• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam gabungan (Lampiran 6-50) diketahui bahwa pengaruh dari lokasi berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman 5 MST, jumlah cabang produktif, bobot kering tajuk, bobot kering akar, total luas daun, total klorofil daun, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, produksi per tanaman, bobot 100 biji, volume akar, dan derajat infeksi. Perlakuan aplikasi Asam askorbat berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman 5 MST, jumlah cabang produktif, bobot kering tajuk, bobot kering akar, total luas daun, total klorofil daun, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, produksi pertanaman, volume akar, dan derajat infeksi. Pemberian isolat Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST, jumlah cabang produktif, bobot kering tajuk, bobot kering akar, total luas daun, total klorofil daun, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, produksi per tanaman, bobot 100 biji, volume akar, dan derajat infeksi. Interaksi antara pengaruh lokasi dengan aplikasi Asam Askorbat berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, total klorofil daun, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, produksi per tanaman, volume akar, dan derajat infeksi. Interaksi antara pengaruh lokasi dengan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST, jumlah cabang produktif, bobot kering tajuk, bobot kering akar, total luas daun, total klorofil daun, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, produksi per tanaman, bobot 100 biji, volume akar, derajat infeksi. Interaksi antara aplikasi Asam Askorbat dengan

isolat FMA berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST, jumlah cabang produktif, bobot kering tajuk, bobot kering akar, total luas daun, total klorofil daun, jumlah polong hampa per tanaman, bobot 100 biji, volume akar, dan derajat infeksi. Interaksi antara pengaruh lokasi, aplikasi asam askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST, jumlah cabang produktif, bobot kering tajuk, bobot kering akar, total luas daun, total klorofil daun, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, produksi per tanaman, bobot 100 biji, volume akar, dan derajat infeksi.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 6-17), diketahui bahwa interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST. Interaksi antara pengaruh lokasi dan aplikasi Asam Askorbat berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi pengaruh lokasi dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST. Interaksi aplikasi Asam Askorbat dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST.

Rataan tinggi tanaman 5 MST pada interaksi lokasi 1 dan 2 dengan aplikasi Asam Askorbat dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai 5 MST dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Tinggi Tanaman Minggu FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm) L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0(Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0 (Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - - - - - cm - - - - M0 37,20 h 38,64 g 26,67 o 26,62 o M1 39,80 f 40,66 ef 27,43 n 26,24 o 5 MST M2 40,19 f 41,59 c 27,84 mn 28,88 ijk M3 40,94 de 42,37 b 28,40 km 29,01 ijk M4 41,38 cd 42,87 b 28,53 k 29,21 ij M5 41,55 c 43,99 a 28,73 jk 29,45 i Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak

nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa dengan aplikasi Asam Askorbat memiliki pertumbuhan tinggi tanaman lebih baik dibandingkan tanpa aplikasi. Pada perlakuan isolat FMA, tinggi tanaman tertinggi untuk lokasi satu dan dua adalah pada FMA tipe 5 dan terendah untuk lokasi satu pada perlakuan kontrol sedangkan pada lokasi dua pada FMA tipe 1. Untuk perbedaan lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi dua.

Kombinasi perlakuan terbaik diperoleh pada L1A1M5 (5 MST) (lokasi 1 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5) yang menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yakni 43,99 cm dan terendah pada L2A1M1 (lokasi 2 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 1) yakni 26,24 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya

Jumlah Cabang Produktif

Dari data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 18-20), diketahui bahwa pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat dan isolat Fungi Mikoriza

Arbuskular berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif. Interaksi dari tiap perlakuan maupun interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif.

Rataan jumlah cabang produktif pada interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah cabang produktif kedelai dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat, dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Jumlah Cabang Produktif

FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm) L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0(Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0 (Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - - cabang - - -

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari hasil Tabel 2 diketahui bahwa jumlah cabang produktif tertinggi yaitu dengan aplikasi Asam Askorbat dan terendah tanpa aplikasi. Pada perlakuan isolat FMA, jumlah cabang produktif tertinggi adalah pada FMA tipe 5 dan terendah pada perlakuan kontrol. Untuk perbedaan lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki jumlah cabang produktif yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi dua. Kombinasi perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan L1A1M5 (lokasi 1 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5) yakni

