• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1.Hasil

4.1.1. Isolasi bakteri dari tanah tempat pembuangan sampah akhir Tabel 4.1 Jenis dan Karakteristik Bakteri Hasil Isolasi dari Tanah Tempat

Pembuangan Sampah Akhir

Sp1 Sp2 Sp3 Sp4

Warna Putih susu Putih

kekuningan Putih susu Kuning Bentuk

Koloni Circular Circular Circular Circular Tepi Koloni Undulate Entire Entire Entire

Elevasi Flat Convex Convex Convex

Jenis Bakteri Gram (-) Gram (-) Gram (-) Gram (+) Bentuk

4.1.2. Data Hasil Pupuk Organik Cair dan Analisa Kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor, dan Kalium dari Pupuk Organik Cair yang Dihasilkan dari Limbah Sayur Pasar Pagi dengan Menggunakan Bakteri yang Diisolasi dari Tanah Tempat Pembuangan Sampah Akhir

Tabel 4.2. Pengujian Kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor, dan Kalium dari Pupuk Organik Cair No. Limbah sayur (kg) Waktu (minggu) Volume starter (mL) Pupuk cair (l) Kadar C- Organik (%) Kadar N (%) Kadar P (%) Kadar K (%) 1. 1,5 1 300 1,495 0,5478 0,5406 0,0507 0,3234 2. 1,5 2 300 1,515 0,5534 0,5554 0,0639 0,4721 3. 1,5 3 300 1,590 0,5631 0,5612 0,0741 0,5162 4. 1,5 3 0 1,163 0,5345 0,5027 0,0376 0,1352 Standart SNI 19-7030-2004 1,25 0,40 0,10 0,20

4.1.3. Data Hasil Pengujian Pupuk Organik terhadap tanaman sawi

Tabel 4.3. Data Hasil Pengujian Pupuk Organik Cair terhadap Tanaman Sawi Meliputi Panjang Batang Daun dan Lebar Daun

No. Pupuk Jumlah daun

Panjang batang daun rata-rata (cm) Lebar daun rata-rata (cm) 1. Pupuk Organik 5 24,1 7,3 2. Pupuk Anorganik 7 26,52 7,2 3. Tanpa Pupuk 5 23,1 6,9

4.2. Pembahasan

4.2.1. Isolasi Bakteri dari Tanah Tempat Pembuangan Sampah Akhir

Dari proses isolasi bakteri dari tanah tempat pembuangan akhir, ditemukan 4 spesies bakteri yang berbeda warna, tipe koloni dan elevasi. Ke empat bakteri tersebut diberi nama Spesies 1 (Sp 1), Spesies 2 (Sp 2), Spesies 3 (Sp 3) dan Spesies 4 (Sp 4). Hal ini dikarenakan tidak dapat diketahui nama spesifik bakteri tersebut dengan pengamatan terhadap wujud nya saja. Ke empat spesies bakteri tersebut termasuk kedalam jenis bakteri mesofil sehingga dikembangbiakkan pada suhu 30-31 oC.

4.2.2. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Sayur Pasar Pagi dengan Menggunakan Bakteri yang Di Isolasi dari Tanah Tempat Pembuangan Sampah Akhir

Dari hasil uji potensial keempat spesies bakteri hasil isolasi, ditemukan bahwa bakteri sp3 paling potensial dalam mendegradasi karbohidrat, protein dan lemak. Sehingga bakteri sp3 yang digunakan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik cair.

Pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan starter bakteri lebih efektif dibandingkan dengan pembuatan pupuk organik cair tanpa menggunakan starter bakteri. Pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan starter bakteri sudah memberikan hasil yang optimal dalam waktu 1 minggu, dengan volume pupuk 1,495 L dari 1,5 kg limbah sayur. Sedangkan pembuatan pupuk organik cair tanpa menggunakan starter bakteri membutuhkan waktu 3 minggu untuk mendapatkan hasil yang optimal, yaitu dengan volume pupuk 1,163 L dari 1,5 kg limbah sayur.

