilihat pada Lampiran 4.Sidik ragam pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit.Rataan tinggi bibit 14 MST dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Tinggi bibit kelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam

Perlakuan 14 MST

----cm----

S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 26.20a

S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00b

S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 25.00a

S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 22.17a

S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 24.83a

S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 21.07a

S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 25.20a

S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 23.07a

S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 24.33a

S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 22.33a

S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 25.17a

Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%.

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi bibit tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:50:40 yaitu 25.20 cm. Masing-masing media tanam menunjukkan karakteristik tinggi bibit yang hampir sama.

Jumlah Klorofil a

Data pengamatan tinggi bibit 13 MST dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 6-7. Hasil sidik ragam pada menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil a. Rataan jumlah klorofil a umur 14 MST dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah klorofil a kelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam

Perlakuan 14 MST

10-3 mg/g bb

S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 37.08c

S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00h

S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 24.24e

S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 6.73g

S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 9.14f

S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 23.21e

S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 10.45f

S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 39.03b

S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 39.47b

S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 45.62a

S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 31.87d

Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwajumlah klorofil a tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:20:70 yaitu sebesar 45.64 x 10-3 mg/g bb.Masing-masing media tanam menunjukkan karakteristik jumlah klorofil a yang berbeda-beda.

Jumlah Klorofil b

Data pengamatan jumlah klorofil b dapat dilihat pada Lampiran 8. Sidik ragam pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil b. Rataan jumlah klorofil b umur 14 MST dapat dilihat dalam Tabel 3 sebagai berikut.

Perlakuan 14 MST 10-3 mg/g bb

S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 0.98f

S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00i

S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 0.71g

S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 0.22h

S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 1.16e

S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 22.53a

S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 0.64g

S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 7.83b

S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 7.49c

S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 2.88d

S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 1.24e

Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa jumlah klorofil b tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:60:30 yaitu sebesar 22.53 x 10-3 mg/g bb. Masing-masing media tanam menunjukkan karakteristik jumlah klorofil a yang berbeda-beda.

Jumlah Klorofil Total

Data pengamatan jumlah klorofil total dapat dilihat pada Lampiran 10. Sidik ragam pada Lampiran 11 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil total.Rataan jumlah klorofil total umur 14 MST disajikan dalam Tabel 4.

Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah klorofil b tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:60:30 yaitu sebesar 71.81 x 10-3 mg/g bb. Masing-masing media tanam menunjukkan karakteristik jumlah klorofil a yang berbeda-beda.

Tabel 4. Jumlah klorofil total kelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam

S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 50.35d

S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00k

S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 33.04g

S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 8.41j

S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 14.09h

S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 71.81a

S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 12.51i

S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 36.69f

S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 65.44b

S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 54.43c

S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 43.99e

Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%. Bobot Kering Akar

Data pengamatan bobot kering akar dan analisis ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 12-13.Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.Rataan bobot kering akar umur 14 MST disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Bobot kering akarkelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam

Perlakuan 14 MST

----gr----

S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 0.96a

S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00g

S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 0.59bc

S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 0.38d

S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 0.51c

S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 0.52c

S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 0.23e

S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 0.22f

S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 0.28de

S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 0.30de

S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 0.63b

Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang

samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%.

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa bobot kering akar tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam ultisol tanpa campuran yaitu sebesar 0.96 gr.

Bobot Kering Tajuk

Data pengamatan bobot kering tajuk dan analisis ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 14-15.Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan media

tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.Rataan bobot kering tajuk umur 14 MST disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Bobot kering tajuk kelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam

Perlakuan 13 MST

----gr----

S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 2.83a

S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00f

S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 1.06cd

S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 0.77e

S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 2.94a

S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 0.98d

S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 1.74b

S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 0.88d

S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 2.01b

S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 2.80a

S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 1.34c

Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang

samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%.

Volume Akar

Data pengamatan volume akar dapat dilihat pada Lampiran 16.Sidik ragam pada Lampiran 17 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap volume akar.Rataan volume akar 14 MST dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Volume akar kelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam

Perlakuan 13 MST

----mm3----

S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 0.50d

S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00g

S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 1.00d

S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 2.00c

S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 1.00d

S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 1.00d

S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 0.10f

S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 0.20e

S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 2.50b

Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang

samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%.