M0 (kontrol) 3,73 i 3,93 g 2,53 p 2,73 n M1 (Tipe 1) 3,73 i 4,07 e 2,67 o 2,87 m M2 (Tipe 2) 3,87 h 4,27 c 2,67 o 2,93 l M3 (Tipe 3) 3,93 g 4,33 b 2,80 n 3,00 l M4 (Tipe 4) 4,00 f 4,33 b 2,87 m 3,20 k M5 (Tipe 5) 4,13 d 4,53 a 2,87 m 3,33 j

4,53 cabang dan terendah pada L2A0M0 (lokasi 2 tanpa aplikasi Asam Askorbat dan kontrol) yakni 2,53 helai yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Bobot Kering Tajuk

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 21-23), diketahui bahwa pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Interaksi dari tiap perlakuan maupun interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolate FMA berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.

Rataan bobot kering tajuk pada interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolate FMA berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot kering tajuk kedelai dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat, dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Bobot Kering Tajuk

FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm) L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0(Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0(Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - - g - - - - - -

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Aplikasi Asam Askorbat meningkatkan bobot kering tajuk dibandingkan dengan tanpa pemberian (Tabel 3). Pada perlakuan isolat FMA, bobot kering tajuk tertinggi pada lokasi satu adalah pada FMA tipe 5 dan 4 dan yang terendah pada M0 (kontrol) 5,69 hi 7,47 ef 4,26 o 4,54 n M1 (Tipe 1) 6,82 g 7,85 cd 4,62 mn 5,42 ij M2 (Tipe 2) 7,23 f 8,08 bc 4,82 lm 5,51 i M3 (Tipe 3) 7,36 f 8,30 ab 5,07 kl 5,66 i M4 (Tipe 4) 7,69 de 8,45 a 5,15 jk 5,68 hi M5 (Tipe 5) 7,68 de 8,45 a 5,20 jk 5,94 h

perlakuan kontrol sedangkan untuk lokasi dua yang tertinggi yaitu pada FMA tipe 5 dan terendah pada perlakuan kontrol. Untuk perbedaan lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki bobot kering tajuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi dua. Kombinasi perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan L1A1M5 dan L1A1M4 (lokasi 1 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5 dan tipe 4) yakni 8,45 gram dan terendah pada L2A0M0 (lokasi 2 tanpa aplikasi Asam Askorbat dan kontrol) yakni 4,26 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Bobot Kering Akar

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 24-26), diketahui bahwa pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Interaksi dari pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.

Rataan bobot kering akar pada interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot kering akar kedelai dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat, dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Bobot Kering Akar FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm)

L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0(Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0(Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - g - - - - - -

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bobot kering akar tertinggi terdapat pada aplikasi Asam Askorbat dan terendah yaitu tanpa aplikasi. Pada perlakuan isolat FMA, bobot kering akar tertinggi adalah pada FMA tipe 5 dan terendah pada perlakuan kontrol. Untuk perbedaan lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki bobot kering akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi dua. Kombinasi perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan L1A1M5 dan L1A1M4 (lokasi 1 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5 dan tipe 4) yakni 1,67 gram dan 1,61 gram dan 1,61 gram dan terendah pada L2A0M0 (lokasi 2 tanpa aplikasi Asam Askorbat dan kontrol) yakni 0,37 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Total Luas Daun

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 27-29), diketahui bahwa pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap total luas daun. Interaksi dari pengaruh lokasi, M0 (kontrol) 0,90 f 1,07 e 0,37 m 0,49 kl M1 (Tipe 1) 1,07 e 1,25 d 0,46 l 0,68 i M2 (Tipe 2) 1,18 d 1,48 b 0,51 jkl 0,76 h M3 (Tipe 3) 1,21 d 1,51 b 0,55 jk 0,79 gh M4 (Tipe 4) 1,24 d 1,61 a 0,56 jk 0,81 gh M5 (Tipe 5) 1,33 c 1,67 a 0,59 j 0,86 fg

aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap total luas daun.

