• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Parameter Fisika Kimia Perairan pada Setiap Stasiun Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, nilai yang diperoleh dari beberapa parameter fisika kimia perairan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Parameter Fisika Kimia Air pada Setiap Stasiun Penelitian di Perairan Kecamatan Pantai Labu

Parameter Stasiun I II III Fisika : Suhu (°C) 28-31 30-31 32-34 Salinitas (‰) 0-3 0-3 27-33 Kimia : DO (mg/l) 3,8-5 2,6-4 3,4-4,8 pH 6,7-7,2 6,2-6,8 6,4-7,1 BOD5 (mg/l) 1-1,6 1,5-2,4 1,2-1,8

Sedangkan hasil dari analisis substrat berupa tekstur yang diperoleh setelah dilakukan pengamatan di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4 seperti di bawah ini serta pada Lampiran 3.

Tabel 4. Hasil Analisis Substrat pada Setiap Stasiun Penelitian di Perairan Kecamatan Pantai Labu

Stasiun Titik Fraksi (%) Klasifikasi

Tekstur

Pasir Debu Liat

1 1 80,12 5,28 14,60 Lp 2 95,28 0,56 4,16 Pl 3 90,12 0,28 9,60 Pl 2 1 82,12 4,28 13,60 Lp 2 75,28 10,56 14,16 Pl 3 77,84 13,28 8,88 Pl 3 1 86,12 2,28 11,60 Pl 2 66,12 13,28 20,60 Llip 3 29,84 63,28 5,88 Llip

Keterangan :

Lp : Lempung Berpasir

Pl : Pasir Berlempung Llip : Lempung Liat Berpasir

Hasil parameter fisika yang diperoleh selanjutnya adalah pasang surut. Tipe pasang surut pada perairan Kecamatan Pantai Labu adalah termasuk tipe campuran condong harian ganda dengan nilai HW (High Water) 2,7 m dan LW (Low Water) 0,3 m. Sedangkan nilai MSL (Mean Sea Level) adalah 1,2 m. Pasang surut dapat diketahui pada Gambar 6 yang akan disajikan berikut ini.

Klasifikasi Makrozoobentos pada Setiap Stasiun Penelitian

Makrozoobentos yang diidentifikasi dalam penelitian ini (Lampiran 5) terdiri dari 5 kelas yaitu: Crustacea terdiri dari 7 spesies, Turbellaria terdiri dari 1 spesies, Bivalvia terdiri dari 3 spesies, Gastropoda terdiri dari 25 spesies, Oligochaeta terdiri dari 1 spesies seperti disajikan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Komunitas Makrozoobentos pada Setiap Stasiun Penelitian di Perairan Kecamatan Pantai Labu

Kelas Ordo Famili Genus Spesies Jumlah (individu) Kondisi St. 1 St. 2 St. 3

Crustacea Decapoda Sergestidae Acetes Acetes serrulatus - 2 - Hidup Portunidae Podophthalmus Podophthalmus

vigil

- 1 - Hidup Thalamita Thalamita crenata - - 1 Hidup Aristeidae Aristaeopsis Aristaeopsis

edwardsiana

- 9 - Hidup Gecarcinidae Cardisoma Cardisoma

hirtipes

- 2 - Hidup Cardisoma

rotundum

- 1 - Hidup Penaeidae Metapenaeus Metapenaeus

tenuipes

3 12 - Hidup Turbellaria Tricladida Planariidae Planaria Planaria sp. - - 7 Hidup Bivalvia Pteriomorpha Arcidae Anadara Anadara antiquata - - 9 Mati