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa bobot kering tajuk tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:80:20dan 10:70:20 yaitu masing-masing sebesar 4.00 gr. Pembahasan

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi bibit tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:50:40 yaitu 25.20 cm. Masing-masing media tanam menunjukkan karakteristik tinggi bibit yang hampir sama.

Hasil berbeda ditemukan pada peubah amatan jumlah klorofil a yang hasil tertingginya diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:20:70 yaitu sebesar 45.64 x 10-3 mg/g bb. Sedangkan untuk peubah amatan jumlah klorofil b dan total tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:60:30 yaitu sebesar 22.53 x 10-3 mg/g bb dan 71.81 x 10-3 mg/g bb(Tabel 3 dan 4). Masing-masing media tanam menunjukkan karakteristik jumlah klorofil b yang berbeda-beda.

Hasil ini menunjukkan bahwa pada komposisi madia campuran tersebut mampu mendukung pertumbuhan tanaman dan meningkatkan jumlah klorofil. Beberapa hasil penelitian menunjukkan hubungan yang sangat erat antara jumlah

yang cukup akan memicu laju pembentukan khlorofil. Brown (2000) juga menemukan hubungan linier positif antara ketersediaan hara dengan kandungan khlorofil, jika hara itu cukup maka pembentukan khlorofil akan meningkat.

Menurut Nurjen et al., (2002), jika fotosintesis berlangsung dengan baik, maka tanaman akan tumbuh dengan baik yang diikuti oleh berat kering tanaman yang mencerminkan status nutrisi tanaman, karena berat kering tanaman tersebut tergantung pada aktifitas sel, ukuran sel dan kualitas sel penyusun tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot kering akar tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam ultisol tanpa campuran yaitu sebesar 0.96 gr. Hal ini diduga karena tops soil kebun yang tegolong subur (Lampiran 18). Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa top soil yang digunakan mengandung P yang sangat tinggi yang kemudian mampu memicu pertumbuhan akar yang baik. Umumnya manajemen kebun yang menerapkan oleh PTPN III khususnya Kebun Bangun adalah kegiatan pemeliharaan berupa peletakan TKKS kembali ke areal kebun turut membantu mengembalikan unsur hara dalam tanah dan menjaga kesuburan. Menurut Marsono (2001), Fosfor berguna bagi tanaman untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, membantu asimilasi dan respirasi, mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah. Bobot kering tajuk tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:70:20 yaitu sebesar 2.94 gr yang secara statistik berbeda tidak nyata terhadap media tanam ultisol tanpa campuran dan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:20:70 yaitu masing-masing 2.83 gr dan 2.80 gr.

Menurut Suraya (2002) dalam Anjarsary dkk. (2007), bobot kering tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman. Nilai bobot kering tanaman yang tinggi menunjukkan terjadinya peningkatan proses fotosintesis karena unsur hara yang diperlukan cukup tersedia. Hal tersebut berhubungan dengan hasil fotosintat yang ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman untuk pertumbuhan tanaman, sehingga memberikan pengaruh yang nyata pada biomassa tanaman. Kandungan Nitrogen yang tinggi akan memacu pertumbuhan ujung tanaman sedangkan N yang terbatas akan memacu pertumbuhan akar (Engelstad, 1997).

Hasil penelitian menunjukkan bahwavolume akar tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:80:20 dan 10:70:20 yaitu sebesar 4.00 gr.Hasil ini menunjukkan bahwa pada komposisi media dengan jumlah sludge yang terbesar (70-80) mampu memberikan ruang yang cukup bagi pertumbuhan akar tanaman.

Media tanam campuran sludge dapat digunakan sebagai media tanam, akan tetapi dalam bentuk campuran. Jika sludge digunakan sendiri maka tanaman mengalami hambatan pertumbuhan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan sludge sebagai media tunggal menyebabkan kematian pada kecambah yang ditanam. Hal ini didua karena sludge merupakan limbah cair hasil samping pengolahan TBS yang masih mengandung minyak dan tinggi kadar airnya. Hal ini didua yang menyebabkan kecambah menjadi busuk dan mati.

Dokumen terkait