Rataan total luas daun pada interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap total luas daun dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Total luas daun kedelai dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat, dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Total Luas Daun

FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm) L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0 (Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0(Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - cm2 - - -

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Pada Tabel 5 diketahui bahwa pemberian Asam Askorbat dapat meningkatkan total luas daun daripada tanpa aplikasi. Pada perlakuan isolat FMA, total luas daun tertinggi adalah pada FMA tipe 5 dan yang terendah pada perlakuan kontrol. Untuk perbedaan lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki total luas daun tertinggi dan terendah pada lokasi dua. Kombinasi perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan L1A1M5 (lokasi 1 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5) yakni 916,92 cm2 dan terendah pada L2A0M0 (lokasi 2 tanpa aplikasi Asam Askorbat dan kontrol) yakni 328,84 cm2. M0 (kontrol) 685,62 k 743,00 j 328,84 t 350,50 rs M1 (Tipe 1) 748,79 i 774,97 h 348,01 s 372,67 o M2 (Tipe 2) 746,62 ij 790,98 f 350,37 rs 376,26 o M3 (Tipe 3) 786,37 g 832,19 d 353,57 r 382,23 n M4 (Tipe 4) 811,89 e 859,52 c 358,13 q 392, 06 m M5 (Tipe 5) 866,60 b 916,92 a 365,04 p 412,23 l

Total Klorofil Daun

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 30-32), diketahui bahwa pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap total klorofil daun. Interaksi dari setiap perlakuan maupun dari pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap total klorofil daun.

Rataan total klorofil daun pada interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap total klorofil daun dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Total klorofil daun kedelai dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat, dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Total Klorofil Daun FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm) L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0(Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0(Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - g/ml - - -

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 6 diketahui bahwa total klorofil daun tertinggi yaitu dengan aplikasi Asam Askorbat dan terendah yaitu tanpa aplikasi. Pada perlakuan isolat FMA, total klorofil daun tertinggi adalah pada FMA tipe 5 dan yang terendah pada perlakuan kontrol. Untuk perbedaan lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki total klorofil daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi dua. Kombinasi perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan L1A1M5 (lokasi 1 M0 (kontrol) 2,97 j 3,25 hi 2,05 p 2,22 o M1 (Tipe 1) 3,18 i 3,56 e 2,20 o 2,35 n M2 (Tipe 2) 3,27 gh 3,76 d 2,32 n 2,41 mn M3 (Tipe 3) 3,35 g 4,02 c 2,38 mn 2,46 lm M4 (Tipe 4) 3,45 f 4,19 b 2,44 lmn 2,50 l M5 (Tipe 5) 3,54 e 4,41 a 2,52 l 2,62 k

dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5) yakni 4,41 g/ml dan terendah pada L2A0M0 (lokasi 2 tanpa aplikasi Asam Askorbat dan kontrol) yakni 2,05 g/ml yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Jumlah Polong Berisi Per Tanaman

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 33-35), diketahui bahwa pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi. Interaksi dari pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi.

Rataan jumlah polong berisi pada interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah polong berisi kedelai per tanaman dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat, dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Jumlah Polong Berisi per Tanaman

FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm) L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0(Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0(Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - polong - - -

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari hasil tabel 7 menunjukkan bahwa dengan aplikasi Asam Askorbat menghasilkan jumlah polong berisi tertinggi dan terendah yaitu tanpa aplikasi. Pada perlakuan isolat FMA, jumlah polong berisi tertinggi adalah pada FMA tipe

M0 (kontrol) 27,00 h 29,40 g 6,47 j 7,00 ij M1 (Tipe 1) 33,60 f 37,93 cd 7,13 ij 7,87 ij M2 (Tipe 2) 35,13 ef 39,27 bc 7,67 ij 8,33 ij M3 (Tipe 3) 36,60 de 40,93 ab 7,67 ij 8,60 ij M4 (Tipe 4) 37,00 de 41,07 ab 7,80 ij 9,27 i M5 (Tipe 5) 36,47 de 41,60 a 7,73 ij 9,40 i

5 dan terendah pada perlakuan kontrol. Untuk perbedaan lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki jumlah polong berisi tertinggi dibandingkan dengan lokasi dua. Kombinasi perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan L1A1M5 (lokasi 1 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5) yakni 41,60 polong dan terendah pada L2A0M0 (lokasi 2 tanpa aplikasi Asam Askorbat dan kontrol) yakni 6,47 polong yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Jumlah Polong Hampa Per Tanaman

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 36-38), diketahui bahwa pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap jumlah polong hampa. Interaksi dari setiap perlakuan maupun dari pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap jumlah polong hampa.