Eulamellibranchia Mactridae Mactra Mactra fragilis - 4 241 Hidup Veneroida Corbiculidae Corbicula Corbicula

javanica

29 11 1 Hidup Gastropoda Sorbeoconcha Potamididae Cerithidea Cerithidea

cingulata

7 - 11 Hidup Thiaridae Faunus Faunus ater 4 - - Mati

Melanoides Melanoides torulosa

9 - - Mati Thiara Thiara scabra 18 - - Mati Ranellidae Gyrineum Gyrineum gyrinum - - 8 Mati Muricidae Murex Murex trapa - 1 - Mati Murex tribulus - 1 - Mati Pisania Pisania crocata - - 7 Mati Pisania truncata - 1 - Mati Littorinidae Nodilittorina Nodilittorina

pyramidalis

2 33 - Hidup Littorina Littorina sp. 25 1391 - Hidup Turritellidae Turritella Turritella terebra - - 1 Mati Archaeogastropoda Haliotidae Haliotis Haliotis planata 1 - - Mati Trochidae Monodonta Monodonta labio - - 1 Mati Trochus Trochus radiatus - - 1 Mati

Trochus californicum

- - 1 Mati Neotaenioglossa Cerithiidae Cerithium Cerithium

alveolum

- - 1 Mati Planaxidae Quoyia Quoyia decollata 11 71 - Hidup Strombidae Strombus Strombus

microurceus

- - 1 Mati Neritopsina Neritidae Nerita Nerita chameleon - 1 - Hidup

Nerita albicilla - 78 - Hidup Architaenioglossa Ampullariidae Pila Pila scutata 11 - - Hidup Pila ampullacea 2 - - Hidup Vetigastropoda Trochidae Tectus Tectus conus - - 1 Mati

Tectus triserialis - - 1 Mati Oligochaeta Opisthopora Opisthidae Pheretima Pheretima sp. 18 - - Hidup

Kepadatan Populasi (K) Kepadatan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran

(FK) Makrozoobentos pada Setiap Stasiun Penelitian

Hasil dari perhitungan K, KR, FK makrozoobentos yang didapat saat penelitian di stasiun 1 sampai dengan stasiun 3 dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 6. Nilai Kepadatan Populasi (ind/m²) Kepadatan Relatif (ind/m²) Frekuensi Kehadiran (%) pada Setiap Stasiun Penelitian di Perairan Kecamatan Pantai Labu

No. Jenis Stasiun

I II III K KR FK K KR FK K KR FK 1. Pheretima sp. 1,8 12,86 33,33 - - - - - - 2. Metapenaeus tenuipes 0,3 2,14 66,67 1,2 0,74 66,67 - - - 3. Quoiya decollata 1,1 7,86 100 7,1 4,40 100 - - - 4. Littorina sp. 1,6 17,86 100 139,1 85,92 100 - - - 5. Pila scutata 1,1 7,86 66,67 - - - - - - 6. Corbicula javanica 2,9 20,71 100 1,1 0,68 66,67 0,1 0,34 33,33 7. Cerithidea cingulata 0,7 5 33,33 - - - 1,1 3,75 66,67 8. Melanoides torulosa 0,9 6,43 66,67 - - - - - - 9. Pila ampullacea 0,2 1,43 66,67 - - - - - - 10. Nodilittorina pyramidalis 0,2 1,43 33,33 3,3 2,04 100 - - - 11. Faunus ater 0,4 2,86 66,67 - - - - - - 12. Thiara scabra 1,8 12,86 100 - - - - - - 13. Haliotis planata 0,1 0,71 33,33 - - - - - - 14. Plesipenaeus edwardsianus - - - 0,9 0,55 33,33 - - - 15. Nerita chameleon - - - 0,1 0,06 33,33 - - - 16. Nerita albicilla - - - 7,8 4,82 100 - - - 17. Mactra fragilis - - - 0,4 0,25 66,67 24,1 82,25 100 18. Podopthalmus vigil - - - 0,1 0,06 33,33 - - - 19. Cardisoma hirtipes - - - 0,2 0,12 33,33 - - - 20. Cardisom rotundum - - - 0,1 0,06 33,33 - - - 21 Acetes serrulatus - - - 0,2 0,12 33,33 - - - 22. Murex tribulus - - - 0,1 0,06 33,33 - - - 23. Pisania truncata - - - 0,1 0,06 33,33 - - - 24. Murex trapa - - - 0,1 0,06 33,33 - - - 25. Gyrineum gyrinum - - - - - - 0,8 2,73 100 26. Anadara antiquata - - - - - - 0,9 3,07 100 27. Trochus californicum - - - - - - 0,1 0,34 33,33 28. Trochus radiatus - - - - - - 0,1 0,34 33,33 29. Pisania crocata - - - - - - 0,7 2,40 66,67 30. Cerithium alveolum - - - - - - 0,1 0,34 33,33 31. Turritella terebra - - - - - - 0,1 0,34 33,33 32. Thalamita crenata - - - - - - 0,1 0,34 33,33 33. Planaria sp. - - - - - - 0,7 2,39 33,33 34. Monodonta labio - - - - - - 0,1 0,34 33,33 35. Strombus microurieus - - - - - - 0,1 0,34 33,33 36. Tectus triserialis - - - - - - 0,1 0,34 33,33 37. Tectus conus - - - - - - 0,1 0,34 33,33 Total 13 100 162 100 29 100

Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dan Indeks Keseragaman

(E’) Makrozoobentos pada Setiap Stasiun Penelitian

Hasil dari perhitungan H’ dan E’ makrozoobentos yang didapat saat penelitian di stasiun 1 sampai dengan stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut serta contoh perhitungan disajikan pada Lampiran 6.

Gambar 7. Diagram Nilai H’ dan E’ pada Setiap Stasiun Penelitian di Perairan Kecamatan Pantai Labu

Analisis Komunitas (IS) pada Setiap Stasiun Penelitian

Hasil dari perhitungan IS (Indeks Sorensen) makrozoobentos yang didapat saat penelitian di stasiun 1 sampai dengan stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini, contoh perhitungan pada Lampiran 6.

Gambar 8. Diagram Nilai IS pada Setiap Stasiun Penelitian di Perairan Kecamatan Pantai Labu

2.215 0.636 0.826 0.863 0.229 0.297 0 0.5 1 1.5 2 2.5

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

H' E' 30.77% 35.71% 32.00% 28.00% 30.00% 32.00% 34.00% 36.00% 38.00%

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Analisis Hubungan Keanekaragaman Makrozoobentos dengan Kualitas

Perairan pada Setiap Stasiun Penelitian

Hubungan nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos dengan nilai beberapa parameter fisika kimia air yang telah diuji korelasi Pearson melalui SPSS 21.0 diketahui pada Tabel 7 yang akan disajikan berikut.

Tabel 7. Analisis Korelasi Indeks Keanakearagaman Makrozoobentos dengan Kualitas Air pada Stasiun Penelitian di Perairan Kecamatan Pantai Labu

Parameter R Korelasi Suhu -0.429 Lemah Salinitas -0.404 Lemah DO 0.856 Kuat pH 0.977 Kuat BOD5 -0.856 Lemah

Hubungan Jenis Tekstur Substrat Perairan dengan Dominansi

Makrozoobentos pada Setiap Stasiun Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hubungan jenis tekstur substrat dengan dominansi makrozoobentos pada setiap stasiun penelitian ditampilkan pada Gambar 9. Nilai dominansi makrozoobentos yang digunakan adalah persentase kerapatan relatif setiap stasiun penelitian yang dihubungkan dengan jenis tekstur substrat dasar perairan setiap titik pada lokasi stasiun penelitian.

Gambar 9. Peta Hubungan Persentase Makrozoobentos dengan Tekstur Substrat pada Setiap Stasiun Penelitian di Perairan Kecamatan Pantai Labu

Indeks Pencemaran (IP) pada Setiap Stasiun Penelitian

Nilai IP yang diperoleh dari perhitungan KepMenLH No. 115 Tahun 2003 menggunakan parameter fisika kimia berupa DO, pH, BOD5, salinitas serta suhu. Dari perhitungan yang telah dilakukan hasil IP pada setiap stasiun penelitian dapat diketahui pada Tabel 8 di bawah ini, contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 8. Hasil Indeks Pencemaran (IP) pada Setiap Stasiun penelitian di Perairan Kecamatan Pantai Labu