Bakteri merupakan mikroorganisme yang berperan penting dalam penguraian bahan- bahan organik menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana, dimana senyawa- senyawa tersebut merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhannya. Penggunaan starter bakteri dalam pembuatan pupuk organik cair mempercepat proses penguraian limbah sayur sehingga dapat memberikan hasil yang

optimal hanya dalam waktu 1 minggu, sedangkan pembuatan pupuk organik cair tanpa menggunakan starter bakteri kurang efektif karena membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan hasil yang optimal.

4.2.3. Analisa Kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium dari Pupuk Organik Cair

Pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengomposan, maka kadar C- Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium dari Pupuk Organik Cair yang dihasilkan dengan menggunakan bakteri mengalami peningkatan. Dalam minggu pertama pengomposan, kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium dari Pupuk Organik Cair yaitu 0,5478 %, 0,5406%, 0,0507% dan 0,3234%. Sedangkan dengan proses pengomposan selama 2 minggu, kadar C-organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium yang didapat yaitu 0,5534%, 0,5554%, 0,0639% dan 0,4721%. Dan proses pengomposan dengan waktu 3 minggu, kadar C-Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium yang didapat yaitu 0,5631%, 0,5612%, 0,0741% dan 0,5162%.

Pupuk organik cair dari limbah sayur pasar pagi di dominasi oleh limbah sayuran kubis dan sawi. Limbah dari kedua jenis sayuran tersebut paling banyak ditemukan di pasar pagi. Kandungan unsur-unsur N,P, K dari pupuk organik yang dihasilkan berasal dari limbah sayur tersebut. Sayur kubis memiliki kandungan protein 0,2 %, dimana protein tersebut sebagai penyumbang unsur nitrogen dalam pupuk organik cair yang dihasilkan. Sayur kubis juga memiliki kandungan unsur Posfor 0,00026 % dan unsur Kalium 0,053%. Sayur sawi memiliki kandungan protein 0,25 %, kandungan unsur Posfor 0,0037%, dan kandungan unsur Kalium 0,067 %.

Bakteri merupakan mikroorganisme yang berperan penting dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. Bakteri membantu proses penguraian bahan-bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana, dimana senyawa-senyawa sederhana tersebut seperti Nitrogen, Kalium, Posfor dan C-Organik sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Penggunaan bakteri dalam pembuatan pupuk menjadikan waktu

fermentasi menjadi lebih efisien karena dapat menghasilkan hasil yang optimal dalam waktu yang relatif singkat. Semakin lama waktu fermentasi maka proses dekomposisi senyawa organik menjadi semakin sempurna. Kadar unsur-unsur seperti Nitrogen, Kalium, Posfor dan C-Organik yang dibutuhkan oleh tanaman akan semakin meningkat pula seiring semakin lama nya waktu fermentasi.

Pembuatan pupuk organik cair tanpa menggunakan bakteri kurang efektif. Proses fermentasi membutuhkan waktu 3 minggu untuk mendapatkan hasil yang optimal dan kadar unsur Nitogen, Kalium, Posfor dan C-Organik juga lebih rendah dibandingkan dengan pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan bakteri. Analisa kadar C- Organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium dari Pupuk Organik Cair yang dihasilkan tanpa menggunakan bakteri, didapatkan hasil yaitu 0,5345%, 0,5027%, 0,0376% dan 0,1352%. Proses fermentasi tanpa menggunakan bakteri menyebabkan proses dekomposisi yang kurang sempurna, sehingga kadar unsur-unsur tersebut juga lebih kecil dibandingkan dengan pembuatan pupuk dengan menggunakan bakteri.

4.2.4. Pengujian Pupuk Organik Cair terhadap Tanaman

Pada tabel 4.3 menunjukkan data hasil pengujian pupuk organik cair terhadap tanaman sawi, yang dibandingkan dengan tanaman sawi yang diberi pupuk anorganik dan dengan tanaman sawi yang tidak diberi pupuk. Dari data didapat bahwa tanaman sawi yang menggunakan pupuk organik cair lebih subur dibandingkan dengan tanaman sawi tanpa pemberian pupuk, dan tanaman sawi yang diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang paling baik diantara ketiganya. Hal ini disebabkan karena pupuk anorganik memiliki kadar C-organik, Nitrogen, Posfor dan Kalium yang lebih tinggi.

BAB V

Dokumen terkait