Rataan jumlah polong hampa pada interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap jumlah polong hampa dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah polong hampa kedelai per tanaman dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat, dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Jumlah Polong Hampa per Tanaman

FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm) L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0(Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0(Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - polong - - -

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

M0 (kontrol) 2,53 c 2,00 g 2,67 a 2,47 cd M1 (Tipe 1) 2,33 e 1,67 h 2,60 b 2,47 cd M2 (Tipe 2) 2,20 f 1,53 i 2,60 b 2,40 de M3 (Tipe 3) 2,07 g 1,40 j 2,53 c 2,33 e M4 (Tipe 4) 2,00 g 1,33 j 2,53 c 2,33 e M5 (Tipe 5) 1,93 g 1,33 j 2,53 c 2,20 f

Dari Tabel 8 jumlah polong hampa yang terendah terdapat pada perlakuan aplikasi Asam Askorbat dan tertinggi yaitu tanpa aplikasi. Pada perlakuan isolat FMA, jumlah polong hampa terendah pada lokasi satu adalah pada FMA tipe 5 dan 4 dan yang tertinggi pada perlakuan kontrol sedangkan untuk lokasi dua yang terendah yaitu pada FMA tipe 5 dan tertinggi pada perlakuan kontrol. Untuk perbedaan lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki jumlah polong hampa yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi dua. Kombinasi perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan L1A1M5 dan L1A1M5 (lokasi 1 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5 dan 4) yakni 1,33 polong dan terbanyak pada L2A0M0 (lokasi 2 tanpa aplikasi Asam Askorbat dan kontrol) yakni 2,67 polong yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Produksi Per Tanaman

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 39-41), diketahui bahwa pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap bobot produksi per tanaman. Interaksi dari pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap produksi pertanaman.

Rataan bobot produksi per tanaman pada interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap bobot produksi per tamanan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Bobot produksi kedelai per tanaman dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat, dan isolat Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Bobot Produksi per Tanaman

FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm) L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0(Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0(Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - g - - -

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bobot produksi per tanaman meningkat dengan aplikasi Asam Askorbat daripada tanpa aplikasi. Pada perlakuan isolat FMA, bobot produksi per tanaman tertinggi adalah pada FMA tipe dan terendah pada perlakuan kontrol. Untuk perbedaan lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki bobot produksi per tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi dua. Kombinasi perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan L1A1M5 (lokasi 1 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5) yakni 15,08 gr dan terendah pada L2A0M0 (lokasi 2 tanpa aplikasi Asam Askorbat dan kontrol) yakni 1,27 gr yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Bobot 100 Biji

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 42-44), diketahui bahwa pengaruh lokasi dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap bobot produksi per tanaman. Interaksi dari pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji.

M0 (kontrol) 9,64 h 10,59 g 1,27 j 1,66 ij M1 (Tipe 1) 12,09 f 13,58 cd 1,50 ij 1,75 ij M2 (Tipe 2) 12,64 ef 14,17 bc 1,68 ij 1,81 ij M3 (Tipe 3) 13,29 de 14,58 ab 1,90 ij 1,99 ij M4 (Tipe 4) 13,33 de 14, 86 ab 1,77 ij 2,10 ij M5 (Tipe 5) 13,17 de 15,08 a 1,80 ij 2,19 i

Rataan bobot 100 biji per tanaman pada interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Bobot 100 biji kedelai dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat, dan isolate Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Bobot 100 biji

FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm)

L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0(Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0(Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - g - - -

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Hasil dari Tabel 10 diketahui bahwa dengan aplikasi Asam Askorbat menunjukkan bobot 100 biji tertinggi dan terendah yaitu tanpa aplikasi. Pada perlakuan isolat FMA, bobot 100 biji tertinggi adalah pada FMA tipe 5 dan terendah untuk lokasi satu yaitu pada perlakuan kontrol dan lokasi dua pada perlakuan FMA tipe 3. Untuk perbedaan lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki bobot kering tajuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi dua. Kombinasi perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan L1A1M5 (lokasi 1 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5) yakni 18,01 gr dan terendah pada L2A0M3 (lokasi 2 tanpa aplikasi Asam Askorbat dan FMA tipe 3) yakni 10,72 gr yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

M0 (kontrol) 17,67 e 17,84 d 10,91 m 11,18 k M1 (Tipe 1) 17,85 d 17,87 cd 11,04 l 11,72 i M2 (Tipe 2) 17,87 cd 17,90 bcd 11,52 j 11,78 hi M3 (Tipe 3) 17,94 abc 17,97 ab 11,53 j 10,72 n M4 (Tipe 4) 17,88 cd 17,97 ab 12,22 f 11,96 g M5 (Tipe 5) 17,94 abc 18,01 a 11,82 h 12,14 f

Volume Akar

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 45-47), diketahui bahwa pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap volume akar. Interaksi dari setiap perlakuan maupun dari pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap volume akar.