Stasiun Nilai Indeks Pencemaran Evaluasi

1 0,855 Kondisi Baik

2 0,967 Kondisi Baik

3 1,005 Cemar Ringan

Pembahasan

Parameter Fisika Kimia Perairan pada Setiap Stasiun Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, suhu yang paling tinggi adalah pada stasiun 3 yang berkisar antara 32-34°C. Hal ini disebabkan pada saat pengukuran di stasiun 3 dilakukan pada siang hari, sedangkan pada stasiun 1 berkisar antara 28-31°C dilakukan pada pagi dan stasiun 2 berkisar antara 30-31°C sore hari. Selain itu karena stasiun 3 merupakan pantai, stasiun 2 merupakan pertengahan badan sungai sedangkan stasiun 1 lebih menuju hulu sungai sehingga fluktuasi nilai suhu berbeda. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Barus (2004) yaitu daerah hulu mempunyai temperatur tahunan yang relatif paling konstan dan juga lebih rendah.

Dari penelitian yang dilakukan, salinitas juga diukur karena parameter fisika yang penting mengingat lokasi penelitian merupakan wilayah pesisir. Nilai salinitas yang tertinggi adalah di stasiun 3 berkisar antara 27-33‰. Hal ini disebabkan karena stasiun 3 merupakan daerah pantai yang berhubungan langsung dengan Selat Malaka. Lain halnya dengan stasiun 1 dan 2 yang bersalinitas dengan kisaran antara 0-3‰. Sehingga stasiun 1 dan 2 digolongkan menjadi perairan payau. Hal tersebut dinyatakan dalam Wibisono (2005) yaitu perairan payau umumnya mempunyai golongan salinitas antara oligo haline sampai meso haline. Oligo haline memiliki kisaran salinitas 0,5-3,0‰ dan meso haline memiliki kisaran 3,0-10,0‰. Sedangkan stasiun 3 digolongkan menjadi poly haline dengan kisaran 17,0-30,0‰ dan ultra haline dengan nilai lebih dari 30‰.

DO merupakan parameter kimia mutlak yang diukur di perairan dalam penelitian, jadi nilai DO yang tertinggi dari penelitian yang telah dilakukan yaitu

di stasiun 1 berkisar antara 3,8-5 mg/l karena stasiun 1 merupakan daerah kontrol sehingga tidak mengalami pencemaran di perairan yang akan mempengaruhi kandungan oksigennya. Selain itu pengukuran DO di stasiun 1 dilakukan di pagi hari sehingga suhu juga masih rendah sehingga kandungan oksigen tinggi. Hal ini sesuai dengan Barus (2004) yang menyatakan bahwa kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat pada temperature 0°C, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan meningkatnya temperatur air. Sedangkan nilai DO terendah yaitu pada stasiun 2 berkisar antara 2,6-4 mg/l.

Dari penelitian yang dilakukan nilai pH yang tertinggi diperoleh dari stasiun 1 berkisar antara 6,7-7,2 sedangkan nilai pH terendah di peroleh dari stasiun 2 yaitu 6,2-6,8. Hal ini karena stasiun 2 merupakan daerah dengan aktivitas docking kapal nelayan sehingga banyak tumpahan minyak mesin kapal serta tercemar limbah domestik dari pemukiman masyarakat pesisir. pH yang rendah tersebut diduga akibat limbah yang mencemari badan sungai. Hal tersebut sesuai dengan Giere (1993) dalam Prakitri (2008) yang menyatakan bahwa kisaran pH yang sangat rendah akan menyebabkan toksisitas berbagai senyawa logam berat semakin tinggi. Sedangkan pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu. Pencemaran kimia maupun organik (eutrof) sering menjadi penyebab fluktuasi drastis terhadap nilai pH.

Nilai BOD5 yang telah dihitung selama berlangsungnya penelitian yang terendah pada stasiun 1 yaitu 1-1,6 mg/l sedangkan tertinggi adalah pada stasiun 2 berkisar antara 1,5-2,4 mg/l yang diakibatkan oleh banyaknya pencemaran limbah dari aktivitas masyarakat di sekitar wilayah sungai tersebut. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Sitorus (2008) yaitu angka BOD yang tinggi menunjukkan terjadi pencemaran organik di perairan. Namun, Brower dkk., (1990) dalam Sitorus (2008) menyatakan bahwa nilai kosentrasi BOD5 menunjukkan suatu kualitas perairan masih tergolong baik apabila konsumsi O2 selama 5 hari berkisar sampai 5 mg/l. Hal ini dibuktikan dengan masih dijumpainya organisme perairan yang dapat bertahan hidup di stasiun 2.

Sedangkan analisis substrat yang telah dilakukan diperoleh hasil tekstur substrat yang berbeda-beda. Pada pelaksanaannya jenis substrat yang dianalisis merupakan dari 3 titik di setiap stasiun. Stasiun 1 memiliki jenis tekstur substrat yang berbeda yaitu pada titik 1 merupakan lempung berpasir, sedangkan titik 2 dan titik 3 merupakan pasir berlempung. Stasiun 2 pada ketiga titiknya memiliki jenis tekstur substrat yang sama dengan stasiun 1, hal ini disebabkan karena kedua stasiun tersebut merupakan 1 aliran sungai sehingga akan menmpengaruhi hasil jenis substrat yang sama. Sedangkan pada stasiun 3, titik 1 memiliki jenis tekstur substrat pasir berlempung, hal tersebut karena pada titik 1 merupakan tepi pantai berpasir sehingga jenis substrat dasar perairan di titik 1 pasir yang mendominasi. Pada titik 2 dan titik 3 memiliki jenis tekstur substrat dasar perairan yang sama yaitu lempung liat berpasir. Hasil tersebut sangat dipengaruhi oleh lokasi stasiun 3 merupakan wilayah pantai yang berhubungan langsung dengan Selat Malaka yang memiliki tingginya endapan sedimen sehingga titik 2 dan titik 3 memiliki dasar yang berlumpur.

Pasang surut merupakan salah satu parameter fisika yang penting pada wilayah pesisir. Pada penelitian ini data pasang surut merupakan data sekunder yang diperoleh dari majalah maritim pangkalan utama TNI Angkatan Laut I. Data

tersebut diolah dengan metode admiralty. Dari pengolahan data tersebut didapatlah hasil merupakan perhitungan (Lampiran 5). Hasil perhitungan diketahui nilai F (pasang surut) adalah 0,2 maka tipe pasang surut pada stasiun lokasi penelitian di perairan Kecamatan Pantai Labu merupakan tipe pasang surut campuran yang condong ke harian ganda. Menurut Taqwa (2010) secara umum tipe pasang-surut adalah semi-diurnal (dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari) fenomena pasang surut sebanyak dua kali sehari selama 14-18 hari sebulan. Makrozoobentos dari penelitian sebelumnya yang memiliki tipe pasang surut yang sama dengan penelitian ini juga memiliki kesamaan yaitu dari genus cerithidea dan nerita. Tipe pasang surut penting diketahui untuk studi lingkungan mengingat bila suatu lokasi dengan tipe pasut harian tunggal atau campuran condong harian tunggal terjadi pencemaran maka dalam waktu kurang dari 24 jam, pencemar diharapkan akan tersapu bersih dari lokasi. Berbeda dengan lokasi dengan tipe harian ganda atau tipe campuran condong harian ganda, maka pencemar tidak akan segera tergelontor keluar (Wibisono, 2005). Dari penelitian pasut ini termasuk tipe campuran condong harian ganda, maka lambat laun perairan ini akan tercemar jika tidak dilakukan pengelolaan pencemaran.

Makrozoobentos pada Setiap Stasiun Penelitian

Berdasarkan penelitian, dari pengambilan sampai pengamatan makrozoobentos, diperoleh 37 spesies makrozoobentos yang berhasil diidentifikasi. Pada stasiun 1 terdapat 13 spesies yaitu Pheretima sp., Metapenaeus tenuipes, Quoiya decollata, Littorina sp., Pila scutata, Corbicula javanica, Cerithidea cingulata, Nodilittorina pyramidalis, Haliotis planata, Melanoides torulosa, Pila ampullacea, Thiara scabra, Faunus ater.

Pada stasiun 2 terdapat 16 spesies yaitu Plesiopenaeus edwardsianus, Nerita chameleon, Nerita albicilla, Quoiya decollata, Littorina sp., Nodilittorina pyramidalis, Corbicula javanica, Mactra fragilis, Metapenaeus tenuipes, Podothalmus vigil, Cardisoma hirtipes, Cardisoma rotundum, Acetes serrulatus, Murex tribulus, Murex trapa, Pisania truncata.