Rataan volume akar pada interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap volume akar dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Volume akar kedelai dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat, dan isolate Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Volume Akar

FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm)

L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0(Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0(Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - ml - - -

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Volume akar tertinggi terdapat pada perlakuan aplikasi Asam Askorbat dan terendah yaitu tanpa aplikasi (Tabel 11). Pada perlakuan isolat FMA, volume akar tertinggi pada lokasi satu adalah pada FMA tipe 5 dan terendah pada perlakuan kontrol. Untuk perbedaan lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki volume akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi dua.

M0 (kontrol) 1,49 g 1,57 f 1,19 o 1,29 mn M1 (Tipe 1) 1,56 f 1,66 de 1,28 n 1,30 lmn M2 (Tipe 2) 1,63 e 1,70 c 1,32 klm 1,35 ijk M3 (Tipe 3) 1,68 cd 1,74 b 1,33 jkl 1,36 hij M4 (Tipe 4) 1,66 de 1,80 a 1,34 ijk 1,37 hi M5 (Tipe 5) 1,69 c 1,81 a 1,34 ijk 1,39 h

Kombinasi perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan L1A1M5 dan L1A1M4 (lokasi 1 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5 dan tipe 4) yakni 1,81 ml dan 1,80 ml dan terendah pada L2A0M0 (lokasi 2 tanpa aplikasi Asam Askorbat dan kontrol) yakni 1,19 ml yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Derajat Infeksi (%)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 48-50), diketahui bahwa pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi. Interaksi dari setiap perlakuan maupun dari pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi.

Rataan derajat infeksi pada interaksi pengaruh lokasi, aplikasi Asam Askorbat, dan isolat FMA berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Derajat infeksi kedelai dengan perlakuan aplikasi Asam Askorbat, dan isolate Fungi Mikoriza Arbuskular pada dua lokasi

Derajat Infeksi

FMA

Tingkat Salinitas Tanah (mmhos/cm)

L1 (4-5 mmhos/cm) L2 (6-7 mmhos/cm) A0(Tanpa Aplikasi) A1(Aplikasi Askorbat) A0(Tanpa Aplikasi) A1 (Aplikasi Askorbat) - - - -%- - -

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

M0 (kontrol) 32,78 jk 33,65 j 27,78 l 30,11 kl M1 (Tipe 1) 44,44 h 48,78 g 30,67 k 39,67 i M2 (Tipe 2) 52,89 f 55,33 ef 34,89 j 40,33 i M3 (Tipe 3) 56,78 e 66,44 c 38,00 i 47,44 g M4 (Tipe 4) 63,67 d 70,67 b 39,44 i 53,44 f M5 (Tipe 5) 70,22 b 74,56 a 44,33 h 53,56 f

Dari Tabel 12 diketahui bahwa dengan aplikasi Asam Askorbat dapat meningkatkan derajat infeksi dibandingkan tanpa aplikasi. Pada perlakuan isolat FMA, bobot kering tajuk derajat infeksi tertinggi adalah pada FMA tipe 5 dan terendah pada perlakuan kontrol. Untuk perbedaan Lokasi menunjukkan bahwa pada lokasi satu memiliki derajat infeksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi dua. Kombinasi perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan L1A1M5 (lokasi 1 dengan aplikasi Asam Askorbat dan Isolat FMA tipe 5) yakni 74,56 % dan terendah pada L2A0M0 (lokasi 2 tanpa aplikasi Asam Askorbat dan kontrol) yakni 27,78 % yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Pembahasan

Pengaruh lokasi yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max L. Merill.) di tanah salin

Pada tabel 1 menunjukkan tinggi tanaman kedelai yang berbeda antara lokasi satu dan lokasi dua. Pada lokasi kedua (L2) memiliki tingkat salinitas yang lebih tinggi sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan lokasi pertama (L1) yang lebih rendah. Kadar garam pada jumlah tertentu mempunyai dampak bagi pertumbuhan tanaman. Kadar garam yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang dapat mendesak pengaruh

Dokumen terkait