Sedangkan pada stasiun 3 terdapat 16 spesies yaitu Mactra fragilis, Corbicula javanica, Cerithidea cingulata, Gyrineum gyrinum, Anadara antiquata, Trochus californicum, Trochus radiatus, Pisania crocata, Cerithium alveolum, Turritella terebra, Thalamita crenata, Planaria sp., Monodonta labio, Strombus microurieus, Tectus triserialis, Tectus conus.

Kepadatan Populasi (K) Kepadatan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran

(FK) Makrozoobentos pada Setiap Stasiun Penelitian

Pada stasiun 1 kepadatan populasi yang tertinggi diperoleh dari spesies Corbicula javanica yaitu sebanyak 2,9 atau 3 ind/m² sedangkan yang terendah merupakan spesies Haliotis planata yaitu 0,1 ind/m². Kepadatan relatif tertinggi juga diperoleh Corbicula javanica sebanyak 20,71% dan yang terendah juga Haliotis planata yaitu 0,71%. Frekuensi kehadiran yang tertinggi diperoleh beberapa spesies yaitu Quoiya decollata, Littorina sp., Corbicula javanica, serta Thiara scabra yaitu sebanyak 100% yang termasuk ke dalam golongan sangat sering ditemukan. Hal tersebut karena setiap titik pada stasiun ditemukan keempat spesies tersebut. Sedangkan untuk nilai Frekuensi kehadiran terendah juga diperoleh beberapa spesies yaitu Pheretima sp., Cerithidea cingulata, Nodilittorina pyramidalis, serta Haliotis planata sebesar 33,33% yang termasuk

dalam kategori sangat jarang ditemukan. Hal tersebut karena keempat spesies tersebut hanya ditemukan pada 1 titik di stasiun 1.

Dari penelitian yang telah dilakukan pada stasiun 2, kepadatan populasi yang tertinggi adalah Littorina sp. sebanyak 139,1 atau 139 ind/m² sedangkan yang terendah ada beberapa spesies yaitu Nerita chameleon, Podopthamlus vigil, Cardisoma rotundum, Murex trapa, Murex tribulus, Pisania truncata memperoleh 0,1 ind/m². Kepadatan relatif tertinggi pada stasiun ini juga diperoleh Littorina sp. sebanyak 85,92% sedangkan kepadatan relatif terendah juga diperoleh Nerita chameleon, Podopthalmus vigil, Cardisoma rotundum, Murex trapa, Murex tribulus, Pisania truncata yaitu 0,06%. Frekuensi kehadiran tertinggi juga diperoleh 4 spesies yaitu Quoiya decollata, Littorina sp., Nodilittorina pyramidalis, Nerita albicilla sebesar 100% sedangkan yang terendah diperoleh Plesipenaeus edwardsianus, Nerita chameleon, Podopthalmus vigil, Cardisoma rotundum, Murex trapa, Murex tribulus, Pisania truncata, Cardisoma hirtipes, Acetes serrulatus yaitu sebesar 33,33%.

Pada stasiun 3 ini, kepadatan populasi yang paling tinggi adalah Mactra fragilis sebanyak 24,1 ind/m² sedangkan yang terendah adalah Trochus californicum, Corbicula javanica, Cerithium alveolum, Trochus radiatus, Thalamita crenata, Turritella terebra, Tectus conus, Tectus triserialis, Strombus Microurieus, dan Monodonta labio yaitu 0,1 ind/m². Kepadatan relatif tertinggi pada stasiun ini juga diperoleh Mactra fragilis sebanyak 82,25% sedangkan yang terendah juga Trochus californicum, Corbiula javanica, Cerithium alveolum, Trochus radiatus, Thalamita crenata, Turritella terebra, Tectus conus, Tectus triserialis, Strombus Microurieus, dan Monodonta labio yaitu 0,34%. Frekuensi

kehadiran tertinggi diperoleh 3 spesies yaitu Mactra fragilis, Gyrineum gyrinum, Anadara antiquata sebesar 100% sedangkan yang terendah Corbicula javanica, Trochus californicum, Trochus radiatus, Planaria sp., Cerithium alveolum, Thalamita crenata, Turritella terebra, Tectus conus, Tectus triserialis, Strombus microurieus, Monodonta labio sebesar 33,33%.

Berdasarkan penelitian ini keberadaan dari kelas Gastropoda serta Bivalvia yang paling banyak dan sering ditemukan pada setiap stasiun seperti Littorina sp., Mactra fragilis, Quoiya decollata, Corbicula javanica, Anadara antiquata, Gyrineum gyrinum, Nodilittorina pyramidalis serta Nerita albicilla. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Suwignyo dkk., (1998) dalam Kasmini (2014) menyatakan bahwa Gastropoda adalah kelas yang paling sukses dan mempunyai penyebaran yang sangat luas, mulai dari wilayah pasang surut sampai pada kedalaman 8.200 m dan Nybakken (1992) bahwa kelas Gastropoda mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap kekeringan dan perubahan salinitas serta derajat keasaman (pH) dari tanah akibat pengaruh air laut dan air tawar. Kepadatan yang tinggi suatu spesies mempengaruhi keberadaan spesies lainnya.

Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) Makrozoobentos pada Setiap

Stasiun Penelitian

Berdasarkan diagram (Gambar 7) yang telah disajikan sebelumnya stasiun 1 memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi dari kedua stasiun lainnya yaitu sebanyak 2,215. Sedangkan yang terendah diperoleh pada stasiun 2 yaitu 0,636 dan pada stasiun 3 memiliki nilai indeks sebesar 0,826. Tingginya indeks keanakaragaman pada stasiun 1 dibandingkan dengan stasiun 2 dan stasiun 3

disebabkan jenis dan jumlah makrozoobentos yang diperoleh di stasiun ini lebih merata jumlah tiap spesiesnya dibandingkan stasiun 2 dan stasiun 3.

Berdasarkan nilai H’ pada setiap stasiun tersebut, pada stasiun 1 memiliki keanekaragaman yang tinggi dengan kesuburan perairan dapat dimanfaatkan serta perairan yang tergolong tercemar ringan bahkan belum tercemar, stasiun 2 dan stasiun 3 memiliki keanekaragaman yang sangat rendah dalam kondisi perairan yang tidak subur serta tergolong kondisi perairan yang mengalami pencemaran berat. Kategori tersebut diketahui dari Tabel 1.

Hal tersebut diperjelas dengan hasil yang diperoleh bahwa pada stasiun 2 ada 1 spesies yang berjumlah sangat banyak dibandingkan dengan spesies lainnya yaitu Littorina sp. berjumlah 1.391 spesies. Sehingga Littorina sp. dikategorikan sebagai bioindikator pencemaran perairan berat sesuai dengan penelitian sebelumnya Yusuf (2011) juga mengindikasikan Littorina sp. sebagai biondikator perairan yang tercemar berat. Stasiun 3 juga memiliki spesies yang melimpah daripada spesies lainnya yaitu Mactra fragilis sebanyak 241, hal ini tidak bagus dalam keanekaragaman hayati yang sesuai dengan literatur Siahaan dkk., (2012) bahwa perairan yang berkualitas baik akan memiliki keanekaragaman makrozoobentos yang tinggi dan tidak ditemukan taksa yang memiliki kepadatan yang tinggi.

Sedangkan makrozoobentos sebagai bioindikator perairan yang tercemar sangat ringan adalah Thiara scabra, Pheretima sp. serta Corbicula javanica pada stasiun 1. Hal ini diperjelas dengan pernyataan Wardhana (2006) diacu oleh Murijal (2012) bahwa Thiaridae merupakan salah satu Gastropoda yang sensitif terhadap pencemaran berat.

Indeks Keseragaman (E’) Makrozoobentos pada Setiap Stasiun Penelitian

Dari penelitian telah dihitung indeks keseragaman sehingga diperoleh nilai yang tertinggi pada stasiun 1 yaitu 0,863 kemudian pada stasiun 3 yaitu 0,297 dan yang terendah pada stasiun 2 yaitu 0,229. Hal ini karena ada beberapa spesies yang jumlahnya terlalu banyak jika dibandingkan spesies lainnya. Sedangkan pada stasiun 1 jumlah setiap spesiesnya merata.

Hasil penelitian tersebut didukung oleh pernyataan Krebs (1985) dalam Sembiring (2008) nilai keseragaman berkisar antara 0 – 1, jika nilai keseragaman mendekati 0 berarti keseragaman suatu populasi rendah dan penyebaran jenis tidak merata serta ada kecenderungan dominasi suatu jenis pada populasi, dan bila mendekati 1 keseragaman tinggi yang menunjukkan tidak ada jenis yang mendominasi. Sehingga stasiun 1 digolongkan memiliki keseragaman yang tinggi karena nilai E’ cenderung mendekati nilai 1, sedangkan stasiun 2 dan stasiun 3 digolongkan memiliki keseragaman yang rendah karena nilai E’ cenderung mendekati nilai 0.

Tingginya nilai E’ pada stasiun I (lokasi kontrol) menunjukkan bahwa lokasi perairan ini dikategorikan sebagai habitat yang cocok bagi kehidupan berbagai jenis spesies yaitu Thiara scabra, Pheretima sp. dan Corbicula javanica yang merupakan memiliki habitat hulu sungai. Hal tersebut didukung dengan parameter fisika kimia pada stasiun tersebut terutama jenis substrat. Jenis substrat pada stasiun 1 titik 1 berupa lempung berpasir sangat ideal untuk Pheretima sp., sedangkan Corbicula javanica yang termasuk kelas bivalvia cocok pada titik 2 dan 3 pada stasiun 1 yang lebih mendominasi pasir serta salinitas yang rendah sebab Corbicula javanica merupakan makrozoobentos tawar dan payau lain

halnya dengan Mactra fragilis yang resisten pada salinitas yang tinggi di stasiun 3.

Analisis Komunitas (IS) pada Setiap Stasiun Penelitian

Berdasarkan diagram (Gambar 8) telah diketahui hasil perhitungan analisis komunitas pada setiap stasiun penelitian di perairan Kecamatan Pantai Labu. Stasiun 1 memperoleh nilai 30,77% sehingga dikategorikan tidak memiliki kemiripan karena dari total spesies yang diperoleh setiap titik di stasiun 1 hanya 4 spesies yang memiliki kesamaan antar titik. Stasiun 2 memiliki nilai IS yang tertinggi karena memiliki 5 spesies yang sama pada setiap titik yaitu 35,71% yang dikategorikan tidak mirip. Sedangkan pada stasiun 3 sebesar 32% dikategorikan tidak mirip karena hanya memiliki 4 spesies yang sama. Hal ini disebabkan karena jenis tekstur substrat pada titik di setiap stasiun berbeda sehingga mempengaruhi keberadaan makrozoobentos di stasiun tersebut.

Analisis Hubungan Keanekaragaman Makrozoobentos dengan Kualitas

Perairan pada Setiap Stasiun Penelitian

Berdasarkan Tabel 7 yang telah disajikan, dapat diketahui bahwa hasil uji analisis korelasi Pearson melalui SPSS 21.0 antara 5 parameter fisika kimia perairan dengan nilai indeks keanekaragaman (H’) makrozoobentos berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya. Jika hasilnya positif menunjukkan hubungan yang berbanding searah antara nilai parameter fisika kimia perairan dengan nilai H’, artinya semakin besar nilai salah satu parameter fisik kimia maka nilai H’ akan semakin besar. Sedangkan jika hasilnya negatif menunjukkan hubungan yang berbanding berbalik arah antara nilai parameter fisika kimia

perairan dengan nilai H’, artinya semakin besar nilai salah satu parameter fisika kimia, maka nilai indeks keanekaragaman akan semakin kecil dan sebaliknya.

Hasil dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa yang sangat mempengaruhi nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos adalah parameter DO, dan pH yang menunjukkan hasil mendekati 1 yaitu 0,856 dan 0,977. Hal ini

Dokumen terkait